NIAT INGSUN MENDIRIKAN
PONDOK PESANTREN VIRTUAL ISLAM
ABANGAN
“AL
WAQIAH”
Dengan pemberian nama melalui surat Al Quran
kita berharap berkah dan ijabah saking gusti Allah SWT
kita berharap berkah dan ijabah saking gusti Allah SWT
Dan semoga setiap laku di Ridloi oleh-Nya
1 MEI 2014
~
GRATIS BELAJAR SHOLAT & BELAJAR NGAJI ~
3 Kunci Dakwah :
“Lek Sing Di Jak Sholat
Wetenge Wareg, Ngajak e Penak…
Lek Sing Di Jak Nglakoni
Bener Keluargane Cukup, Nagajak e Penak..
Lek Ngadakne Pengajian
Masyarakate Adem Ayem Toto Tentrem Mesti Penak…”
“KANJENG SUNAN BONANG,
KANJENG SUNAN KUDUS, KANJENG SUNAN KALIJAGA,
KANJENG SUNAN MURIA,
KANJENG SUNAN GUNUNG JATI”
GERAKAN SHODAQOH MASJID TIAP HARI Rp. 2000,- AGAR HIDUP AMAN & TENANG
Visi
Menyatukan Umat dari Berbagai Paham Aliran Islam dan
Sekaligus
Pusat Pendidikan Islam Abangan Sesuai Ajaran Kanjeng Sunan/Wali
Abangan
Misi
Menyamakan Persepsi Tentang Islam Abangan Menurut Ajaran
Syariah Islam
BAGINDA ROSUL KANJENG
NABI MUHAMMAD SAW
Tujuan
Membantu Masyarakat Beragama Islam Secara Benar dan Berpenghidupan Yang Layak
Perencanaan &
Pelaksanaan
Tahap Awal
- Salam Silaturrahmi Kepada Para Pinisepuh dan Para Kyai (Teladan Ilmu Kejawen)
- Mengadakan Rutinan Kirim Doa Leluhur – Tahlil dan Surah Yasin (Teladan Kanjeng Sunan)
- Mengadakan Rutinan Pengajian Surat Al Waqiah, Yasin, Al Mulk, Arrahman (Teladan Baginda Rosul)
Tahap Pembangunan Sumber Daya
- Membangun Unit Usaha/Perdagangan sebagai bekal operasional
- TPA/TPQ Virtual
- MI Virtual
- MTS Virtual
- MA Virtual
- Perguruan Tinggi Islam Virtual
Tahap Syiar Islam
- Dakwah Secara Lelaku
- Dakwah Dengan Pemanfaatan Fasilitas Internet
Cikal Bakal Pondok Pesantren Virtual Islam Abangan
Daftar
Agama Asli Nusantara (kepercayaan) Sebelum Agama Islam
- Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
- Agama Jawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat)
- Buhun (Jawa Barat)
- Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
- Parmalim (Sumatera Utara)
- Kaharingan (Kalimantan)
- Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)
- Tolottang (Sulawesi Selatan)
- Wetu telu (Lombok)
- Naurus (pulau Seram, Maluku)
- Aliran Mulajadi Nabolon
- Marapu (Sumba)
- Purwaduksina
- Budi Luhur
- Pahkampetan
- Bolim
- Basora
- Samawi
- Sirnagalih
AGAMA DAN KEPERCAYAAN PERTAMA DI
JAWA
Jaman Kluthuk Awal Sejarah Jawa
Jaman
kluthuk adalah istilah untuk menggambarkan suatu masa yang sangat kuno, di mana
saat itu kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban masih rendah. Di jaman
kluthuk, tanah Jawa baru dihuni sejumlah kecil manusia. Mereka masih
hidup sangat sederhana dan lugu. Orang-orang Jawa saat itu belum memiliki
tempat tinggal tetap. Hanya sebagian kecil dari mereka yang dapat bercocok
tanam, selebihnya mengandalkan hidup dari alam. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa asli Jawa (Jawa Kuno/Kawi), belum tercampur dengan
bahasa lain. Penduduk Jawa kluthuk adalah penganut animisme dan dinamisme.
Meskipun
penduduk tanah Jawa masih sedikit dan belum maju peradabannya tapi tanah Jawa
sendiri sudah dikenal oleh orang-orang dari negeri seberang. Mereka menyebut
tanah Jawa dengan nama Yawadwipa, yang artinya pulau jawawut, yakni semacam
tumbuhan padi. Tanah Jawa dikenal subur dan banyak menghasilkan emas. Itulah
sebabnya orang-orang dari negeri seberang silih berganti datang ke tanah Jawa
melakukan perdagangan (tukar-menukar barang atau barter).
Orang-orang
yang paling banyak berkunjung ke tanah Jawa berasal dari Kalingga, Celong,
Kambaya, dan India Belakang (Kamboja). Para pendatang tersebut adalah penganut
agama Hindu dengan berbagai macam tata cara hidup dan kebudayaannya. Sebagian
yang lain adalah penganut ajaran Budha. Mereka datang ke Jawa dengan mengarungi
samudra menggunakan kapal layar. Karena perjalanan yang ditempuh sangat jauh
dan membutuhkan waktu lama, sebagian dari mereka mulai tinggal dan menetap di
pulau Jawa.
Orang-orang
tanah seberang itu bergaul dan hidup berdampingan dengan penduduk asli,
sebagian dari mereka melakukan ikatan pekawinan. Pergaulan yang sangat dekat
mendorong para pendatang dari golongan kasta brahmana mengajarkan agama dan
kebudayaan kepada orang Jawa. Penduduk asli yang masih sangat sederhana dan
polos sangat mudah menerima budaya dan agama baru. Para pendatang mempelajari
kebiasaan
Agama Tertua di Indonesia
Indonesia mulai berkembang
pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara
tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur
Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di
Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir
dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat
terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang
dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa ini pula muncul
dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga
abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Prinsip
Hidup Jawa
- Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
- Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
- Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli (Bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; Cepat tanpa harus mendahului; Tinggi tanpa harus melebihi)
- Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman. (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).
- Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
- Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jjangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi).
- Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
- Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).
- Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah (Yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah).
- Sing Prihatin Bakal Memimpin (Siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin).
- Sing Resik Uripe Bakal Mulya (Siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya).
- Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat).
- Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (Keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh sikap yang lemah lembut).
- Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
- Jer basuki mawa beya. (Keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)
- Amemangun karyenak tyasing sesama.(Membuat enaknya perasaan orang lain)
- Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi.(Gejolak jiwa tidak bisa merubah kepastian)
- Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa.(Sekuat usaha manusia tidak akan bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)
- Tan ngendhak gunaning janma.(Tidak merendahkan kepandaian manusia)
- Mangan orang mangan waton kumpul.(Menunjukkan yang penting itu kumpul, bukan sekadar kumpul, tetapi kerukunannya. Demi kerukunan kita harus melakukan apa pun. Kalau perlu sampai tidak makan. Jadi, bukannya pengertian makannya yang dikedepankan.)
Dasar-dasar
Falsafah Hidup Kejawen:
Hanggayuh
Kasampurnaning Hurip, Bèrbudi Bawaleksana, Ngudi Sejatining Becik
Perpustakaan
pelestarian budaya Yogyakarta
Ketuhanan
- Pangeran iku siji, ana ing ngendi papan langgeng, sing nganakake jagad iki saisine, dadi sesembahane wong sak alam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe. (Tuhan itu tunggal, ada di mana-mana, yang menciptakan jagad raya seisinya, disembah seluruh manusia sejagad dengan caranya masing-masing)
- Pangeran iku ana ing ngendi papan, aneng siro uga ana pangeran, nanging aja siro wani ngaku pangeran. (Tuhan ada di mana saja, di dalam dirimu juga ada, namun kamu jangan berani mengaku sebagai Tuhan)
- Pangeran iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan. (Tuhan itu berada jauh namun tidak ada jarak, dekat tidak bersentuhan)
- Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi. (Tuhan itu abadi dan tak bisa diperumpamakan, menjadi asal dan tujuan kehidupan)
- Pangeran iku bisa mawujud, nanging wewujudan iku dudu Pangeran. (Tuhan itu bisa mewujud namun perwujudannya bukan Tuhan)
- Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat mata. (Tuhan berkuasa tanpa alat dan pembantu, mencipta alam dan seluruh isinya, yang tampak dan tidak tampak)
- Pangeran iku ora mbedak-mbedakake kawulane. (Tuhan itu tidak membeda-bedakan (pilih kasih) kepada seluruh umat manusia)
- Pangeran iku maha welas lan maha asih, hayuning bawana marga saka kanugrahaning Pangeran. (Tuhan Maha Belas-Kasih, bumi terpelihara berkat anugrah Tuhan)
- Pangeran iku maha kuwasa, pepesthen saka karsaning Pangeran ora ana sing bisa murungake. (Tuhan itu Mahakuasa, takdir ditentukan atas kehendak Tuhan, tiada yang bisa membatalkan kehendak Tuhan)
- Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangeran. (Kehidupan berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan)
- Pangeran iku ora sare. (Tuhan tidak pernah tidur)
- Beda-beda pandumaning dumadi. (Tuhan membagi anugrah yang berbeda-beda)
- Pasrah marang Pangeran iku ora ateges ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen Pangeran iku maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Pangeran. (Pasrah kepada Tuhan bukan berarti enggan bekerja, namun percaya bahwa Tuhan Menentukan)
- Pangeran nitahake sira iku lantaran biyung ira, mulo kudu ngurmat biyung ira. (Tuhan mencipta manusia dengan media ibumu, oleh sebab itu hormatilah ibumu)
- Sing bisa dadi utusaning Pangeran iku ora mung jalma manungsa wae. (Yang bisa menjadi utusan Tuhan bukan hanya manusia saja)
- Purwa madya wasana. (zaman awal/ sunyaruri, zaman tengah/ mercapada, zaman akhir/ keabadian)
- Owah gingsiring kahanan iku saka karsaning Pangeran kang murbeng jagad. (Berubahnya keadaan itu atas kehendak Tuhan yang mencipta alam)
- Ora ana kasekten sing madhani pepesthen awit pepesthen iku wis ora ana sing bisa murungake. (Tak ada kesaktian yang menyamai takdir Tuhan, sebab takdir itu tidak ada yang bisa membatalkan)
- Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan. (Bener yang menurut Tuhan itu bila tidak memiliki sifat angkara murka dan gemar membuat kesengsaraan orang lain)
- Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa. (Kebenaran di dunia ada dua macam, yakni benar menurut Tuhan dan benar menurut penguasa)
- Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan kang ora cocok karo benering Pangeran. (Benar menurut penguasa juga memiliki dua macam jenis yakni cocok dengan kebenaran menurut Tuhan dan tidak cocok dengan kebenaran Tuhan)
- Yen cocok karo benering Pangeran iku ateges bathara ngejawantah, nanging yen ora cocok karo benering Pangeran iku ateges titisaning brahala. (Kebenaran yang sesuai dengan kebenaran menurut Tuhan, itu berarti tuhan yang mewujud, namun bila tidak sesuai dengan kebenaran menurut Tuhan, berarti penjelmaan angkara)
- Pangeran iku dudu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki uga dewa lan manungsa asale saka Pangeran. (Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang Ada (dewa dan manusia) adanya berasal dari Tuhan.
- Ala lan becik iku gandengane, kabeh kuwi saka karsaning Pangeran. (Keburukan dan kebaikan merupakan satu kesatuan, semua itu sudah menjadi rumus/kehendak Tuhan)
- Manungsa iku saka dating Pangeran mula uga darbe sipating Pangeran. (Manusia berasal dari zat Tuhan, maka manusia memiliki sifat-sifat Tuhan)
- Pangeran iku ora ana sing Padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Pangeran. (Tidak ada yang menyerupai Tuhan, maka janganlah melukiskan dan menggambarkan wujud tuhan)
- Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe pangira yen manungsa iku bisa dadi wakiling Pangeran. (Tuhan berkuasa tanpa perlu pembantu, maka jangan menganggap manusia menjadi wakil Tuhan di bumi)
- Pangeran iku kuwasa, dene manungsa iku bisa. (Tuhan itu Mahakuasa, sementara itu manusia hanyalah bisa)
- Pangeran iku bisa ngowahi kahanan apa wae tan kena kinaya ngapa. (Tuhan mampu merubah keadaan apa saja tanpa bisa dibayangkan/perumpamakan)
- Pangeran bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang diperlokake. (Tuhan mampu merusak keadaan yang tidak diperlukan lagi, dan bisa membuat keadaan baru yang diperlukan)
- Watu kayu iku darbe dating Pangeran, nanging dudu Pangeran. (Batu dan kayu adalah milik zat Tuhan, namun bukanlah Tuhan)
- Manungsa iku bisa kadunungan dating Pangeran, nanging aja darbe pangira yen manungsa mau bisa diarani Pangeran. (Di dalam manusia dapat bersemayam zat tuhan, akan tetapi jangan merasa bila manusia boleh disebut Tuhan)
- Titah alus lan titah kasat mata iku kabeh saka Pangeran, mula aja nyembah titah alus nanging aja ngina titah alus. (Makhluk halus dan makhluk kasar/wadag semuanya berasal dari tuhan, maka dari itu jangan menyembah makhluk halus, namun juga jangan menghina makluk halus)
- Samubarang kang katon iki kalebu titah kang kasat mata, dene liyane kalebu titah alus. (Semua yang tampak oleh mata termasuk makhluk kasat mata, sedangkan lainnya termasuk makhluk halus)
- Pangeran iku menangake manungsa senajan kaya ngapa. (Tuhan memenangkan manusia walaupun seperti apa manusia itu)
- Pangeran maringi kawruh marang manungsa bab anane titah alus mau. (Tuhan memberikan pengetahuan kepada manusia tentang eksistensi makhluk halus)
- Titah alus iku ora bisa dadi manungsa lamun manungsa dhewe ora darbe penyuwun marang Pangeran supaya titah alus mau ngejawantah. (Makhluk halus tidak bisa menjadi manusia bila manusia tidak punya permohonan kepada Tuhan agar makhluk halus menampakkan diri)
- Sing sapa wani ngowahi kahanan kang lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging minangka utusaning Pangeran. (Siapa yang berani merubah keadaan yang terjadi, bukanlah sembarang orang, namun sebagai “utusan” tuhan)
- Sing sapa gelem nglakoni kabecikan lan ugo gelem lelaku, ing tembe bakal tampa kanugrahaning Pangeran. (Siapa saja yang bersedia melaksanakan kebaikan dan juga mau “lelaku” prihatin, kelak akan memperoleh anugrah tuhan)
- Sing sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine durung ngerti lamun ana ing donyo iki ono sing ngatur. (siapa yang belum paham, lalu menganggap sipat kandel itu sebagai rambu-rambu hidup, yang demikian itu sesungguhnya belum memahami bila di dunia ini ada yang mengatur)
- Sakabehing ngelmu iku asale saka Pangeran kang Mahakuwasa. (Semua ilmu berasal dari Tuhan yang Mahakuasa)
- Sing sapa mikani anane Pangeran, kalebu urip kang sempurna. (Siapa yang mengetahui adanya Tuhan, termasuk hidup dalam kesempurnaan).
Filsafat Kemanusiaan
- Rame ing gawe sepi ing pamrih, memayu hayuning bawana. (Giat bekerja/membantu dengan tanpa pamrih, memelihara alam semesta /mengendalikan nafsu)
- Manungsa sadrema nglakoni, kadya wayang umpamane. (Manusia sekedar menjalani apa adanya, seumpama wayang)
- Ati suci marganing rahayu. (Hati yang suci menjadi jalan menuju keselamatan jiwa dan raga)
- Ngelmu kang nyata, karya reseping ati. (Ilmu yang sejati, membuat tenteram di hati)
- Ngudi laku utama kanthi sentosa ing budi. (Menghayati perilaku mulia dengan budi pekerti luhur)
- Jer basuki mawa beya. (Setiap usaha memerlukan beaya)
- Ala lan becik dumunung ana awake dhewe. (Kejahatan dan kebaikan terletak di dalam diri pribadi)
- Sing sapa lali marang kebecikaning liyan, iku kaya kewan. (Siapa yang lupa akan amal baik orang lain, bagaikan binatang)
- Titikane aluhur, alusing solah tingkah budi bahasane lan legawaning ati, darbe sipat berbudi bawaleksana. (Ciri khas orang mulia yakni, perbuatan dan sikap batinnya halus , tutur kata yang santun, lapang dada, dan mempunyai sikap wibawa luhur budi pekertinya)
- Ngunduh wohing pakarti. (Orang dapat menerima akibat dari ulahnya sendiri)
- Ajining dhiri saka lathi lan budi. (Berharganya diri pribadi tergantung ucapan dan akhlaknya)
- Sing sapa weruh sadurunge winarah lan diakoni sepadha-padhaning tumitah iku kalebu utusaning Pangeran. (Siapa yang mengetahui sebelum terjadi dan diakui sesama manusia, ia termasuk utusan tuhan)
- Sing sapa durung wikan anane jaman kelanggengan iku, aja ngaku dadi janma linuwih. (Siapa yang belum paham adanya zaman keabadian, jangan mengaku menjadi orang linuwih)
- Tentrem iku saranane urip aneng donya. (Ketenteraman adalah sarana menjalani kehidupan di dunia)
- Yitna yuwana lena kena. (Eling waspdha akan selamat, yang lengah akan celaka)
- Ala ketara becik ketitik. (Yang jahat maupun yang baik pasti akan terungkap juga)
- Dalane waskitha saka niteni. (Cara agar menjadi awas, adalah berawal dari sikap cermat dan teliti)
- Janma tan kena kinira kinaya ngapa. (Manusia sulit diduga dan dikira)
- Tumrap wong lumuh lan keset iku prasasat wisa, pangan kang ora bisa ajur iku kena diarani wisa, jalaran mung bakal nuwuhake lelara. (Bagi manusia, fakir dan malas menjadi bisa/racun, makanan yang tak bisa hancur dapat disebut sebagai bisa/racun, sebab hanya akan menimbulkan penyakit)
- Klabang iku wisane ana ing sirah. Kalajengking iku wisane mung ana pucuk buntut. Yen ula mung dumunung ana ula kang duwe wisa. Nanging durjana wisane dumunung ana ing sekujur badan. (Racun bisa Lipan terletak di kepala, racun bisa kalajengking ada di ujung ekor, racun bisa ular hanya ada pada ular yang berbisa, namun manusia durjana racun bisanya ada di sekujur badan)
- Geni murub iku panase ngluwihi panase srengenge, ewa dene umpama ditikelake loro, isih kalah panas tinimbang guneme durjana. (Nyala api panasnya melebihi panas matahari, namun demikian umpama panas dilipatgandakan, masih kalah panas daripada ucapan orang durjana)
- Tumprape wong linuwih tansah ngundi keslametaning liyan, metu saka atine dhewe. (Bagi orang linuwih selalu berupaya menjaga keselamatan untuk sesama, yang keluar dari niat suci diri pribadi)
- Pangucap iku bisa dadi jalaran kebecikan. Pangucap uga dadi jalaraning pati, kesangsaran, pamitran. Pangucap uga dadi jalaraning wirang. (Ucapan itu dapat menjadi sarana kebaikan, sebaliknya ucapan bisa pula menyebabkan kematian, kesengsaraan. Ucapan bisa menjadi penyebab menanggung malu)
- Sing bisa gawe mendem iku: 1) rupa endah; 2) bandha, 3) dharah luhur; 4) enom umure. Arak lan kekenthelan uga gawe mendem sadhengah wong. Yen ana wong sugih, endah warnane, akeh kapinterane, tumpuk-tumpuk bandhane, luhur dharah lan isih enom umure, mangka ora mendem, yakuwi aran wong linuwih. (Penyebab orang menjadi lupa diri adalah : gemerlap hidup, harta, kehormatan, darah muda. Arak dan minuman juga membuat mabuk sementara orang. Namun bila ada orang kaya, tampan rupawan, banyak kepandaiannya, hartanya melimpah, terhormat, dan masih muda usia, namun semua itu tidak membuat lupa diri, itulah orang linuwih)
- Sing sapa lena bakal cilaka. (Siapa terlena akan celaka)
- Mulat salira, tansah eling kalawan waspada. (Jadi orang harus selalu mawas diri, eling dan waspadha)
- Andhap asor. (Bersikap sopan dan santun)
- Sakbegja-begjane kang lali luwih begja kang eling klawan waspada. (Seberuntungnya orang lupa diri, masih lebih beruntung orang yang eling dan waspadha)
- Sing sapa salah seleh. (Siapapun yang bersalah akan menanggung celaka)
- Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. (Bertanding tanpa bala bantuan)
- Sugih ora nyimpen. (Orang kaya namun dermawan)
- Sekti tanpa maguru. (Sakti tanpa berguru, alias dengan menjalani laku prihatin yang panjang)
- Menang tanpa ngasorake. (Menang tanpa menghina)
- Rawe-rawe rantas malang-malang putung. (Yang mengganggu akan lebur, yang menghalangi akan hancur)
- Mumpung anom ngudiya laku utama. (Selagi muda berusahalah selalu berbuat baik)
- Yen sira dibeciki ing liyan, tulisen ing watu, supaya ora ilang lan tansah kelingan. Yen sira gawe kebecikan marang liyan tulisen ing lemah, supaya enggal ilang lan ora kelingan. (Jika kamu menerima kebaikan orang lain, tulislah di atas batu supaya tidak hilang dari ingatan. Namun bila kamu berbuat baik kepada orang lain hendaknya ditulis di atas tanah, supaya segera hilang dari ingatan)
- Sing sapa temen tinemu. (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil)
- Melik nggendhong lali. (Pamrih menyebabkan lupa diri)
- Kudu sentosa ing budi. (Harus selamat ke dalam jiwa)
- Sing prasaja. (Menjadi orang harus bersikap sabar)
- Balilu tau pinter durung nglakoni. (Orang bodoh yang sering mempraktekan, kalah pandai dengan orang pinter namun belum pernah mempraktekan)
- Tumindak kanthi duga lan prayogo. (Bertindak dengan penuh hati-hati dan teliti/tidak sembrono)
- Percaya marang dhiri pribadi. (Bersikaplah percaya diri)
- Nandur kebecikan. (Tanamlah selalu kebaikan)
- Janma linuwih iku bisa nyumurupi anane jaman kelanggengan tanpa ngalami pralaya dhisik. (Manusia linuwih adalah dapat mengetahui adanya zaman keabadian tanpa harus mati lebih dulu)
- Sapa kang mung ngakoni barang kang kasat mata wae, iku durung weruh jatining Pangeran. (Siapa yang hanya mengakui hal-hal kasat mata saja, itulah orang yang belum memahami sejatinya Tuhan)
- Yen sira kasinungan ngelmu kang marakake akeh wong seneng, aja sira malah rumangsa pinter, jalaran menawa Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong sejene, malah bisa aji godhong jati aking. (Bila anda mendapat anugrah ilmu yang membuat banyak orang senang, janganlah kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan mengambil lagi ilmu yang menyebabkan anda terkenal itu, anda akan menjadi orang biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun yang kering)
- Sing sapa gelem gawe seneng marang liyan, iku bakal oleh wales kang luwih gedhe katimbang apa kang wis ditindakake. (Barang siapa gemar membuat orang lain bahagia, anda akan mendapatkankan balasan yang lebih besar dari apa yang telah anda lakukan)
KETAUHIDAN
AGAMA ISLAM
Allah mengutus para nabi dan rasul
untuk menyampaikan risalah serta menyebarkan ajaran Islam ke muka bumi. Dasar
Pemahaman Dalam Islam Ketauhidan wajib melewati empat tahap, yaitu:
RASUL
Rasul adalah seorang laki laki merdeka
yang menerima risalah atau wahyu dari Allah dan ia juga diperintahkan baginya
untuk menyampaikannya kepada kaumnya. Jadi boleh dikatakan juga bahwa
setiap rasul pasti nabi tapi tidak semua nabi itu adalah rasul.
يَـأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ
أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
Allah berfirman ”Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya.” (al-Maidah: 67)
NABI
Nabi adalah seorang laki laki merdeka
yang diturunkan kepadanya risalah atau wahyu dari Allah untuk diamalkan, namun
tidak diperintahkan baginya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.
Kenabian lebih umum karena semua rasul
adalah nabi tetapi tidak semua nabi adalah rasul. Jadi orang yang bukan nabi
berarti bukan rasul, dengan kata lain, untuk bisa menjadi rasul dia harus
menjadi nabi. Rasul diutus untuk membawa risalah kepada manusia, untuk membawa
syariat Allah dan agama yang harus disampaikan lagi kepada manusia, sedangkan
Nabi saw diutus dengan dakwah dan syariat namun tidak diperintahkan untuk
menyampaikanya kepada manusia.
Kenabian adalah pemberian Allah
semata. Tidak semua orang bisa menjadi nabi atau julukan nabi. Kenabian tidak
bisa diraih dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tidak mungkin
mendapatkan gelar nabi dengan usaha, karena ia bukan gelar yang mungkin diraih
dengan jerih payah. Kenabian adalah derajat tinggi dan kedudukan mulia yang
Allah berikan kepada orang yang Dia kehendaki. Orang yang dikehendaki sebagai
nabi itu telah disiapkan oleh Allah sedemikian rupa untuk memikul kenabian
tersebut. Tentu sebelum jadi nabi, Allah menjaganya dari perbuatan yang buruk
dan melindunginya dari segala maksiat serta menganugerahkan kepadanya akhlak
yang luhur.
Jelasnya, bahwa kenabian tidak
diperoleh dengan usaha tertentu, namun kenabian itu anugrah dari Allah
diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih dan tertentu. Kenabian bukan diberikan
kepada orang yang mengharapkan dan memohon menjadi nabi.
Dan kita sebagai muslim, diwajibkan
meyakini bahwa Allah mengutus para rasul untuk masing-masing umat yang menyeru
mereka kepada tauhid. Beriman kepada seluruh rasul dan nabi adalah wajib dan
merupakan rukun iman tanpa membedakan beriman kepada sebagian dan kufur kepada
sebagian yang lain sebab hal tersebut sama dengan tidak beriman kepada
semuanya. ”(Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”,” (Al-Baqarah, 285).
JUMLAH PARA NABI DAN RASUL
Wajib bagi setiap muslim mengetahui
bilangan para nabi dan rasul yang telah disebut dalam al-Qur’an sebanyak 25 dan
wajib meyakininya secara keseluruhan bahwa Allah telah mengutus mereka sebagai
nabi dan rasul yang dimulai dari nabi Adam as dan diakhiri oleh nabi Muhammad
saw.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن
قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّن لَّمْ نَقْصُصْ
عَلَيْكَ
“Dan sesungguhnya telah Kami utus
beberapa orang rasul sebelum kamu, diantara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan diantara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu”
(al-Ghafir, 78).
Bilangan para rasul sangat banyak,
sebagian ulama mengatakan hingga mencapai 315 rasul. Sedangkan bilangan para
nabi mencapai 124.000. Di antara mereka ada yang wajib diketahui dan ada yang
tidak wajib.
Nabi dan rasul Allah yang wajib
diketahui berjumlah 25, yakni mereka yang disebutkan di dalam al-Qur’an dengan
perincian sebagai berikut : Adam, Idris,
Nuh, Hud, Salih, Ibrahim, Lut, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib,
Musa, Harun, Dhul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya,
Yahya, ’Isa, Muhammad.
Inilah jumlah nama dan urutan nabi dan
rasul Allah yang wajib ketahui. Dimulai dari Nabi Adam as sebagai pembuka para
nabi, dan diakhiri Nabi Muhammad saw, nabi dan rasul Allah saw yang terakhir.
Penegasan bahwa Nabi Muhammad saw
adalah nabi dan rasul Allah yang terakhir telah banyak ditegaskan Allah dalam
al-Qur’an dan dan ditegaskan pula oleh Rasul-Nya di dalam al-hadits. Jadi kalau
ada orang mengaku sebagai nabi setelah beliau, pasti dengan tegas umat Islam
akan menolak keberadaanya dan tidak mempercayainya, karena Nabi Muhammad saw
adalah akhir dan penutup para nabi. Keyakinan bahwa Rasulallah saw adalah nabi
terakhir begitu kuat tertanam di dada para sahabat beliau, sehingga ketika ada
yang mengaku sebagai nabi, pasti dengan tegas mereka menolaknya dan sekaligus
menyatakan perang kepada mereka
Kisah
Para Nabi
Pesan Nabi Adam
alaihissalam kepada anak cucunya
Masih
ingat peristiwa terusirnya Adam dari aljannah ? semua karena iblis, oleh karena
itu sebuah pesan berharga dari Adam ditujukan kepada anak cucunya :
1.
Bila
kalian hendak melakukan sesuatu lalu timbul keraguan dalam hati kalian maka
jangan lakukan karena di saat aku hendak memakan buah dari pohon terlarang
hatiku ternyata resah di saat memakannya.
2.
Bila
kalian hendak melakukan sesuatu, pikir dahulu akibat yang akan terjadi
kemudian, karena seandainya di saat aku hendak memakan buah terlarang lalu aku
memikirkan akibat yang akan terjadi selanjutnya, niscaya aku tidak akan
melakukannya.
3.
Bila
kalian hendak melakukan sesuatu maka mintalah pendapat kepada orang-orang sholih,
karena sesungguhnya jika aku meminta pendapat kepada para malaikat niscaya
mereka akan memberikan nasehat kepadaku untuk mengurungkan niat memakan buah
terlarang itu.
Nasehat
pertama sesuai dengan sabda nabi shollallohu alaihissalam :
دَعْ
مَا يَرِيْبُكَ إلَى مَا يَرِيْبُكَ رواه التّرمذى والنّسائى
Tinggalkan
yang meragukanmu lalu alihkan kepada yang tidak meragukanmu [HR Tirmidzi dan
Nasa’i]
Nasehat
kedua sesuai firman Alloh :
وَمَاأرْسَلْنَاكَ
مِنْ قَبْلِكَ إلاَّ رِجَالاً نُوْحِى إلَيْهِمْ فَسْأَلُوْا أهْلَ الذّكْرِ إنْ كُنْتُمْ
لاَ تَعْلَمُوْنَ
Dan
Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui, [annahl : 43]
Nasehat
ketiga sesuai dengan firman Alloh :
يأيّهَا
الّذِيْنَ امَنُوْا اتّقُوالله وَلْتَنْظُرْنَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدّ وَاتّقوالله
إنَّ الله خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. [alhasyr : 18]
Nabi Idris
Idris atau Nabi Idris a.s. (Arab:
إدريس ) adalah salah seorang rasul yang merupakan putra Adam yang pertama
kali diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam sendiri dan Shiyth a.s. (Set menurut Yahudi dan Nasrani).
Dalam Alkitab,
Idris dikenal dengan nama Henokh.
Nabi
Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam, putra dari
Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Shiyth bin Adam a.s. yang menjadi
keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam dan Shiyth. Menurut kitab
tafsir, beliau hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat.
Nabi
Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta
kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia,
seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu
masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum
manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan
dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan
permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya
hujan.
Nabi
Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia
berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan
tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup
bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.
Menurut
buku berjudul The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris adalah
sebutan atau nama Arab bagi Enoch, nenek moyang Nabi Nuh. Beliau
dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia
mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi
Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat.
Beliau hidup sampai usia 82 tahun
Berikut ini adalah beberapa nasihat dan untaian kata mutiara
Nabi Idris.
2.
Orang yang bahagia adalah orang yang
waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan
amal-amal salehnya.
3.
Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa,
maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dan shalatmu.
4.
Janganlah bersumpah palsu dan
janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
5.
Taatlah kepada rajamu dan tunduklah
kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji
kepada Allah.
6.
Janganlah iri hati kepada
orang-orang yang baik nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama
menikmati kebaikan nasibnya.
7.
Barang siapa melampaui kesederhanaan
tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8.
Tanpa membagi-bagikan nikmat yang
diperolehnya, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas
nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.
KEISTIMEWAAN 25 NABI DAN RASUL
1.
Mukjizat Nabi Adam: Nabi Adam
diyakini sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi. Sebagai
pasangan Nabi Adam adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi
Adam.
Mereka
diturunkan ke bumi karena telah berbuat kesalahan akibat godaan iblis/syetan,
Adam dan Hawa dikaruniai dua pasangan putra-putri yang bernama Qabil dan
Iklima, kemudian Habil dan Labuda.
Qabil
bersifat kasar, sedangkan Labuda bersifat lembut, Kedua sifat inilah yang
akhirnya menjadi cikal bakal dalam sifat-sifat dasar manusia.
2.
Mukjizat Nabi Ayub: Nabi Ayub
dikenal seorang yang kaya raya dan sangat dermawan. Namun kesejahteraan ini
tidak membuatnya sombong, ini yang mendorong iblis untuk menggodanya.
Allah
pun menentang iblis sekiranya dia dapat meruntuhkan iman Nabi Ayub. Ujian itu
pun tiba, seluruh harta kekayaan yang dimiliki Nabi Ayub habis terbakar,
setelah itu Nabi Ayub terserang penyakit kulit hingga 80 tahun lamanya.
Namun
dia dan istrinya yang setia, Rahmah, tetap bertawakal kapada Allah SWT. Sampai
akhirnya Allah berfirman agar Nabi Ayub menapakkan kakinya ditanah. kemudian
dari tanah tersebut keluar air yang dapat menyembuhkan penyakit yang
dideritanya selama 80 tahun.
3.
Mukjizat Nabi Daud: Figur Nabi Daud
memuncak saat dia berhasil membunuh jalut, pemimpin kaum pemberontak palestina.
Nabi Daud kemudian menjadi seorang raja dan berlaku sangat adil.
Di
masa kerajaan Nabi Daud tumbuh kuat dan masyarakat menjadi makmur. Suatu saat
Nabi Daud melarang para nelayan untuk tidak melaut di hari sabtu, namun
peringatan tersebut dilanggar, sehingga terjadi bencana gempa yang menewaskan
seluruh penduduk.
4.
Mukjizat Nabi Dzulkifli: Sejarah
menyebutkan bahwa Nabi Dzulkifli adalah putra Nabi Ayub. Dikisahkan pula bahwa
dia mewarisi sifat sabar ayahnya. Suatu saat beliau ditunjuk menjadi seorang
raja setelah dapat memenuhi persyaratan yang diminta.
Yaitu
calon pengganti haruslah seorang yang sanggup berpuasa di siang hari, beribadah
di malam hari, dan bukan seorang yang pemarah.
5.
Mukjizat Nabi Harun: Nabi Harun
disebut sebagai partner Nabi Musa. Dia adalah sosok yang cakap berdakwah,
pandai berdiplomasi, dan penuh perhatian. Nabi Harun selalu mendampingi Nabi
Musa dalam berdakwah, hingga suatu saat Nabi Musa memutuskan untuk beruzlah dan
menitipkan pembinaan umatnya kepada Nabi Harun.
Nabi
Harun juga sempat berjuang untuk memberantas penyembahan berhala yang dipimpin
oleh Samiri, salah seorang tukang sihir kerajaan Fir'aun.
6.
Mukjizat Nabi Hud: Nabi Hud
tergolong dalam kaum Ad yang terhormat. kehidupan mereka serba maju dan
berkecukupan, namun sayangnya mereka selalu berfoya-foya dan tenggelam dalam
kehidupan fana.
Nabi
Hud mengingatkan mereka untuk bersyukur dan selalu memohon kepada Allah SWT,
namu mereka menolak. Akhirnya murka Allah datang dengan menurunkan azab berupa
badai gurun selama 7 hari 7 malam. Kaum yang mendengarkan himbauan Nabi Hud
selamat dengan berpindah ke kota Hadramaut.
7.
Mukjizat Nabi Ibrahim: Nabi Ibrahim
dikenal sebagai bapak para Nabi. Dia dihormati oleh pemeluk 3 agama, yaitu
Islam, Kristen dan Yahudi. Nabi Ibrahim lah yang membangun Ka'bah di kota
Mekkah.
Keyakinannya
yang kuat terhadap Islam dimulai dari pencariannya akan Tuhan, dia sangat tidak
menerima orang-orang disekitarnya yang menyembah berhala, sampai akhirnya dia
dibakar hidup-hidup, namun Allah SWT menurunkan mukjizatnya dengan
menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api.
8.
Mukjizat Nabi Idris: Nabi Idris
diyakini Nabi pertama yang menulis dengan pena, Masyarakat terdahulu
mempercayai pula bahwa ia dibawa ke surga tanpa mengalami kematian. Peristiwa
itu terjadi ketika beliau berusia 82 tahun.
9.
Mukjizat Nabi Ilyas: Nabi Ilyas
tinggal di lembah sungai Yordan dimana penduduknya menyembah berhala, Nabi
Ilyas menyuruh kepada mereka semua untuk meninggalkan berhala, namun mereka
tidak mengindahkannya.
Bahkan
menantang agar Tuhan yang disembah Nabi Ilyas menurunkan bencana, dan akhirnya
kekeringan melanda daerah tersebut. Setelah beberapa tahun, Nabi Ilyas dapat
meyakinkan kaum tersebut untuk menyembah Allah SWT.
10.
Mukjizat Nabi Ilyasa: Nabi Ilyasa
merupakan kerabat dekat Nabi Ilyas. Setelah Nabi Ilyas meninggal, beliau
melanjutkan perjuangan Nabi Ilyas untuk menghalau penyembahan berhala yang
kembali merebak di lembah sungai Yordan.
Namun
kaum tersebut tidak mau mendengarkan sehingga terjadi bencana kekeringan
kembali melanda mereka.
11.
Mukjizat Nabi Isa: Nabi Isa adalah
putra dari Bunda Maryam yang dilahirkan tanpa memiliki suami, Hal ini
menimbulkan kontroversi dan hujatan bertubi-tubi kepada Maryam.
Secara
ajaib Nabi Isa yang saat itu masih bayi tiba-tiba berbicara dan menjelaskan apa
yang sebenarnya terjadi. Bahwa penciptaan dirinya diawalai dari kedatangan
malaikat jibril kepada ibunya.
Nabi
Isa juga memperlihatkan banyak mukjizat lainnya ketika ia tumbuh dewasa,
diantaranya membentuk seekor burung hidup dari sebuah tanah liat, menghidupkan
orang mati, menyembuhkan kebutaan dan mendatangkan makanan yang semula tidak
ada dan menjadi ada.
Penyelamatan
Nabi Isa dari penyaliban juga merupakan salah satu bentuk mukjizat yang
diberikan oleh Allah SWT.
12.
Mukjizat Nabi Ishaq: Nabi Ishaq
banyak menemani bapaknya yaitu Nabi Ibrahim dalam berdakwah menyebarkan ajaran
Islam.
13.
Mukjizat Nabi Ismail: Nabi Ismail
dan keluarganya merupakan orang-orang yang terdahulu melaksanakan Haji. Suatu
saat Nabi Ismail haus dan ibunya bolak-balik dari bukit Safa-Marwah untuk
mencari air, hingga akhirnya keluar sebuah mata air zamzam.
Dalam
perjalanan menuju tempat penyembelihan, Nabi Ismail digoda oleh Syaitan agar
membatalakan niatnya. Namun Nabi Ismail tidak goyah dan melempar syaitan
tersebut dengan batu. yang saat ini menjadi ritula ibadah haji, yaitu lempar
jumrah.
Seperti
yang kita ketahui, saat akan disembelih jasad Nabi Ismail digantikan oleh
seekor kambing, yang akhirnya menjadi cikal bakal ibadah Idul Adha.
14.
Mukjizat Nabi Luth: Perjuangan Nabi
Luth adalah menyeru kaum sodom untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu
meninggalkan homoseksual, kemudian menyembah Allah.
Pada
akhirnya Allah SWT berfirman agar Nabi Luth segera meninggalkan pemukimannya
dan kemudian ia menurunkan azab yang pedih kepada kaum tersebut.
15.
Mukjizat Nabi Musa: Kisah
pertarungan Nabi Musa dengan Fir'aun merupakan salah satu kisah yang tersohor.
Dikisahkan bahwa Fir'aun merasa terancam dengan keberadaan Nabi Musa yang
menyebarkan ajaran untuk mengesahkan Allah.
Mereka
bertarung dan Nabi Musa memenangkannya dengan bantuan tongkatnya, kemudian ia
dan kaumnya dikejar oleh pengikut Fir'aun. namun mereka berhasil lolos dengan
bantuan tongkat Nabi Musa yang dapat membelah lautan.
Nabi
Musa mendapat mukjizat kitab Taurat, yang dikenal dengan perjanjian lama yang
berisi ajaran pokok 10 perintah Allah SWT.
16.
Mukjizat Nabi Nuh: Nabi Nuh
menyebarkan ajaran untuk menyembah Allah SWT. namun masyarakat menolak dan
menganggapnya gila, Nabi Nuh kemudian diberikan peringatan oleh Allah bahwa
akan terjadi banjir besar yang akan melanda daerahnya.
Oleh
karena itu Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah kapal, masyarakat
sekitar tetap tidak mengindahkan peringatan yang disampaikan oleh Nabi Nuh.
sehingga mereka akhirnya hanyut dalam banjir tersebut.
17.
Mukjizat Nabi Shalih: Yang paling
dikenal adalah unta betina yang keluar dari batu setelah ia memukulkan telapak
tangannya. Nabi Shalih meminta kepada penduduk setempat untuk tidak mengganggu
unta tersebut dan susunya boleh diperah untuk memenuhi kebutuhan penduduk
miskin.
Namun
kaum yang tidak menyukainya berusaha membunuh unta itu dan pada akhirnya mereka
dijatuhi azab petir dan gempa.
18.
Mukjizat Nabi Sulaiman: Salah satu
keahlian Nabi Sulaiman yang paling menonjol adalah kemampuannya berkomunikasi
dengan binatang. Dia juga merupakan raja yang sangat bijaksana, kekuasaannya
bahkan mencakup bangsa jin.
19.
Mukjizat Nabi Syuaib: Nabi Syuaib
menyebarkan ajaran Islam di daerah Madyan, namun masyarakat Madyan menolak
ajaran tersebut hingga akhirnya Allah menurunkan azab berupa petir dan kilat
yang menghanguskan mereka.
20.
Mukjizat Nabi Yahya: Nabi Yahya
mengajarkan bahwa kebenaran harus ditegakkan dengan resiko apapun. Pada
riwayatnya dicontohkan saat ia bersikeras melarang pernikahan antara seorang
paman dengan keponakannya sendiri.
21.
Mukjizat Nabi Ya'qub: Nabi Ya'qub
adalah kakek moyang para rasul sebelum masa Nabi Muhammad. Sikap dan cara
berpikirnya tentu berpengaruh kepada para rasul keturunannya, serta kaum Yahudi
dan kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah sebelum era Nabi Muhammad SAW.
22.
Mukjizat Nabi Yunus: Nabi yunus
berusaha menyebarkan ajaran Allah, namun ia tidak mendapat sambutan baik dari
masyarakat. Dalam perjalanannya menjauhi daerah tersebut karena khawatir akan
dibunuh, kapal yang ia tumpangi diguncang topan dan diputuskan bahwa Nabi Yunus
akan dikorbankan untuk ditenggelamkan ke laut demi keselamatan penumpang
lainnya.
Namun
mukjizat Allah tiba, Nabi Yunus dimakan oleh seekor ikan yang kemungkinan
adalah ikan paus, dan ditemukan masih hidup didalam perut ikan paus tersebut.
23.
Mukjizat Nabi Yusuf: Nabi Yusuf
dikisahkan dalam riwayatnya sebagai seorang pria yang sangat tampan dan sangat
piawai dalam memimpin negaranya. Sejak kecia dia mendapat mimpi yang tidak
biasa dan ketika besar dia dapat mentakwilkan mimpinya tersebut, sehingga dia
sangat dihormati oleh masyarakat sekitarnya.
24.
Mukjizat Nabi Zakaria: Nabi Zakaria
dan istrinya, Isya, membaktikan diri untuk menjaga Baitul Maqdis - Rumah Ibadah
peninggalan Nabi Sulaiman di Yerusalem. Nabi Zakaria dikaruniai keturunan oleh
Allah SWT di saat usianya sudah cukup uzur, yaitu sekitar 100 tahun, anak
tersebut adalah Nabi Yahya.
25.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW: Nabi
Muhammad SAW adalah Rasul terakhir, sekaligus sebagai penutup para Rasul-Rasul
sebelumnya. Dia lah yang menyempurnakan ajaran-ajaran Islam.
Mukjizat
yang diturunkan Allah kepadanya sangatlah banyak, salah satunya yang paling
besar adalah Al-Qur'an, yang menjadi pedoman utama kehidupan manusia. Selain
itu ada pula peristiwa Isra Mi'raj yang membawanya bertemu dengan Allah SWT.
Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: الخلفاء الراشدون) atau Khalifah Ar-Rasyidin
adalah empat orang khalifah (pemimpin)
pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam
sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut
adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat
paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat
masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan
keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam[1]
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan
Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad
menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat
Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum[rujukan?].
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah
pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin
atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang
tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang
kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan
banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8[rujukan?].
Abu Bakar ash-Shiddiq
Abu Bakar ash-Shiddiq (573 - 634 M, menjadi khalifah 632
- 634 M) lahir dengan nama Abdus Syams, "Abu bakar" adalah
gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama aslinya
adalah !Abdullah bin Abi Kuhafah". Ia mendapat gelar
"as-Shiddiq! setelah masuk islam. Nama sebelum muslim adalah "Abdul
Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak paman
"Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah
wafatnya Nabi Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti
oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang
terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra'
Mi'raj.
Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah
ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat
Muhammad yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan
terhadap sukunya sendiri.
Ketika Muhammad sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya
untuk menggantikannya menjadi Imam dalam Salat. Hal ini menurut sebagian besar ulama
merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus
kepemimpinan Islam, sedangkan sebagian kecil kaum Muslim saat itu, yang
kemudian membentuk aliansi politik Syiah, lebih merujuk kepada Ali bin Abi
Thalib karena ia merupakan keluarga Nabi. Setelah sekian lama perdebatan
akhirnya melalui keputusan bersama umat islam saat itu, Abu Bakar diangkat
sebagai pemimpin pertama umat islam setelah wafatnya Muhammad. Abu Bakar
memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun
634 M.
Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah
Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum.
Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah
kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah
kekaisaran Bizantium. Abu Bakar
meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam.
Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras
kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan,
Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah
(perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak
berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,
sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat
sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan
khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan
hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti
juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak
sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar
mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat
menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di
bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash,
Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn
Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn
Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang
dijalani, ia sampai ke Syria.
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab (586-590 - 644 M, menjadi khalifah
634 - 644 M) adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar
bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan
oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat
islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang
paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang
kelak menjadi golongan Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang
menjadi khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga
644.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai
penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar.
Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama
terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian,
setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh
ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi
diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir,
ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari
sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun
itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa
kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur
dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula
jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang,
dan membuat tahun hijiah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya
berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik
dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak
menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan
meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi
khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi
Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan
berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat
dengan Ali ibn Abi Thalib.
Utsman bin Affan
Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada
sebuah keluarga dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan
nasab Nabi Muhammad saw. pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil
degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi
saw. (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam.
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan
khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz,
seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti
sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan
wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam
orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru.
Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian
yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah
seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah
kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655
M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang
berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan
tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah.
Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan
pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak
anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana
boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu
lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh
Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin
Saba’, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia
juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas
masjid Nabi di Madinah.
Ali bin Abi Thalib
Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga
puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan
mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari
pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya,
ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan
khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin
bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan
Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para
pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah
ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia
mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk
menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak.
Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama
Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan
berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung
oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah,
Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di
sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan
Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam
terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut
Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan
al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak
menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin
lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H
(660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin
Muljam.
Silsilah Sayyidina
Ali bin Abi Thalib
1.
Sayyid
Hasan
2.
Sayyid
Hasan al Mutsanna
3.
Sayyid
Abdullah al Mahdi
4.
Sayyid
Musa al Jun
5.
Sayyid
Dawud
6.
Sayyid
Muhammad
7.
Sayyid
Yahya Azzahid
8.
Sayyid
Abdullah
9.
Sayyid
Musa
10. Syekh Abdul Qadir al Jailani r.a
Setelah Khulafaurrosyidin
Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena
Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan
menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini
dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di
bawah Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan
Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun
persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)!
Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin,
dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri
yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah
abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak
pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang
menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal
pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat, tertanam
keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke
seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang
padu dalam diri umat Islam.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang
menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan
kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena
persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agama di wilayah
Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat
tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka
juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan
Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang
dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk
mengubah agamanya untuk masuk Islam.
6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan
bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada
bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syria dan Irak adalah
daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai
ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan
periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat
petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi.
Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan
diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa
khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi
kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain.
Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.
Abdul Qadir Jaelani
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Abdul Qadir Jaelani atau Abd
al-Qadir al-Gilani[1][2]
(bahasa
Kurdi: Evdilqadirê Geylanî, bahasa
Persia: عبد القادر گیلانی, bahasa Urdu:
عبد القادر آملی گیلانی Abdolqāder
Gilāni) (470–561 H) (1077–1166 M) adalah seorang ulama fiqih yang sangat
dihormati oleh Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Ia lahir
pada hari Rabu tanggal 1 Ramadan di 470 H, 1077 M[3]
selatan Laut
Kaspia yang sekarang menjadi Provinsi Mazandaran di Iran. Ia wafat pada
hari Sabtu malam, setelah magrib, pada tanggal 9 Rabiul
akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561
H/1166 M.
Ia adalah orang Kurdi[4]
atau orang
Persia.[5]
Syekh Abdul Qadir dianggap wali dan diadakan di penghormatan besar oleh kaum
Muslim dari anak benua India.[6]
Di antara pengikut di Pakistan dan India, ia juga dikenal sebagai Ghaus-e-Azam.
Transliterasi
Nama Abdul Qadir
Jaelani juga dilafalkan Abdulqadir Gaylani, Abdelkader, Abdul Qadir, Abdul
Khadir - Jilani, Jeelani, Gailani, Gillani, Gilani, Al Gilani, Keilany.
Genealogi
Ibnul Imad
menyebutkan bahwa nama lengkap syekh ini adalah Abdul Qadir bin Abi Sholeh bin
Janaky Dausat bin Abi Abdillah Abdullah bin Yahya bin Muhammad bin Dawud bin
Musa bin Abdullah bin Musa Al-Huzy bin Abdullah Al-Himsh bin Al-Hasan bin
Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Tholib Al-Jailany.[7]
Ada dua riwayat
sehubungan dengan tanggal kelahiran al-Ghauts al_A'zham Syekh Abdul Qodir
al-Jilani Amoli. Riwayat pertama yaitu bahwa ia lahir pada 1 Ramadhan 470 H. Riwayat kedua
menyatakan Ia lahir pada 2 Ramadhan 470 H. Tampaknya riwayat kedua lebih dipercaya oleh ulama[8].
Silsilah Syekh Abdul Qodir bersumber dari Khalifah Sayyid Ali al-Murtadha, melalui
ayahnya sepanjang 14 generasi dan melaui ibunya sepanjang 12 generasi. Syekh Sayyid Abdurrahman
Jami memberikan komentar mengenai asal usul al-Ghauts al-A'zham sebagi
berikut: "Ia adalah seorang Sultan yang agung, yang dikenal
sebagial-Ghauts al-A'zham. Ia mendapat gelar sayyid dari silsilah kedua orang
tuanya, Hasani dari sang ayah dan Husaini dari sang ibu"[8].
Silsilah Keluarganya adalah Sebagai berikut: Dari Ayahnya(Hasani)[8]:
Syeh Abdul Qodir
bin Abu Shalih bin Abu Abdillah bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin
Musa bin Abdullah Tsani bin Musa al-Jaun bin Abdul Mahdhi bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan as-Sibthi bin Ali bin Abi Thalib, Suami Fatimah binti Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wassalam
Dari
ibunya(Husaini)[8]:
Syeh Abdul Qodir bin Ummul Khair Fathimah binti Abdullah Sum'i bin Abu Jamal
bin Muhammad bin Mahmud bin Abul 'Atha Abdullah bin Kamaluddin Isa bin Abu
Ala'uddin bin Ali Ridha bin Musa al-Kazhim bin Ja'far al-Shadiq bin Muhammad
al-Baqir bin Zainal 'Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, Suami Fatimah Az-Zahra
binti Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wassalam
Biografi
Masa Muda
Dalam usia 8
tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak
diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al Ghazali, yang
menggantikan saudaranya Abu Hamid al Ghazali. Di Baghdad beliau belajar kepada
beberapa orang ulama
seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al Farra'
dan juga Abu Sa'ad al
Muharrimiseim. Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu
menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga
perbedaan-perbedaan pendapat para ulama. Dengan kemampuan itu, Abu Sa'ad al
Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj
menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir al
Jailani. Ia mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana
sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar sekolah tersebut.
Banyak orang yang bertaubat setelah mendengar nasihat beliau. Banyak pula orang
yang bersimpati kepada beliau, lalu datang menimba ilmu di sekolah beliau
hingga sekolah itu tidak mampu menampung lagi.
Murid
Murid-muridnya
banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun
kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam, Syeikh Qudamah,
penyusun kitab fiqih terkenal al Mughni.
Perkataan Ulama tentangnya
Syeikh Ibnu
Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini
digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir al Jailani sampai beliau
meninggal dunia.[9]
Syeikh Ibnu
Qudamah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir menjawab, "Kami sempat
berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Ia menempatkan kami di
sekolahnya. Ia sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra
beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Ia
senantiasa menjadi imam
dalam salat fardhu."
Karya
Imam Ibnu Rajab
juga berkata, "Syeikh Abdul Qadir al Jailani Rahimahullah memiliki
pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai
dengan sunnah."
Karya karyanya [8] :
- Tafsir Al Jilani
- al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq,
- Futuhul Ghaib.
- Al-Fath ar-Rabbani
- Jala' al-Khawathir
- Sirr al-Asrar
- Asror Al Asror
- Malfuzhat
- Khamsata "Asyara Maktuban
- Ar Rasael
- Ad Diwaan
- Sholawat wal Aurod
- Yawaqitul Hikam
- Jalaa al khotir
- Amrul muhkam
- Usul as Sabaa
- Mukhtasar ulumuddin
Murid-muridnya
mengumpulkan ihwal yang berkaitan dengan nasihat dari majelis-majelis beliau.
Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Ia
membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah.
Awal Kemasyhuran
Al-Jaba'i berkata
bahwa Syeikh Abdul Qadir pernah berkata kepadanya, "Tidur dan bangunku
sudah diatur. Pada suatu saat dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk
berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan
ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau
tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang
aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab
Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan
dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di malam hari dengan membawa
lilin dan obor hingga memenuhi tempat tersebut.
Kemudian, aku dibawa ke luar kota dan ditempatkan di sebuah mushalla. Namun, orang-orang
tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan
menempati tempat di sekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali
radhiallahu 'anhum.
Dalam beberapa
manuskrip didapatkan bahwa Syeikh Abdul Qadir berkata, "Sebuah suara
berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri, "kembali ke Baghdad
dan ceramahilah orang-orang". Aku pun ke Baghdad dan menemukan para
penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi
mengikuti mereka". "Sesungguhnya" kata suara tersebut,
"Mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu". "Apa
hubungan mereka dengan keselamatan agamaku/keyakinanku" tanyaku.
"Kembali (ke Baghdad)
dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu" jawab suara itu.
Aku pun membuat
70 perjanjian dengan Allah. Di antaranya adalah tidak ada seorang pun yang
menentangku dan tidak ada seorang muridku yang meninggal kecuali dalam keadaan
bertaubat. Setelah itu, aku kembali ke Baghdad dan mulai berceramah.
Hubungan Guru & Murid
Syeikh Abdul Qadir berkata, "Seorang Syeikh tidak dapat dikatakan
mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah
mendarah daging dalam dirinya.
1.
Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang
yang sattar (menutup aib) dan ghaffar (pemaaf).
2.
Dua karakter dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
Wassalam yaitu penyayang dan lembut.
3.
Dua karakter dari Abu Bakar
yaitu jujur dan dapat dipercaya.
4.
Dua karakter dari Umar yaitu amar ma'ruf
nahi munkar.
5.
Dua karakter dari Utsman
yaitu dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.
Masih
berkenaan dengan pembicaraan di atas dalam bait syair yang
dinisbatkan kepadanya dikatakan: Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri
seorang syeikh maka ia adalah Dajjal yang mengajak kepada kesesatan.
Dia harus
sangat mengetahui hukum-hukum syariat zhahir, mencari ilmu hakikah dari sumbernya, hormat dan
ramah kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya
sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah.
Syeikh Abdul Qadir juga menyatakan bahwa Syeikh al Junaid mengajarkan
standar al Quran dan Sunnah kepada kita untuk menilai seorang syeikh. Apabila
ia tidak hafal al Quran, tidak menulis dan menghafal Hadits, dia tidak pantas
untuk diikuti.
Syeikh Abdul
Qadir berkata, "Kalimat tauhid akan sulit hadir pada seorang individu yang
belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada Rasullullah oleh mursyidnya saat menghadapi
sakaratul maut".
Karena itulah
Syeikh Abdul Qadir selalu mengulang-ulang syair yang berbunyi: Wahai yang enak
diulang dan diucapkan (kalimat tauhid) jangan engkau lupakan aku saat
perpisahan (maut).
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar
dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat
luas. Selama 25 tahun Syeikh Abdul Qadir menghabiskan waktunya sebagai
pengembara sufi di Padang
Pasir Iraq dan
akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia
memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai
wafatnya pada tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul
Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M).
Juga dipimpin anak kedua Syeikh Abdul Qadir, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206
M), sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.
Ahmad al-Muhajir
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ahmad
al-Muhajir (820-924) (bahasa Arab:
أحمد المهاجر) juga dikenal dengan panggilan Al-Imam
Ahmad bin Isa merupakan keturunan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah
az-Zahra. Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Isa ar-Rumi bin Muhammad
an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad
al-Baqir bin Ali bin Husain
bin Ali bin Abu Thalib. Diriwayatkan bahwa ia
lahir pada tahun 241[1]
Hijriyah (820 Masehi) walaupun
ada pula yang menyebut 260[2]
Hijriyah.
Hijrah ke Hadramaut
Ahmad bin Isa
dinamakan Al-Muhajir karena ia meninggalkan Basrah, Irak pada zaman
pemerintahan Khalifah Abbassiyah yang berpusat di Baghdad, pada
tahun 317H (896 M).
Mula-mula ke Madinah
dan Mekkah, kemudian
pada tahun 318 H dari Mekkah ke Yaman kurang lebih sekitar tahun 319 H.
Ia berhijrah
disebabkan karena banyaknya fitnah yang terjadi di Irak pada waktu itu.
Banyak para Ahlul
Bait keturunan Rasulullah diburu atau bahkan dibunuh karena pemerintah khawatir
kalau mereka mau mengambil-alih kekuasaan. Imam al-Muhajir adalah orang pertama
yang datang ke Hadramaut berserta keluarganya yang berjumlah 70 orang. Ikut
serta dalam perjalanan adalah anaknya yang bernama Ubaidillah dan ketiga
cucunya; Alwi, Jadid dan Basri.[2]
Ia wafat pada
tahun 345h (924 M) di
Husayyisah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadramaut.
Makamnya di atas sebuah bukit umumnya salah-satu yang pertama kali diziarahi
oleh para pengunjung yang datang ke Hadramaut.
Keturunan dan status
Imam Ahmad
al-Muhajir wafat pada tahun 345 Hijriyah, dan dikarunia keturunan:[2]
1.
Muhammad (Keturunannya tersebar di negri Baghdad )
1.
Basri[4]
2.
Jadid[4]
3.
Alwi al-Awwal
1.
Muhammad
1.
Alwi ats-Tsani
1.
Salim[5]
2.
Ali Khali' Qasam[5]
2.
Abdullah[7]
3.
Husain[7]
Semua para sayyid dari
keluarga BaAlawi, Hadramaut bernasab kepadanya. Sebagian besar para Walisongo di Indonesia
juga adalah keturunan Al-Imam Ahmad
Al-Muhajir bin Isa.
Imam Ahmad
Al-Muhajir ialah seorang Imam Mujtahid, yang lebih banyak diikuti
daripada mengikuti.
Muhammad Shahib Mirbath
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muhammad
Shahib Mirbath adalah ulama besar yang berasal dari Hadramaut, Yaman pada abad ke-12
Masehi. Nama selengkapnya adalah al-Imam Waliyullah Muhammad bin Ali Khali'
Qasam bin Alwi ats-Tsani bin Muhammad bin Alwi al-Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad
al-Muhajir. Gelar Shahib Mirbath diberikan karena ia
bermukim di kota Mirbath, wilayah Dhafar, Oman selatan, setelah pindah dari kota Tarim, wilayah Hadramaut,
Yaman. Kata shahib yang bersinonim dengan kata maula, yang berarti
seseorang yang bermukim atau berkuasa di suatu tempat.[1]
Muhammad Shahib Mirbath diperkirakan wafat di Mirbath pada tahun 556 Hijriah (1161 M).[1]
Keilmuan
Sebagaimana
disebut oleh penulis buku al-Masyra' al-Rawy, Muhammad Shahib Mirbath
adalah Syaikh Masyayikhil Islam (guru besar ilmu agama Islam) dan Ilmul-'Ulama
al-A'lam (ilmunya kaum ulama kenamaan). Dinyatakan bahwa ia adalah
"Seorang ulama ahli syariat dan tarekat dan guru besar terkemuka bagi kaum penghayat ilmu
hakikat, ahli fiqih
dan mufti negeri
Yaman, seorang penasihat berbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama di negeri
itu …".[1]
Keturunan
Muhammad Shahib
Mirbath dilahirkan di kota Tarim, Yaman. Ia dikaruniai empat orang anak
laki-laki, yaitu Abdullah, Ahmad, Alwi dan Ali. Abdullah dan Ahmad tidak
menurunkan keturunan, sedangkan Alwi dan Ali menjadi cikal-bakal keturunan para
Sayyid dari kaum Alawiyyin (Habaib), termasuk yang berada di kawasan Asia
Tenggara.
Dua orang putera
Muhammad Shahib Mirbath yang yang menjadi pangkal keturunan semua Sayyid kaum
Alawiyin adalah: Ali bin Muhammad, bergelar al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam,
yang kemudian mempunyai anak bernama Muhammad; serta Alwi bin Muhammad,
bergelar `Ammul-Faqih al-Muqaddam, kemudian mempunyai tiga orang anak
yaitu Abdulmalik,[2]
Abdullah,[2]
dan Abdurrahman.[2]
Abdullah bin Alwi
kemudian memiliki anak bernama Ali,[3]
sedangkan Abdurrahman bin Alwi memiliki anak bernama Ahmad.[3]
Di Indonesia
Di Indonesia, banyak para kyai pesantren yang dianggap
merupakan keturunan Muhammad Shahib
Mirbath melalui jalur keturunan para Walisongo.
Sedangkan para keturunannya dari kaum Alawiyin yang memakai gelar Syarif, Sayyid, Syekh, Sidi, Habib,
Wan, dan lain-lain banyak pula yang menjadi pemuka agama Islam terkenal dan
raja-raja di berbagai kerajaan Islam di Nusantara.
KISAH SEMBILAN WALI
PENYEBAR AGAMA ISLAN DI TANAH JAWA/WALI SONGO
Jika kita mempelajari sejarah
penyebaran kebudayaan islam di nusantara khususnya pulau jawa, maka tidak lepas
dari kisah-kisah para sembilan walisongo. Karena Walisongo
merupakan simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Pada era
tersebut, merupakan masa/era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
nusantara yang kemudian digantikan dengan kebudayaan islam. Pelopor atau Tokoh
pendahulu walisongo yaitu Syekh Jumadil Qubro yang merupakan anak dari
seorang Putri Kelantan Tua/Putri Saadong II yaitu Puteri Selindung Bulan.
Selain walisongo, sebenarnya
banyak tokoh-tokoh yang ikut berperan aktif dalam penyebaran islam di
nusantara, namun peranan walisongo sangat begitu besar dibanding tokoh-tokoh
yang lain, sehingga membuat para walisongo memiliki nilai plus dan lebih banyak
disebut namanya dalam sejarah penyebaran islam di Jawa.
Dalam kisah-kisah walisongo,
disebutkan bahwa para sembilan wali tidak hidup pada saat yang persis
bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam
ikatan darah juga dalam hubungan guru- murid. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai
peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang
menempatkan diri sebagai ” tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri
yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga
yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami
masyarakat Jawa – yakni nuansa Hindu dan Budha.
Syekh Jumadil
Qubro
Syeikh Jumadil Kubro merupakan tokoh
kunci proses Islamisasi tanah Jawa yang hidup sebelum walisongo. Seorang
penyebar Islam pertama yang mampu menembus dinding kebesaran Kerajaan
Majapahit. Syeikh Jumadil Kubro bernama lengkap Syeikh Jamaluddin al-Husain
al-Akbar. Beliau adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari garis Syyidah
Fatimah Az Zahrah al-Battul. Ayahnya bernama Syeikh Jalal yang karena kemuliaan
akhlaknya mampu meredam pertikaian Raja Campa dengan rakyatnya. Sehingga,
Syeikh Jalal diangkat sebagai raja dan penguasa yang memimpin Negara
Campa.Syeikh Jamaluddin tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ayahnya sendiri.
Setelah dewasa, beliau mengembara ke negeri neneknya di Hadramaut. Di sana
beliau belajar dan mendalami beragam ilmu dari beberapa ulama yang terkenal di
zamannya. Bahkan keilmuan yang beliau pelajari meliputi Ilmu Syari’ah dan
Tasawwuf, di samping ilmu-ilmu yang lain.
Selanjutnya, beliau melanjutkan
pengembaraannya dalam rangka mencari ilmu dan terus beribadah ke Mekkah dan
Madinah. Tujuannya adalah mendalami beragam keilmuan, terutama ilmu Islam yang
sangat variatif. Setelah sekian lama belajar dari berbagai ulama terkemuka,
kemudian beliau pergi menuju Gujarat untuk berdakwah dengan jalur perdagangan.
Melalui jaringan perdagangan itulah beliau bergumul dengan ulama lainnya yang
juga menyebarkan Islam di Jawa.
Kemudian beliau dakwah bersama para
ulama’ termasuk para putra-putri dan santrinya menuju tanah Jawa. Mereka
menggunakan tiga kendaraan laut, sekaligus terbagi dalam tiga kelompok dakwah. Kelompok pertama dipimpin Syeikh Jumadil
Kubro memasuki tanah Jawa melalui Semarang dan singgah beberapa waktu di Demak.
Selanjutnya perjalanan menuju Majapahit dan berdiam di sebuah desa kecil
bernama Trowulan yang berada di dekat kerajaan Majapahit. Kemudian jamaah
tersebut membangun sejumlah padepokan untuk mendidik dan mengajarkan beragam
ilmu kepada siapa saja yang hendak mendalami ilmu keislaman.
Kelompok
kedua, terdapat cucunya yang bernama al-Imam Ja’far Ibrahim Ibn Barkat Zainal
Abidin dibantu saudaranya yakni MalikIbrahim menuju kota Gresik. Dan kelompok ketiga adalah jamaah yang dipimpin putranya yakni al-Imam
al-Qutb Sayyid Ibrahim Asmoro Qondy menuju Tuban. Namanya masyhur dengan
sebutan “Pandhito Ratu” karena beliau memperoleh Ilmu Kasyf (transparansi dan
keserba jelasan ilmu/ilmu yang sulit dipahami orang awam, beliau diberi
kelebihan memahaminya).
Perjalanan dakwah Syeikh Jumadil Kubro
berakhir di Trowulan, Mojokerto. Beliau wafat tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H.
diperkirakan hidup di antara dua Raja Majapahit (awal Raja Tribhuwana Wijaya
Tunggadewi dan pertengahan Prabu Hayam Wuruk). Bermula dari usul yang diajukan
Syeikh Jumadil Kubro kepada penguasa Islam di Turki (Sultan Muhammad I) untuk
menyebarkan Agama Islam si wilayah Kerajaan Majapahit. Pada saat itu wilayah
Majapahit sangat kuat pengaruh Agama Hindu di samping keyakinan masyarakat pada
arwah leluhur dan benda-benda suci. Keberadaannya di tanah Majapahit hingga
ajal menjelang menunjukkan perjuangan Sayyid Jumadil Kubro untuk menegakkan
Agama Islam melawan penguasa Majapahit sangatlah besar.
Karena pengaruh beliau dalam
memberikan pencerahan bekehidupan yang berperadaban, Syeikh Jumadil Kubro
dikenal dekat dengan pejabat Kerajaan Majapahit. Cara dakwah yang pelan tapi
pasti, menjadikan beliau amat disegani. Tak heran, bila pemakaman beliau berada
di antara beberapa pejabat kerajaan di antaranya adalah makam Tumenggung Satim
Singgo Moyo, Kenconowungu, Anjasmoro, Sunana Ngudung (ayah Sunan Kudus), dan
beberapa patih dan senopati yang dimakamkan bersamanya.
Lokasi kompleks makam ini berdekatan
dengan Pendopo Agung Majapahit dan Pusat Informasi Majapahit yang pembangunannya
menuai kontroversi. Hal itu karena proses pembangunannya diindikasikan merusak
situs-situs peninggalan Majapahit yang diyakini hingga kini masih terkubur di
dalam tanah kawasan Trowulan. Sekali dayung, maka semua tujuan napak tilas
sejarah Majapahit bisa terpenuhi.
Silsilah::
Sayyid Jumadil Kubro bin Sayyid Zainul
Khusen bin Sayyid Zainul Kubro bin Sayyid Zainul Alam bin Sayyid Zainal Zainal
Abidin bin Sayyid Khusen bin Siti Fatimah binti Rasulullah Muhammad SAW bin
Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushoyi bin Kilab
bin Murota bin Kaáb bin Luayyi bin Gholib bin Fihri bin Maliki bin Nadri bin
Kinana bin Khuzaimah bin Mudrika bin Ilyas bin Mudhoro bin Nizar bin Maad bin
Adnan bin Uddi bin Udada bin Mukowami bin Nakhuro bin Tairokhi bin Ya’rub bin
Yasjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarokha bin Nakhuro bin Syarukho
bin Arghu bin Falakho bin Abaro bin Syalakho bin Arfakhsan bin Sami bin Nukh
bin Lamaka bin Mutawaslikh bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qoinani bin Yanasy
bin Syits bin Adam Alaihi Sholatuwassalam.
I. Sayyid Jumadil Kubro dikaruniai tiga putra. Adapun ketiga putra
beliau itu adalah :
Sayyid Ibrahim (Ibrahim
As-Samarkhandi)
Maulana Iskha’
Sunan Aspadi yang dikawin oleh Raja
Rum
II. Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Candrawulan Binti
Raja Kuntoro Chempa mempunyai 2 orang anak :
Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Sayyid Ali Murtadho (Raja Pandhito) R.
Santri
III. Maulana Iskhak Bin Jumadil Kubro menikah dengan Raden Ayu Retno Kusumo Binti Raja Mundiwangi Pajajaran
mempunyai 2 orang anak :
Sayyid Abdul Qodir atau disebut Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Dewi Saroh (Istri Sunan Kalijogo)
IV. Maulana Iskhak Bin Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sekardadu Binti
Prabu Minak Sembuyu Blambangan mempunyai seorang anak bernama : Raden Paku
atau (Sunan Giri)
V. Sunan Aspadi tidak diketahui karena berada di Kerajaan Rum
VI. Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) Bin Sayyid Ibrahim Bin Jumadil
Kubro menikah dengan Dewi Candrawati Binti Ariyotejo Adipati Tuban
mempunyai 5 orang anak :
Siti Sariáh (Istri Haji Usman) Sunan
Manyuran
Siti Mutmainnah (Istri Sayyid Muhsin)
Siti Khofsoh (Istri Sayyid Ahmad)
Sayyid Maqdum Ibrohim (Sunan Bonang)
Raden Qosim (Sunan Drajat)
VII. Sayyid Ali Rahmatullah juga menikah dengan Dewi Karimah Binti Ki Bang
Kuning, mempunyai 2 orang anak :
Dewi Murtasimah (Istri Raden Patah)
Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri)
VIII. Sayyid Ali Murtadho (Raja Pandhito) Raden Santri Bin Sayyid Ibrahim
As-Samarkhandi Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Raden Ayu Maduretno
Binti Prabu Ariyo Bariben mempunyai 3 orang anak :
Haji Usman (Sunan Manyuran) Mandalika
Usman Haji (Sunan Ngudung)
Nyai Gede Tundo (Istri Sunan
Kertoyoso)
IX. Sayyid Abdul Qodir atau disebut Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Bin Maulana Iskhak Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Haisah Binti
Raden Jakender (Sunan Malaka) Madura mempunyai 2 orang anak :
Raden Abdul Jalil disebut Syeikh Siti
Jenar tidak mau beristri
Dewi Sofiyah (Istri Raden Qosim) Sunan
Drajat
X. Sayyid Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang) Bin Raden Rahmad (Sunan Ampel) Bin
sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Hiroh Binti Raden
Jakender (juga mertuanya Syarif Hidayatullah) mempunyai seorang anak
bernama : Dewi Rukhilah (Istri Sunan Kudus).
XI. Raden Qosim (Sunan Drajat) Bin Raden Rahmad bin sayyid Ibrahim Bin
Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sofiyah Binti Sunan Cirebon mempunyai 3
orang anak :
Pangeran Trenggono
Pangeran Sandi
Dewi Rouyan
XII. Haji Usman (Sunan Manyuran) Bin Raja Pandhito Bin sayyid Ibrahim Bin
Sayyid Jumadil Kubro menikah dengan Siti Sariah Binti Sunan Ampel mempunyai
seorang anak bernama : Amir Khasan
XIII. Usman Haji (Sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin Sayyid Ibrahim Bin
Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Sari Binti Tumenggung Wilatikta mempunyai
2 orang anak :
Dewi Sujinah (Istri Sunan Muria)
Amir Haji (Sayyid Ja’far Sodiq) Sunan
Kudus
XIV. Dewi Murtasimah Binti Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Jumadil Kubro
dinikah oleh Raden Patah Bin Kertawijaya (Brawijaya) mempunyai 5 orang anak
:
Pangeran Purbo
Pangeran Trenggono
Raden Bagos Sedokali
Raden Kenduruhan
Dewi Ratih
XV. Nyai Gede Tundo Binti Raja Pandito Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid
Jumadil Kubro dinikah oleh Khalifah Khusen (Sunan Kertoyoso) Madura
mempunyai seorang anak bernama : Khalifah Sughro.
XVI. Siti Mutmainah Binti Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil
Kubro dinikah oleh Sayyid Muhsin (dari Yaman) beliau adalah murid Sunan
Ampel atas perkawinannya mempunyai seorang anak bernama : Amir Khamzah.
XVII. Siti Khofsoh Binti Sunan Ampel Bin sayyid Ibrahim bin Sayyid Jumadil
Kubro dinikah Sayyid Ahmad (Sunan Malaka) beliau adalah murid Sunan Ampel,
atas perkawinannya tidak mempunyai anak.
XVIII. Raden Paku (Sunan Giri) Bin Maulana Ishak Bin Sayyid Jumadil Kubro
kelahiran Blambangan menikah dengan Dewi Murtasiyah Binti Sunan Ampel
mempunyai 4 orang anak :
Raden Prabu
Raden Milyani
Raden Kuwo
Dewi Retnowati
XIX. Raden Sahid (Sunan Kalijogo) Bin Raden Sahur Tumenggung Wilatikta.
Beliau adalah murid Sunan Ampel, menikah dengan Dewi Saroh Binti Maulana
Ishak Bin Sayyid Jumadil Kubro, mempunyai 3 orang anak :
Raden Said (Sunan Muria)
Dewi Rukoiyah
Dewi Sofiyah
XX. Raden Said (Sunan Muria) Bin Raden Sahid (Sunan Kalijogo) menikah
dengan Dewi Sujinah Binti Usman Haji (Sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin
Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro mempunyai seorang putra bernama :
Pangeran Santri (Sunan Kadilangu).
XXI. Raden Amir Haji atau disebut Sayyid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) Bin
Usman Haji (sunan Ngudung) Bin Raja Pandhito Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid
Jumadil Kubro menikah dengan Dewi Rukhila Binti Sayyid Maqdum Ibrahim (Sunan
Bonang) Bin Sunan Ampel Bin Sayyid Ibrahim Bin Sayyid Jumadil Kubro
mempunyai seorang anak bernama : Raden Amir Khasan.
XXII. Raden Sahur Tumenggung Wilatikta (Tuban) menikah dengan Dewi Nawang
Arum Binti Ki Ageng Tarup mempunyai 2 orang anak :
Dewi Sari (Istri Sunan Ngudung)
Raden Sahid (Sunan Kalijogo)
XXIII. Raden Jakender (Sunan Malaka) Madura menikah dengan Dewi Nawang Sari
Binti Ki Ageng Tarup mempunyai 2 orang anak :
Dewi Hisah (Istri Sunan Gunung Jati)
Dewi Hiroh (Istri Sunan Bonang)
XXIV. Prabu Kertawijaya (Brawijaya I) mempunyai istri banyak dan anaknya
juga banyak sekali, namun yang terkenal dari istri Chempa mempunyai 3 orang
anak :
Prabu Hadi (Istri Adipati Doyoningrat)
Lembu Peteng Madura
Raden Kukur
Dari istri Ponorogo mempunyai anak :
Betoro Katong (Ponorogo)
Ariyodamar (Adipati Palembang)
Dari istri Chempo yang lain mempunyai
anak bernama : Raden Husen (Raden Patah) yang mendirikan kerajaan Islam Demak.
Dari istri dari Bakilen mempunyai anak
bernama : Jaran Panoleh di Sampang Madura
Kanjeng Maulana Ishaq
Maulana
Ishaq adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro.
Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan
Gresik) dan Maulana
Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya
Maulana Ishaq
mengislamkan Samudera Pasai.
Syekh Jumadil Qubro bukan keturunan Jawa,
melainkan berasal dari Asia Tengah. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq lahir di
Samarkand,
Uzbekistan.
Mereka masih kerabat dekat LAKSAMANA Cheng Ho.
Beberapa versi
babad yang meyakini bahwa Syekh Jumadil Qubro adalah keturunan ke-10 dari
Husain
bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW.
Kanjeng Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik
Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand,
Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma
menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap
As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi
Maulana Malik Ibrahim kadang juga
disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal.
Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus
ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana
Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi
Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah
bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379.
Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden
Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri.
Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik
Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni
desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa
Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota
Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya
ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan
kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib,
kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari
Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan
cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang
disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat
di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di
Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di
kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Kanjeng Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik
Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia
dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama
Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di
daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya
(kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa
Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho,
sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang.
Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik.
Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa,
bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama
Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri
seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera
dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan
Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak
didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa
itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V
raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa,
daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok
pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad
15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di
wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan
Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah
ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab
Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana
yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan
istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon).
Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri,
tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada
tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Wasiat
AS-SAYYID RAHMAT SUNAN AMPEL dan Sepuluh Asas Dakwah Wali Songo
Wasiat dalam kitabnya yaitu : “ Jika
sudah tiba zamannya dimana sungai-sungai hilang kedalamannya (banyak orang yg
berilmu yg tidak di hiraukan lagi dalam majlisnya), pasar hilang gaungnya (masjid
sudah kosong, jika masjid-masjid tak ada adzan), wanita-wanita hilang malunya
(tidak menututup aurat dsb) maka cepat-cepatlah mencari taman-taman surga untuk
menyelamatkan diri. janganlah pulang sebelum mendapat hidayah dari Allah swt”
((#tambahan:) Rasulullah SAW
bersabda, “Jika kalian bertemu taman-taman surga, maka mampirlah.” Lalu sahabat
bertanya, “apakah taman-taman surga itu ya Rosulullah?”
“Taman-taman surga ialah majelis dzikir dan majelis ilmu.” )
“Taman-taman surga ialah majelis dzikir dan majelis ilmu.” )
Kalau kita buat dakwah berpegang dengan
azas dakwah ini maka dakwah kita akan mirip dengan dakwah nabi dan sahabat
sehingga akan menjadi asbab hidayah keseluruh alam.
10 Asas Dakwah Walisongo :
1. Sugih tanpa
banda (KAYA TANPA HARTA)
Artinya
: jangan yakin pada harta.kebahagiaan bukan karena harta tapi karena ilmu agama
dan iman
2. Ngluruk tanpa
bala (MENYERBU TANPA BANYAK ORANG/PASUKAN)
Artinya
: jangan yakin dengan banyaknya jumlah kita,…yakin dengan pertolongan Allah
pada kita
3. Menang tanpa
ngasorake (MENANG / UNGGUL TANPA MERENDAHKAN ORANG LAIN)
Artinya
: dakwah jangan menganggap hina musuh-musuh kita…kita pasti unggul tapi jangan
merendahkan orang lain (jangan sombong)
4. Mulya tanpa
punggawa (MULIA TANPA PUNGGAWA)
Artinya
: kemuliaan hanya dalam iman dan kemuliaan kekasih Allah
(WALI) bukan dengan banyaknya pengikut
(WALI) bukan dengan banyaknya pengikut
5. Mletik tanpa
sutang (MELOMPAT TANPA PAKAI GALAH)
Artinya
: niat utk dakwah krn Allah, Allah yang berangkatkan kita bukan asbab dunia
seperti harta dsb
6. Mabur tanpa lar
(TERBANG TANPA SAYAP)
Artinya
: berdakwah jangan mengharap bantuan
7. Digdaya tanpa
aji-aji (SAKTI TANPA ILMU KEDIGDAYAAN)
Artinya
: digdaya adalah kewibawaan, kewibawaan adalah ilmu,ilmu adalah Allah, jadi
datangilah majlis2 ilmu tanpa mengharap akan jadi karomah atau sakti tapi
mengharaplah jadi teliti dan hati2 dlm hidup
8. Menang tanpa
tanding (MENANG TANPA PERANG)
Artinya
: dakwah dengan hikmah, kata-kata nyata dgn dasar yang nyata, akhlaq yg mulia
dan menangislah pada Allah agar umat yg kita jumpai dan umat seluruh alam
mendapatkan hidayah bukan dengan kekerasan…
Nabi saw bersabda yg maknanya :
‘Haram
memerangi suatu kaum sebelum kalian berdakwah (berdakwah dengan hikmah) kepada
mereka”
9. Kuncara tanpa
wara-wara (TERKENAL TANPA PROMOSI ATAU
MINTA SUPAYA DI TERKENAL..IKLAN, SPANDUK, PROMOSI DAN LAIN SEBAGAINYA)
MINTA SUPAYA DI TERKENAL..IKLAN, SPANDUK, PROMOSI DAN LAIN SEBAGAINYA)
Artinya
: ikhlas dalam berdakwah bukan mengharap terbuka keagungan dan di agungkan
manusia, bukan berharap terkenal dan di kenal manusia, tp serahkan semua
keagungan dan menangislah bila Allah tdk mengenal kita
10. Kalimasada
senjatane ( SENJATANYA IMAN DAN 2 KALIMAT SAHADAT)
Artinya
: selalu mendakwahkan kalimat iman, mengajak umat pada iman dan amal salih…
NASAB SILSILAH SUNAN AMPEL..SAYYID
RAHMAT RAHMATULLOH
Nasab lengkapnya sebagai berikut:
Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin
Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul
Malik bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid
Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid
Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad
bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
(Copas dari fb: ALFAQIER MUHAMMAD
ALKAFF (Majelis Darul Abidin))
Kanjeng Sunan Drajad (Syarifudin).
Putra dari Sunan Ampel. Menyiarkan
agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
Wasiat / pesan Kanjeng Sunan Drajat
Tujuh pesan Sunan Drajat :
1.
Memangun
resep teyasing Sasomo
(kita selalu membuat senang hati orang lain)
2.
Jroning
suko kudu eling Ian waspodo
(didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3.
Laksitaning
subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita
– cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4.
Meper
Hardaning Pancadriya
(kita harus selalu menekan gelora nafsu – nafsu)
5.
Heneng
– Hening – Henung
(dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening
itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6.
Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir bathin hanya
bisa kita capai dengan sholat lima waktu)
7.
Menehono teken marang wong kang wuto,
Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo,
Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Ajarkan ilmu pada orang yang tidak tau, Berilah makan
kepada orang yang lapar, Berilah baju kepada orang yang tidak punya baju, serta
beri perlindungan orang yang menderita)
Kanjeng Sunan Bonang (Makdum Ibrahim).
Putra dari Sunan Ampel. Menyiarkan
Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
Wasiat Kanjeng Sunan Bonang
“Menehana teken marang wong kang wuta.
Menehana mangan marang wong kang luwe. Menehana busana marang wong kang wuda.
Menehana ngiyup marang wong kang kudanan.” (Sunan Bonang)
Artinya: Berilah tongkat kepada
orang buta. Berilah makanan kepada orang lapar. Berilah pakaian kepada orang
telanjang. Berilah payung kepada orang kehujanan.
Ada
empat hal yang harus diperhatikan seorang pemimpin.
Pertama, berilah tongkat kepada orang buta.
Buta mata dibantu agar tiba di tujuan, dan buta ilmu pengetahuan dibantu dengan
pendidikan agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri untuk hidup layak.
Kedua, berilah makanan kepada orang lapar
adalah anjuran untuk peduli kepada nasib orang miskin agar terlepas dari
himpitan derita berkepanjangan dengan, antara lain, berbagai usaha perbaikan
ekonomi.
Ketiga, berilah pakaian kepada orang telanjang.
Orang telanjang adalah orang yang belum mengenal moral. Ia harus dipandu dan
dipacu untuk hidup beradab dan berakhlak mulia.
Dan
keempat, berilah
payung kepada orang yang kehujanan, yakni memberi perlindungan kepada orang
yang terancam dan berada dalam kesulitan, termasuk perlindungan hukum kepada
orang yang hak asasinya dikebiri.
Kanjeng Sunan Giri (Raden
Paku).
Menyiarkan Islam di Jawa dan luar
Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan
metode bermain.
Asal-usul
Sunan Giri memiliki nama asli Raden
Paku. Sewaktu masih mondok di pesantren Ampeldenta, Raden Paku bersahabat
sangat akrab dengan putraSunan Ampel (Raden Rahmat) yang bernama Raden Makdum
Ibrahim (kelak dikenal sebagai Sunan Bonang). Keduanya bagai saudara kandung
yang saling menyayangi dan saling mengingatkan. Setelah berusia 16 tahun, kedua
pemuda itu dianjurkan untuk menimba ilmu pengetahuan yang lebih tinggi di
negeri seberang sambil meluaskan pengalaman.
Sunan Ampel berpesan kepada Raden Paku
dan Raden Makdum Ibrahim untuk belajar ke negeri Pasai karena disana ditempati
oleh banyak orang pandai dari berbagai negeri. Di negeri Pasai terdapat ulama
besar yang bergelar Syekh Awwallul Islam. Sunan Ampel mengatakan bahwa ulama
tersebut memiliki nama asli Syekh Maulana Ishak dan merupakan ayah kandung
Raden Paku. Pesan itu dilaksanakan oleh Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim.
RADEN PAKU BERTEMU SYEKH MAULANA ISHAK DI PASAI
Begitu sampai di negeri Pasai, Raden
Paku dan Raden Makdum Ibrahim disambut Syekh Maulana Ishak dengan gembira,
penuh haru dan bahagia karena ayah kandung Raden Paku itu tidak pernah melihat
anaknya sejak bayi. Raden Paku menceritakan riwayat hidupnya sejak masih kecil
ditemukan di tengah samudera oleh Nyi Ageng Pinatih. Ia kemudian diangkat
sebagai anak dan berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya.
RADEN PAKU MENDIRIKAN PESANTREN GIRI KEDATON
Dalam sejumlah sumber sejarah
menyebutkan bahwa Raden Paku dijodohkan dengan Dewi Wardah putri Ki Ageng
Bungkul dan Dewi Murtasiah putri Sunan Ampel. Sesudah berumah tangga, Raden
Paku makin giat berlayar dan berdagang antar pulau. Sambil berlayar itu pula
beliau menyiarkan agama Islam kepada penduduk setempat sehingga namanya cukup
terkenal di kepulauan Nusantara.
Kanjeng Sunan Kudus (Jafar Sodiq).
Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa
Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
1. Asal Usul
Menurut
salah satu sumber, Sunan Kudus adalah putera Raden Usman haji yang bergelar
Sunan Ngudung dari Jipang Panolan. Ada yang mengatakan letak Jipang Panolan ini
disebelah utara kota Blora. Di dalam babad tanah jawa, disebutkan bahwa Sunan
Ngudung pernah memimpin pasukan Majapahit. Sunan ngudung selaku senopati Demak
berhadapan dengan Raden Husain atau Adipati Terung dari Majapahit. Dalam
pertempuran yang sengit dan saling mengeluarkan aji kesaktian itu Sunan Ngudung
gugur sebagai pahlawan sahid. Kedudukannya sebagai senopati Demak kemudian
digantikan oleh sunan Kudus yang puteranya sendiri yang bernama asli Ja’far
Sodiq.
Pasukan
Demak hampir saja menderita kekalahan, namun berkat siasat Sunan Kalijaga, dan
bantuan pusaka Raden Patah yang dibawa dari Palembang kedudukan Demak dan
Majapahit akhinya berimbang.
Selanjutnya
melalui jalan diplomasi yang dilakukan Patih Wanasalam dan Sunan Kalijaga, peperangan
itu dapat dihentikan. Adipati Terung yang memimpin laskar Majapahit diajak
damai dan bergabung dengan Raden Patah yang ternyata adalah kakaknya sendiri.
Kini keadaan berbalik. Adipati Terung dan pengikutnya bergabung dengan tentara
Demak dan menggempur tentara Majapahit hingga ke belahan timur. Pada akhirnya
perang itu dimenangkan oleh pasukan Demak.
2. Guru-gurunya
Disamping
belajar agama kepada ayahnya sendiri, Ja’far Sodiq juga belajar kepada beberapa
ulama terkenal. Diantaranya kepada Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan
Ampel.
Nama
asil Kiai Telingsing ini adalah Ling Sing, beliau adalah seorang ulama dari
negeri cina yang datang ke pulau jawa bersama laksamana jenderal Cheng Hoo.
Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, jenderal Cheng Hoo yang beragama Islam
itu datang ke pulau jawa untuk mengadakan tali persahabatan dan menyebarkan
agama Islam melalui perdagangan.
Di
jawa, the Ling Sing cukup dipanggil dengan sebutan Telingsing, beliau tinggal
di sebuah daerah subur yang terletak diantara sungai Tanggulangin dan sungai
Juwana sebelah Timur. Disana beliau bukan hanya mengajarkan Islam, melainkan
juga mengajarkan kepada penduduk seni ukir yang indah.
Banyak
yang datang berguru seni kepada Kiai Telingsing, termasuk Ja’far Sodiq itu
sendiri. Dengan belajar kepada ulama yang berasal dari cina itu, Raden Ja’far
Sodiq mewarisi bagian dari sifat positif masyarakat cina yaitu ketekunan dan
kedisiplinan dalam mengejar atau mencapai cita-cita. Hal ini berpengaruh besar
bagi kehidupan dakwah Ja’far Sodiq dimasa akan datang yaitu tatkala menghadapi
masyarakat yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Budha.
Selanjutnya,
Raden Ja’far Sodiq juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya selama beberapa
tahun.
3. Cara Berdakwah
yang Luwes
A. Strategi
Pendekatan kepada Massa
Sunan Kudus termasuk
pendukung gagasan, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menerapkan strategi
dakwah kepada masyarakat sebagai berikut :
1. Membiarkan
dulu adat istiadat dan kepercayaan lama yang sukar dirubah. Mereka sepakat
untuk tidak mempergunakan jalan kekerasan atau radikal menghadapi masyarakat
yang demikian.
2. Bagian
adat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tetapi mudah dirubah maka segera
dihilangkan.
3. Tut
Wuri Handayani, artinya mengikuti dari belakang terhadap kelakuan dan adat
rakyat tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit demi sedikit dan
menerapkan prinsip Tut Wuri Hangiseni, artinya mengikuti dari belakang sambil
mengisi ajaran agama Islam.
4. Menghindarkan
konfrontasi secara langsung atau secara keras didalam cara menyiarkan agama
Islam. Dengan prinsip mengambil ikan tetapi tidak mengeruhkan airnya.
5. Pada
akhirnya boleh saja merubah adat dan kepercayaan masyarakat yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam tetapi dengan prinsip tidak menghalau masyarakat dari umat
Islam. Kalangan umat Islam yang sudah tebal imannya harus berusaha menarik
simpati masyarakat non muslim agar mau mendekat dan tertarik dengan ajaran
Islam. Hal itu tak bisa mereka lakukan kecuali dengan konsekuen. Sebab dengan
melaksanakan ajaran Islam secara lengkap otomatis tingkah laku dan gerak-gerik
mereka sudah merupakan dakwah nyata yang dapat memikat masyarakat non-muslim.
Strategi dakwah ini
diterapkan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan
Sunan Gunung Jati. Karena siasat mereka dalam berdakwah tak sama dengan garis
yang ditetapkan oleh Sunan Ampel maka mereka disebut kaum Abangan atau Aliran
Tuban. Sedang pendapat Sunan Ampel yang didukung Sunan Giri dan Sunan Drajad
disebut Kaum Putihan atau Aliran Giri.
Namun atas inisiatif
Sunan Kalijaga, kedua pendapat yang berbeda itu pada akhinya dapat
dikompromikan.
B. Merangkul Masyarakat Hindu
Di Kudus pada waktu
itu penduduknya masih banyak yang beragama Hindu dan Budha. Untuk mengajak
mereka masuk Islam tentu bukannya pekerjaan mudah. Terlebih mereka yang masih
memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat lama, jumlahnya tidak
sedikit. Di dalam masyarakat seperti itulah Ja’far Sodiq harus berjuang
menegakkan agama.
Pada suatu hari Sunan
Kudus atau Ja’far Sodiq membeli seekor sapi (dalam riwayat lain disebut
Kebo Gumarang). Sapi tersebut berasal dari Hindia, dibawa para pedagang asing
dari kapal besar.
Sapi itu ditambatkan
dihalaman rumah Sunan Kudus.
Rakyat Kudus yang
kebanyakan beragama Hindu itu tergerak hatinya, ingin tahu apa yang akan
dilakukan Sunan Kudus terhadap sapi itu. Sapi dalam pandangan Hindu adalah
hewan suci yang menjadi kendaraan para dewa. Menyembelih sapi adalah perbuatan
dosa yang dikutuk para dewa. Lalu apa yang dilakukan Sunan Kudus?
Apakah Sunan Kudus
hendak menyembelih sapi dihadapan rakyat yang kebanyakan justru memujanya dan
menganggap binatang keramat. Itu berarti Sunan Kudus melukai hati rakyatnya
sendiri.
Dalam tempo singkat
halaman rumah Sunan Kudus dibanjiri rakyat, baik yang beragama Islam maupun
Budha. Setelah jumlah penduduk yang datang bertambah banyak, Sunan Kudus keluar
dari dalam rumahnya.
Sedulur-sedulur yang
saya hormati, segenap sanak kadang yang saya cintai, Sunan Kudus membuka suara.
Saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab diwaktu
saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati
kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya.
Mendengar cerita
tersebut para pemeluk agama Hindu terkagum-kagum. Mereka menyangka Ja’far Sodiq
itu adalah titisan dewa Wisnu, maka mereka bersedia mendengarkan ceramahnya.
Demi rasa hormat saya kepada jenis hewn yang pernah menolong saya, maka dengan
ini saya melarang penduduk Kudus menyakiti atau menyembelih sapi.
Kontan para penduduk
terpesona atas kisah itu.
Sunan kudus
melanjutkan, salah satu diantara surat-surat Al-Qur’an yaitu surat yang kedua
dinamakan Surat Sapi atau dalam bahasa Arabnya Al-Baqarah, kata Sunan Kudus.
Masyarakat semakin
tertarik. Kok ada sapi di dalam Al-Qur’an mereka menjadi ingin tahu lebih
banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan
keterangan Sunan Kudus.
Demikianlah, sesudah
simpati itu berhasil diraih akan lapanglah jalan untuk mengajak
masyarakat berduyun-duyun masuk agama Islam.
Bentuk mesjid yang
dibuat Sunan Kudus pun tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang
Hindu. Lihatlah menara Kudus yang antik itu, yang hingga sekarang dikagumi
orang di seluruh dunia karena keanehannya. Dengan bentuknya yang mirip candi
itu orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak takut atau segan masuk ke dalam
mesjid guna mendengarkan ceramah Sunan Kudus.
C. Merangkul
Masyarakat Budha
Sesudah berhasil
menarik umat Hindu kedalam agama Islam hanya karena sikap toleransi yang
tinggi, yaitu menghormati sapi yang dikeramatkan umat Hindu dan membangun
menara mesjid mirip dengan candi Hindu. Kini Sunan Kudus bermaksud menjaring
umat Budha. Caranya? Memang tidak mudah, harus kreatif dan tidak bersifat
memaksa.
Sesudah mesjid
berdiri, Sunan Kudus membuat padasan atau tempat wudhu dengan pancuran yang
berjumlah delapan. Masing-masing pancuran diberi arca kepala kebo gumarang
diatasnya. Hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha, “Jalan berlipat delapan”
atau Sanghika Marga” yaitu :
1.
Harus memiliki pengetahuan yang benar
2.
Mengambil keputusan yang benar
3.
Berkata yang benar
4.
Hidup dengan cara yang benar
5.
Bekerja dengan benar
6.
Beribadah dengan benar
7.
Dan menghayati agama dengan benar.
Usahanya pun membuahkan
hasil, banyak umat Budha yang penasaran, untuk itu Sunan Kudus memasang
lambang wasiat Budha itu di padasan atau tempat berwudhu, sehingga mereka
berdatangan ke mesjid untuk mendengarkan keterangan Sunan Kudus.
D. Selamatan
Mitoni
Didalam cerita tutur
disebutkan bahwa Sunan Kudus itu pada suatu ketika gagal mengumpulkan rakyat
yang masih berpegang teguh pada adat istiadat lama.
Seperti diketahui,
rakyat jawa banyak melakukan adat istiadat yang aneh, yang kadang kala
bertentangan dengan ajaran Islam, misalnnya berkirim sesaji dikuburan untuk
menunjukkan bela sungkawa atau berduka cita atas meninggalnya salah seorang
anggota keluarga, selamatan neloni. Mitoni dan lain-lain. Sunan Kudus sangat
memperhatikan upacara-upacara ritual tersebut dan berusaha sebaik-baiknya untuk
merubah atau mengarahkannya dalam bentuk Islami. Hal ini dilakukan juga oleh
Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.
Contohnya, bila
seorang isteri orang jawa hamil tiga bulan maka akan dilakukan acara selamatan
yang disebut mitoni sembari minta kepada dewa bahwa bila anaknya lahir supaya tampan seperti Arjuna, jika anaknya
perempuan supaya cantik seperti Dewi Ratih.
Adat tersebut tidak
ditentang secara keras oleh Sunan Kudus. Melainkan diarahkan dalam bentuk
Islami. Acara selataman boleh terus dilakukan tapi niatnya bukan sekedar kirim
sesaji kepada para dewa, melainkan bersedekah kepada penduduk setempat dan
sesaji yang dihidangkan boleh dibawa pulang. Sedangkan permintaannya langsung
kepada Allah dengan harapan anaknya lahir laki-laki akan berwajah seperti nabi
Yusuf, dan bila perempuan seperti Siti Maryam ibunda Nabi Isa. Untuk itu sang
ayah dan ibu harus sering membaca surat Yusuf dan surat Maryam dalam Al-Qur’an.
Sebelum acara
selamatan dilaksanakan diadakanlah pembacaan Layang Ambiya atau sejarah para
Nabi. Biasanya yang dibaca adalah bab Nabi Yusuf. Hingga sekarang acara
pembacaan Layang Ambiya yang berbentuk tembang Asmarandana, Pucung dll itu
masih hidup di kalangan masyarakat pedesaan.
Berbeda dengan cara
lama, pihak tuan rumah membuat sesaji dari berbagai jenis makanan, kemudian
diikrarkan (hajatkan dihajatan) oleh sang dukun atau tetua masyarakat setelah
upacara sakral itu dilakukan sesajinya tidak boleh dimakan melainkan diletakkan
di candi, di kuburan atau tempat-tempat sunyi dilingkungan tuan rumah.
Ketika pertama kali
melaksanakan gagasannya, Sunan Kudus pernah gagal, yaitu beliau mengundang
seluruh masyarakat. Baik yang Islam maupun yang Hindu dan Budha ke dalam
mesjid. Dalam undangan disebutkan hajat Sunan Kudus yang hendak Mitoni dan
bersedekah atas hamilnya sang isteri yang telah tiga bulan.
Sebelum masuk mesjid,
rakyat harus membasuh kaki dan tangannya dikolam yang sudah disediakan.
Dikarenakan harus membasuh tangan dan kaki inilah banyak rakyat yang tidak mau,
terutama dikalangan Hindu dan Budha. Inilah kesalahan Sunan Kudus. Beliau
terlalu mementingkan pengenalan syariat berwudhu kepada masyarakat, tapi
akibatnya masyarakat malah menjauh. Apa sebabnya? Karena iman mereka atau
tauhid mereka belum terbina.
Maka pada kesempatan
lain, Sunan Kudus mengundang masyarakat lagi. Kali ini tidak usah membasuh
tangan dan kakinya waktu masuk mesjid, hasilnya sungguh luar biasa. Masyarakat
berbondong-bondong memenuhi undangannya, disaat inilah Sunan Kudus menyisipkan
bab keimanan dalam agama Islam secara halus dan menyenangkan rakyat. Caranya
menyampaikan materi cukup cerdik, ketika rakyat tengah memusatkan perhatiannya
pada keterangan sunan Kudus tetapi karena waktu sudah terlalu lama, dan
dikuatirkan mereka jenuh Sunan Kudus mengakhiri ceramahnya.
Cara tersebut kadang
mengecewakan, tapi disitulah letak segi positipnya, rakyat ingin tahu
kelanjutan ceramahnya. Dan pada kesempatan lain mereka datang lagi ke mesjid,
baik dengan undangan maupun tidak, karena ingin tahu itu demikian besar mereka
tak peduli lagi pada syarat yang diajukan Sunan Kudus yaitu membasuh kaki dan
tangannya lebih dahulu, yang lama-lama menjadi kebiasaan untuk berwudhu.
Dengan demikian Sunan
Kudus berhasil menebus kesalahannya dimasa lalu. Rakyat menaruh simpati
dan menghormatinya. Cara-cara yang ditempuh untuk mengislamkan masyarakat cukup
banyak. Baik secara langsung melalui ceramah agama maupun adau kesaktian dan
melalui kesenian, beliaulah yang pertama kali menciptakan tembang Mijil dan
Maskumambang. Didalam tembang-tembang tersebut beliau sisipkan ajaran-ajaran
agama Islam.
Sunan Kudus di Negeri
Mekkah
Didalam
legenda dikisahkan bahwa Raden Ja’far Sodiq itu suka mengembara, baik ke tanah
Hindustan maupun ke tanah Suci Mekkah.
Sewaktu
berada di Mekkah beliau menunaikan ibadah haji. Dan kebetulan disana ada wabah
penyakit yang sukar diatasi. Penguasa negeri arab mengadakan sayembara, siapa
yang berhasil melenyapkan wabah penyakit itu akan diberi hadiah harta benda
yang cukup besar jumlahnya.
Sudah
banyak orang mencoba tapi tidak pernah berhasil. Pada suatu hari Sunan Kudus
atau Ja’far Sodiq menghadap penguasa negeri itu tapi kedatangannya disambutnya
dengan sinis.
Dengan
apa tuan akan melenyapkan wabah penyakit itu? Tanya sang Amir.
Dengan
doa jawab Ja’far Sodiq singkat.
Kalau
hanya doa kami sudah puluhan kali melakukannya, di tanah arab ini banyak ulama
dan syekh-syekh ternama. Tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah
penyakit ini.
Saya
mengerti memang tanah arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa ada saja
kekurangannya sehingga doa mereka tidak terkabulkan, kata Ja’far Sodiq.
Hem,
sungguh bernai tuan mengatakan demikian, kata amir itu dengan nada berang. Apa
kekurangan mereka?
Anda
sendiri yang menyebabkannya, kata Ja’far Sodiq dengan tenangnya. Anda telah
menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak
ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharapkan hadiah.
Sang
Amir pun terbungkam seribu bahasa atas jawaban itu.
Ja’far
Sodiq lalu dipersilahkan melaksanakan niatnya. Kesempatan itu tak disia-siakan.
Secara khusus Ja’far Sodiq berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo
singkat wabah penyakit mengganas dinegeri arab telah menyingkir. Bahkan
beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.
Bukan
main senangnya hati sang Amir. Rasa kagum mulai menjalari hatinya. Hadiah yang
dijanjikannya bermaksud diberikan kepada Ja’far Sodiq.
Tapi
Ja’far Sodiq menolaknya, dia hanya ingin minta sebuah batu yang berasal dari
Baitul Maqdis. Sang Amir mengijinkannya. Batu itu pun dibawa ke tanah jawa,
dipasang di pengimaman mesjid Kudus yang didirikannya sekembali dari tanah
suci.
Rakyat
kota Kudus pada waktu itu masih banyak yang beragama Hindu dan Budha. Para wali
mengadakan sidang untuk menentukan siapakah yang pantas berdakwah di kota itu.
Pada akhirnya Ja’far Sodiq yang bertugas didaerah itu. Karena mesjid yang
dibangunnya dinamakan Kudus maka Raden Ja’far Sodiq pada akhirnya disebut Sunan
Kudus.
Kanjeng Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.
Bergaul
dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan
bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria
seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di
Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu
memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan
Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan
Kinant
Kanjeng Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah[1], lahir sekitar 1450
M, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448
M. Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok ulama
besar di Jawa bernama walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan
satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa Barat.
Orang tua
Ayah
Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah,
lahir sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin
Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India
yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah
putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syekh
Muhammad Shahib Mirbath,
ulama besar di Hadramaut, Yaman
yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.
Ibu
Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan
merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar
Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. Ia dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan
Gunung Jati di Komplek Astana Gunung Sembung ( Cirebon )
Silsilah
.Sunan Gunung Jati @ Syarif
Hidayatullah Al-Khan bin
.Sayyid 'Umadtuddin Abdullah Al-Khan
bin
.Sayyid 'Ali Nuruddin Al-Khan @ 'Ali
Nurul 'Alam bin
.Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin
Akbar al-Husaini
.Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad
Jalaludin Al-Khan bin
.Sayyid Abdullah Al-'Azhomatu Khan bin
.Sayyid Amir 'Abdul Malik Al-Muhajir
(Nasrabad,India) bin
.Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut)
bin
.Sayyid Ali Kholi' Qosim bin
.Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
.Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
.Sayyid Alawi Awwal bin
.Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah bin
.Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi bin
.Sayyid Muhammad An-Naqib bin
.Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
.Sayyidina Ja'far As-Sodiq bin
.Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
.Sayyidina 'Ali Zainal 'Abidin bin
.Al-Imam Sayyidina Hussain
.Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib
dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
Silsilah dari Raja Pajajaran
.Sunan Gunung Jati @ Syarif
Hidayatullah
.Rara Santang (Syarifah Muda'im)
.Prabu Jaya Dewata @ Raden Pamanah Rasa
@ Prabu Siliwangi II
.Prabu Dewa Niskala (Raja
Galuh/Kawali)
.Niskala Wastu Kancana @ Prabu
Siliwangi I
.Prabu Linggabuana @ Prabu Wangi (Raja
yang tewas di Bubat)
Pertemuan orang tuanya
Pertemuan Rara Santang dengan Syarif
Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar masih diperselisihkan. Sebagian riwayat
(lebih tepatnya mitos) menyebutkan bertemu pertama kali di Mesir,
tapi analisis yang lebih kuat atas dasar perkembangan Islam di pesisir ketika
itu, pertemuan mereka di tempat-tempat pengajian seperti yang di Majelis Syekh Quro, Karawang (tempat belajar Nyai Subang Larang ibu dari
Rara Santang) atau di Majelis Syekh Datuk Kahfi, Cirebon (tempat belajar Kian Santang
dan Pangeran Walangsungsang, kakanda dari Rara Santang).
Syarif Abdullah cucu Syekh Maulana
Akbar, sangat mungkin terlibat aktif membantu pengajian di majelis-majelis itu
mengingat ayah dan kakeknua datang ke Nusantara sengaja untuk menyokong
perkembangan agama Islam yang telah dirintis oleh para pendahulu.
Pernikahan Rara Santang putri dari
Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar
melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Syarif Hidayatullah.
Perjalanan Hidup
Proses belajar
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi
kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya Syekh Maulana Akbar sehingga ketika
telah selesai belajar agama di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan ke
Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi masih diperselisihkan, kecuali
(mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat itu wajib
dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji
untuk umat Islam.
Babad Cirebon menyebutkan ketika
Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka
sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif Hidayatullah mengambil peranan
mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan
Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Pernikahan
Memasuki usia dewasa sekitar di antara
tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten.
Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana
Hasanuddin yang kelak
menjadi Sultan Banten I.
Kesultanan Demak
Masa ini kurang banyak diteliti para
sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan Demak tahun 1487 yang mana ia memberikan
andil karena sebagai anggota dari Dewan Muballigh yang sekarang kita kenal
dengan nama Walisongo. Pada masa ini, ia berusia sekitar 37
tahun kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru diangkat menjadi Sultan
Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif Hidayat keturunan Syekh
Maulana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah adalah keturunannya
juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa.
Dengan diangkatnya Raden Patah sebagai
Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di Demak, maka Cirebon menjadi semacam Negara
Bagian bawahan vassal
state dari kesultanan
Demak, terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan Syarif
Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.
Hal ini sesuai dengan strategi yang
telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling di-tua-kan di Dewan Muballigh,
bahwa agama Islam akan disebarkan di P. Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai
pelopornya.
Silisah Kanjeng Sunan
Gunung Jati
1.
Nabi
Adam as.
2.
Nabi
Sis
3.
Anwas
4.
Qinan
5.
Makail
6.
Yarid
7.
Sam
8.
Arfakhsyadz
9.
Finan
10.
Syalikh
11.
Abir
12.
Urgu
13.
Sarug
14.
Nakhur
15.
Tarikh
16.
Nabi
Ibrahim as
17.
Nabi
Ismail as
18.
Haidar
19.
Jamal
20.
Sahail
21.
Binta
22.
Salaman
23.
Hamyasa
24.
Adad
25.
Addi
26.
Adnan
27.
Ma’ad
28.
Nizar
29.
Mudhor
30.
Ilyas
31.
Mudrikhah
32.
Khuzaimah
33.
Kinaan
34.
Nadhar
35.
Malik
36.
Fihir
37.
Ghalib
38.
Lauiy
39.
Kaab
40.
Murrah
41.
Kilab
42.
Qushay
43.
Abdul
Manap
44.
Hasyim
45.
Abdul
Muthalib
46.
Abdullah
48.
Fatimah
Azzahra, menikah dengan Ali, berputra
49.
Sayyid
Husein Assabti
50.
Iman
Zaenal Abidin
51.
Muhammad
al Bakir
52.
Jafarus
Shadiq
54.
Muhammad
an Nakib Ibris
55.
Isa
al Basri al Bakir
56.
Ahmad
al Muhair
59.
Alwi
60.
Ali
al Gajam
61.
Muhammad
62.
Alwi
Amirfakih
63.
Maulana
Abdulmalik
64.
Abdul
Khan Nurdin Amir
66.
Ali
Nurul Alim
67.
Syarif
Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra
68.
Syarif
Hidayatullah.
Silsilah Berdasarkan Naskah-Naskah
Tradisi Cirebon
1.
Nabi Adam a.s.
2.
Nabi Sis a.s.
3.
Sayyid Anwar alias Nuruhu alias
Sanghyang Nurcahya
4.
Sanghyang Nurasa alias Su’ur
5.
Sanghyang Wenang alias Nubuh,
6.
Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung
alias Jalalu Purba
7.
Batara Guru alias Manyikeru,
beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India
8.
Betara Brama alias Maridj
9.
Bramani Raras
10.
Yang Tritusta
11.
Bagawan Manomanasa
12.
Bagawan Sambarana
13.
Bagawan Sukrem
14.
Bagawan Sakri
15.
Palasara
16.
Bagawan Abiyasa
17.
Pandudewanata
18.
Arjuna alias Dipati Suryalaga
19.
Abimanyu alias Anom Permadi
20.
Parikesit alias Purbasengara
21.
Aji Hudayana
22.
Agendrayana
23.
Setrayana (Prabu Jayabaya)
24.
Jayamijaya Gung
25.
Jayamisena
26.
Prabu Kusumawicitra
27.
Prabu Citrasoma
28.
Prabu Pancadria Linuwih
29.
Prabu Anglingdriya
30.
Raja Selacaya Anglingdarma
31.
Yang Sri Mahapunggung Akhir
32.
Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar)
33.
Resi Kenduyuhan
34.
Lembu Amiluhur
35.
Rawisrangga
36.
Prabu Lelean (Maharaja Adimulya)
37.
Prabu Ciung Wanara
38.
Prabu Dewi Purbasari
39.
Prabu Lingga Hyang
40.
Prabu Lingga Wesi
41.
Prabu Wastu Kencana
42.
Prabu Susuk Tunggal
43.
Prabu Banyak Larang
44.
Prabu Banyak Wangi
45.
Prabu Mundingkawati
46.
Prabu Anggalarang
47.
Prabu Siliwangi
48.
Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim
49.
Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh
Syarif Hidayatullah.
Kanjeng
Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan
Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama
dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
WALI AGUNG TANAH JAWA
Ajaran Sunan Kalijaga
terkesan sinkretis dan berbau Hindu-Budha serta Kejawen. Padahal fakta tentang
kehidupan Sunan Kalijaga adalah Da’wah dan Syi’ar Islam yang indah. Buktinya
sangat banyak sekali.
“Jalan
Sunan Kalijogo Mencari Guru Sejati”
Di antara para wali yang lain, Kanjeng
Sunan Kalijaga bisa dikatakan satu-satunya wali yang menggunakan pendekatan
yang pas yaitu budaya Jawa. Dia sadar, tidak mungkin menggunakan budaya lain
untuk menyampaikan ajaran ‘sangkan paraning dumadi’ secara tepat.
Budaya arab tidak cocok diterapkan di
Jawa karena manusia Jawa sudah hidup sekian ratus tahun dengan budayanya yang
sudah mendarah daging.
Bahkan, setelah “dilantik” menjadi wali, dia mengganti jubahnya dengan pakaian
Jawa memakai ‘blangkon
atau udeng’.
Nama mudanya Raden Syahid, putra
adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawangrum. Kadipaten Tuban
sebagaimana Kadipaten yang lain harus tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Nama lain Tumenggung Wilatikta adalah Ario Tejo IV, keturunan Ario
Tejo III, II dan I. Arti Tejo I adalah putra Ario Adikoro atau Ronggolawe,
salah seorang pendiri Kerajaan Majapahit. Jadi bila ditarik dari silsilah ini,
Raden Syahid sebenarnya adalah anak turun pendiri kerajaan Majapahit.
Raden Syahid lahir di Tuban saat
Majapahit mengalami kemunduran karena kebijakan yang salah kaprah, pajak dan
upeti dari masing-masing kadipaten yang harus disetor ke Kerajaan Majapahit
sangat besar sehingga membuat miskin rakyat jelata. Suatu ketika, Tuban dilanda
kemarau panjang, rakyat hidup semakin sengsara hingga suatu hari Raden Syahid
bertanya ke ayahnya: “Bapa, kenapa rakyat kadipaten Tuban semakin sengsara ini
dibuat lebih menderita oleh Majapahit?”. Sang ayah tentu saja diam sambil
membenarkan pertanyaan anaknya yang kritis ini.
Raden Syahid yang melihat nasib
rakyatnya merana, terpanggil untuk berjuang dengan caranya sendiri. Cara yang
khas anak muda yang penuh semangat juang namun belum diakui eksistensinya;
menjadi “Maling Cluring”, yaitu pencuri yang baik karena hasil curiannya
dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin yang menderita. Tidak hanya mencuri,
melainkan juga merampok orang-orang kaya dan kaum bangsawan yang hidupnya
berkecukupan.
Suatu ketika, perbuatan mulia namun
tidak lazim itu diketahui oleh sang ayah dan sang ayah tanpa ampun mengusir
Raden Syahid karena dianggap mencoreng moreng kehormatan keluarga adipati.
Pengusiran tidak hanya dilakukan sekali namun beberapa kali. Saat diusir Raden
Syahid kembali melakukan perampokan namun sialnya dia tertangkap pengawal
kadipaten hingga sang ayah kehabisan akal sehat.
“Syahid anakku, kini sudah waktunya
kamu memilih, kau yang suka merampok itu pergi dari wilayah Tuban atau kau
harus tewas di tangan anak buahku”. Syahid tahu dia saat itu harus benar-benar
pergi dari wilayah Tuban dan akhirnya, dia pun dengan hati gundah pergi tanpa
arah tujuan yang jelas. Suatu hari dalam perjalanannya di hutan Jati Wangi, dia
bertemu lelaki tua yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Sunan Bonang. Sunan Bonang adalah putra
dan murid Sunan Ampel yang berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
Syahid yang ingin merampok Sunan
Bonang akhirnya harus bertekuk lutut dan Syahid akhirnya berguru pada Sunan
Bonang. Oleh Bonang yang saat itu sudah jadi guru spiritual ini, Syahid diminta
duduk diam bersila di pinggir sungai. Posisi duduk diam meneng ini di kalangan
para yogi dikenal dengan posisi meditasi. Syahid
saat itu telah bertekad untuk mengubah orientasi hidupnya secara total seratus
delapan puluh derajat. Yang awalnya dia berjuang dalam bentuk fisik, menjadi
perjuangan dalam bentuk batin (metafisik). Dia telah meninggalkan syariat
masuk ke ruang hakekat untuk mereguk nikmatnya makrifat. Namun syarat yang
diajarkan Sunan Bonang cuma satu: duduk, diam, meneng, mengalahkan diri/ego dan
patuh pada sang guru sejati (kesadaran ruh). Untuk menghidupkan kesadaran guru
sejati (ruh) yang sekian lama terkubur dan tertimbun nafsu dan ego ini, Bonang
menguji tekad Raden Syahid dengan menyuruhnya untuk diam di pinggir kali.
Ya, perintahnya hanya diminta untuk
diam tok, tidak diminta untuk dzikir atau ritual apapun. Cukup diam atau meneng
di tempat. Dia tidak diminta memikirkan tentang Tuhan, atau Dzat Yang
Adikodrati yang menguasai alam semesta. Tidak, Sunan Bonang hanya meminta agar
sang murid untuk patuh, yaitu DIAM, MENENG, HENING, PASRAH, SUMARAH, SUMELEH.
Awalnya, orang diam pikirannya kemana-mana. Namun sekian waktu diam di tempat,
akal dan keinginannya akhirnya melemas dan akhirnya benar-benar tidak memiliki
daya lagi untuk berpikir, energi keinginan duniawinya lepas landas dan lenyap.
Raden Syahir mengalami suwung total, fana total karena telah hilang sang
diri/ego.
“BADANKU BADAN ROKHANI, KANG SIFAT
LANGGENG WASESA, KANG SUKSMA PURBA WASESA, KUMEBUL TANPA GENI, WANGI TANPA
GANDA, AKU SAJATINE ROH SAKALIR, TEKA NEMBAH, LUNGO NEMBAH, WONG SAKETI PADA
MATI, WONG SALEKSA PADA WUTA, WONG SEWU PADA TURU, AMONG AKU ORA TURU, PINANGERAN
YITNA KABEH….”
Demikian gambaran kesadaran ruh Raden
Syahid kala itu. Berapa lama Raden Syahid diam di pinggir sungai? Tidak ada
catatan sejarah yang pasti. Namun dalam salah satu hikayat dipaparkan bahwa
sang sunan bertapa hingga rerumputan menutupi tubuhnya selama lima tahun.
Setelah dianggap selesai mengalami penyucian diri dengan bangunnya kesadaran
ruh, Sunan Bonang menggembleng muridnya dengan kawruh ilmu-ilmu agama.
Dianjurkan juga oleh Bonang agar Raden Syahid berguru ke para wali yang sepuh
yaitu Sunan Ampel di Surabaya dan Sunan Giri di Gresik. Raden Syahid yang
kemudian disebut Sunan Kalijaga ini menggantikan Syekh Subakir gigih berdakwah
hingga Semenanjung Malaya hingga Thailand sehingga dia juga diberi gelar Syekh
Malaya.
“KESADARAN INSAN KAMIL”
Malaya berasal dari kata ma-laya yang
artinya mematikan diri. Jadi orang yang telah mengalami “mati sajroning urip” atau
orang yang telah berhasil mematikan diri/ego hingga mampu menghidupkan
diri-sejati yang merupakan guru sejati-NYA. Sebab tanpa berhasil mematikan
diri, manusia hanya hidup di dunia fatamorgana, dunia apus-apus, dunia kulit.
Dia tidak mampu untuk masuk ke dunia isi, dan menyelam di lautan hakikat dan
sampai di palung makrifatullah.
Salah satu ajaran Sunan Kalijaga yang
didapat dari guru spiritualnya, Sunan Bonang, adalah ajaran hakikat shalat
sebagaimana yang ada di dalam SULUK WUJIL: UTAMANING
SARIRA PUNIKI, ANGRAWUHANA JATINING SALAT, SEMBAH LAWAN PUJINE, JATINING SALAT
IKU, DUDU NGISA TUWIN MAGERIB, SEMBAH ARANEKA, WENANGE PUNIKU, LAMUN ARANANA
SALAT, PAN MINANGKA KEKEMBANGING SALAM DAIM, INGARAN TATA KRAMA.
(Unggulnya diri itu mengetahui HAKIKAT SALAT, sembah dan pujian. Salat yang
sesungguhnya bukanlah mengerjakan salat Isya atau maghrib. Itu namanya
sembahyang. Apabila disebut salat, maka itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya
tata krama).
Di sini, kita tahu bahwa salat sejati
adalah tidak hanya mengerjakan sembah raga atau tataran syariat mengerjakan
sholat lima waktu. Salat sejati adalah SALAT DAIM, yaitu bersatunya semua indera
dan tubuh kita untuk selalu memuji-Nya dengan kalimat penyaksian bahwa yang
suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-ALLAH,
DIA ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas. Sebagaimana
yang ada di dalam Suluk Wujil: PANGABEKTINE
INGKANG UTAMI, NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA, PUNIKA MANGKA SEMBAHE MENENG MUNI
PUNIKU, SASOLAHE RAGANIREKI, TAN SIMPANG DADI SEMBAH, TEKENG WULUNIPUN, TINJA
TURAS DADI SEMBAH, IKU INGKANG NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGETAN.
(Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Semua tingkah lakunya itulah
menyembah Tuhan. Diam, bicara, dan semua gerakan tubuh merupakan kegiatan
menyembah TUhan. Wudhu, berak dan kencing pun juga kegiatan menyembah. Itulah
niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir)
Jadi hakikat yang disebut Sholat Daim nafas
kehidupan yang telah manunggaling kawulo lan gusti, yang manifestasinya adalah
semua tingkah laku dan perilaku (Akhlak) manusia yang diniatkan untuk
menyembah-Nya. Selalu awas, eling dan waspada bahwa apapun yang kita pikirkan,
apapun yang kita kehendaki, apapun yang kita lakukan ini adalah bentuk yang
dintuntun oleh AKU SEJATI, GURU SEJATI YANG SELALU MENYUARAKAN KESADARAN
HOLISTIK BAHWA DIRI KITA INI ADALAH DIRI-NYA, ADA KITA INI ADALAH ADA-NYA, KITA
TIDAK ADA, HANYA DIA YANG ADA.
Sholat daim ini juga disebut dalam SULUK LING LUNG karya
Sunan Kalijaga: SALAT DAIM
TAN KALAWAN, MET TOYA WULU KADASI, SALAT BATIN SEBENERE, MANGAN TURU SAHWAT
NGISING. (Jadi sholat daim itu tanpa menggunakan syariat wudhu
untuk menghilangkan hadats atau kotoran. Sebab kotoran yang sebenarnya tidak
hanya kotoran badan melainkan kotoran batin. Salat daim boleh dilakukan saat
apapun, misalnya makan, tidur, bersenggama maupun saat membuang kotoran.)
Ajaran makrifat lain Sunan Kalijaga
adalah IBADAH HAJI. Tertera dalam Suluk
Linglung suatu ketika Sunan Kalijaga bertekad pergi ke Mekkah untuk
melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan dia dihentikan oleh Nabi Khidir.
Sunan dinasehati agar tidak pergi sebelum tahu hakikat ibadah haji agar tidak
tersesat dan tidak mendapatkan apa-apa selain capek. Mekah yang ada di Saudi
Arabia itu hanya simbol dan MEKAH YANG SEJATI ADA DI DALAM DIRI. Dalam suluk
wujil disebutkan sebagai berikut:
NORANA WERUH ING MEKAH IKI, ALIT MILA
TEKA ING AWAYAH, MANG TEKAENG PRANE YEN ANA SANGUNIPUN, TEKENG MEKAH TUR DADI
WALI, SANGUNIPUN ALARANG, DAHAT DENING EWUH, DUDU SREPI DUDU DINAR, SANGUNIPUN
KANG SURA LEGAWENG PATI, SABAR LILA ING DUNYA.
MESJID ING MEKAH TULYA NGIDERI,
KABATOLLAH PINIKANENG TENGAH, GUMANTUNG TAN PACACANTHEL, DINULU SAKING LUHUR,
LANGIT KATON ING NGANDHAP IKI, DINULU SAKING NGANDHAP, BUMI ANENG LUHUR, TINON
KULON KATON WETAN, TINON WETAN KATON KULON IKU SINGGIH TINGALNYA AWELASAN.
(Bila tidak tahu Mekah yang
sesungguhnya. Sejak muda hingga tua, seseorang tidak akan mencapai tujuannya.
Saat ada orang yang membawa bekal sampai di Mekah dan menjadi wali, maka
sungguh mahal bekalnya dan sulit dicapai. Padahal, bekal sesungguhnya bukan
uang melainkan KESABARAN DAN KESANGGUPAN UNTUK MATI. KESABARAN DAN KERELAAN
HIDUP DI DUNIA. Masjid di Mekah itu melingkar dengan Kabah berada di tengahnya.
Bergantung tanpa pengait, maka dilihat dari atas tampak langit di bawah,
dilihat dari bawah tampak bumi di atas. Melihat yang barat terlihat timur dan
sebaliknya. Itu pengelihatan yang terbalik).
Maksudnya, bahwa ibadah haji yang
hakiki adalah bukanlah pergi ke Mekah saja. Namun lebih mendalam dari
penghayatan yang seperti itu. Ibadah yang sejati adalah pergi ke KIBLAT YANG
ADA DI DALAM DIRI SEJATI. Yang tidak bisa terlaksana dengan bekal harta, benda,
kedudukan, tahta apapun juga. Namun sebaliknya, harus meletakkan semua itu
untuk kemudian meneng, diam, dan mematikan seluruh ego/aku dan berkeliling ke
kiblat AKU SEJATI. Inilah Mekah yang metafisik dan batiniah. Memang pemahaman
ini seperti terbalik, JAGAD WALIKAN. Sebab apa yang selama ini kita anggap
sebagai KEBENARAN DAN
KEBAIKAN MASIHLAH PEMAHAMAN YANG DANGKAL. APA YANG KITA ANGGAP TERBAIK,
TERTINGGI SEPERTI LANGIT DAN PALING BERHARGA DI DUNIA TERNYATA TIDAK ADA
APA-APANYA DAN SANGAT RENDAH NILAINYA.
Apa bekal agar sukses menempuh ibadah
haji makrifat untuk menziarahi diri sejati? Bekalnya adalah kesabaran dan
keikhlasan. Sabar berjuang dan memiliki iman yang teguh dalam memilih jalan
yang barangkali dianggap orang lain sebagai jalan yang sesat. Ibadah haji
metafisik ini akan mengajarkan kepada kita bahwa episentrum atau pusat
spiritual manusia adalah BERTAWAF. Berkeliling ke RUMAH TUHAN, berkeliling
bahkan masuk ke AKU SEJATI dengan kondisi yang paling suci dan bersimpuh di
KAKI-NYA YANG MULIA. Tujuan haji terakhir adalah untuk mencapai INSAN KAMIL,
yaitu manusia sempurna yang merupakan kaca benggala kesempurnaan-Nya.
Sunan Kalijaga adalah manusia yang
telah mencapai tahap perjalanan spiritual tertinggi yang juga telah didaki oleh
Syekh Siti Jenar. Berbeda dengan Syekh Siti Jenar yang berjuang di tengah
rakyat jelata, Sunan Kalijaga karena dilahirkan dari kerabat bangsawan maka dia
berjuang di dekat wilayah kekuasaan. Di bidang politik, jasanya terlihat saat
akan mendirikan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram. Sunan Kalijaga berperan
menasehati Raden Patah (penguasa Demak) agar tidak menyerang Brawijaya V
(ayahnya) karena beliau tidak pernah berlawanan dengan ajaran akidah. Sunan
Kalijaga juga mendukung Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang dan menyarankan
agar ibukota dipindah dari Demak ke Pajang (karena Demak dianggap telah
kehilangan kultur Jawa.
Pajang yang terletak di pedalaman
cocok untuk memahami Islam secara lebih mendalam dengan jalur Tasawuf.
Sementara kota pelabuhan jalurnya syariat. Jasa lain Sunan Kalijaga adalah
mendorong Jaka Tingkir (Pajang) agar memenuhi janjinya memberikan tanah Mataram
kepada Pemanahan serta menasehati anak Pemanahan, yaitu Panembahan Senopati
agar tidak hanya mengandalkan kekuatan batin melalui tapa brata, tapi juga menggalang
kekuatan fisik dengan membangun tembok istana dan menggalang dukungan dari
wilayah sekeliling. Bahkan Sunan Kalijaga juga mewariskan pada Panembahan
Senopati baju rompi Antakusuma atau Kyai Gondhil yang bila dipakai akan kebal
senjata apapun.
(@wongalus,2010) – Sumber : http://wongalus.wordpress.com/
Hasil Kesenian Karya Kanjeng Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga adalah perancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung
Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama
masjid adalah kreasi peninggalan Sunan Kalijaga. Mana mungkin seorang kejawen
ahli mistik mau-maunya mendirikan Masjid yang jelas-jelas merupakan tempat
peribadatan Islam.
Paham
keagamaan Sunan Kalijaga adalah salafi –bukan sufi-panteistik ala Kejawen yang
ber-motto-kan ‘Manunggaling Kawula
Gusti’. Ini terbukti dari sikap tegas beliau yang ikut berada dalam barisan
Sunan Giri saat terjadi sengketa dalam masalah Syekh Siti Jenar dengan
ajarannya bahwa manusia dan Tuhan bersatu dalam dzat yang sama.
Kesenian
dan kebudayaan hanyalah sarana yang dipilih Sunan Kalijaga dalam berdakwah.
Beliau memang sangat toleran pada budaya lokal. Namun beliau pun punya sikap
tegas dalam masalah akidah. Selama budaya masih bersifat transitif dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, beliau menerimanya.
Wayang
beber kuno ala Jawa yang mencitrakan gambar manusia secara detail dirubahnya
menjadi wayang kulit yang samar dan tidak terlalu mirip dengan citra manusia, karena
pengetahuannya bahwa menggambar dan mencitrakan sesuatu yang mirip manusia
dalam ajaran Islam adalah haram hukumnya.
Cerita
yang berkembang mengisahkan bahwa beliau sering bepergian keluar-masuk kampung
hanya untuk menggelar pertunjukan wayang kulit dengan beliau sendiri sebagai
dalangnya.
Semua
yang menyaksikan pertunjukan wayangnya tidak dimintai bayaran, hanya diminta
mengucap dua kalimah syahadat. Beliau berpendapat bahwa masyarakat harus
didekati secara bertahap.
Pertama
berislam dulu dengan syahadat selanjutnya berkembang dalam segi-segi ibadah dan
pengetahuan Islamnya. Sunan Kalijaga berkeyakinan bahwa bila Islam sudah
dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Lakon-lakon
yang dibawakan Sunan Kalijaga dalam pagelaran-pagelarannya bukan lakon-lakon
Hindu macam Mahabharata, Ramayana, dan lainnya. Walau tokoh-tokoh yang
digunakannya sama (Pandawa, Kurawa, dll.) beliau menggubah sendiri
lakon-lakonnya, misalnya Layang Kalimasada, Lakon Petruk Jadi Raja yang
semuanya memiliki ruh Islam yang kuat.
Karakter-karakter
wayang yang dibawakannya pun beliau tambah dengan karakter-karakter baru yang
memiliki nafas Islam. Misalnya, karakter Punakawan yang terdiri atas Semar,
Bagong, Petruk, dan Gareng adalah karakter yang sarat dengan muatan Keislaman.
Adapun Istilah dalam Pewayangan merujuk pada Bahasa Arab :
1. Istilah ‘Dalang’ berasal dari bahasa Arab, ‘Dalla’ yang artinya
menunjukkan. Dalam hal ini, seorang ‘Dalang’ adalah seseorang yang ‘menunjukkan
kebenaran kepada para penonton wayang’. Mandalla’alal Khari Kafa’ilihi
(Barangsiapa menunjukan jalan kebenaran atau kebajikan kepada orang lain,
pahalanya sama dengan pelaku kebajikan itu sendiri –Sahih Bukhari)
2. Karakter ‘Semar’ diambil dari bahasa Arab, ‘Simaar’ yang artinya
Paku. Dalam hal ini, seorang Muslim memiliki pendirian dan iman yang kokoh
bagai paku yang tertancap, Simaaruddunyaa.
3. Karakter ‘Petruk’ diambil dari bahasa Arab, ‘Fat-ruuk’ yang artinya
‘tingggalkan’. Maksudnya, seorang Muslim meninggalkan segala penyembahan kepada
selain Allah, Fatruuk-kuluu man siwallaahi.
4. Karakter ‘Gareng’ diambil dari bahasa Arab, ‘Qariin’ yang artinya
‘teman’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berusaha mencari teman
sebanyak-banyaknya untuk diajak ke arah kebaikan, Nalaa Qaarin.
5. Karakter ‘Bagong’ diambil dari bahasa Arab, ‘Baghaa’ yang artinya
‘berontak’. Maksudnya, seorang Muslim selalu berontak saat melihat kezaliman.
Seni
ukir, wayang, gamelan, baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, serta
seni suara suluk yang diciptakannya merupakan sarana dakwah semata, bukan
budaya yang perlu ditradisikan hingga berkarat dalam kalbu dan dinilai sebagai
ibadah mahdhah.
Beliau
memandang semua itu sebagai metode semata, metode dakwah yang sangat efektif
pada zamannya. Secara filosofis, ini sama dengan da’wah Rasulullah SAW yang
mengandalkan keindahan syair Al Qur’an sebagai metode da’wah yang efektif dalam
menaklukkan hati suku-suku Arab yang gemar berdeklamasi.
Tak
dapat disangkal bahwa kebiasaan keluar-masuk kampung dan memberikan hiburan
gratis pada rakyat, melalui berbagai pertunjukan seni, pun memiliki nilai
filosofi yang sama dengan kegiatan yang biasa dilakukan Khalifah Umar ibn
Khattab r.a. yang suka keluar-masuk perkampungan untuk memantau umat dan
memberikan hiburan langsung kepada rakyat yang membutuhkannya.
Persamaan
ini memperkuat bukti bahwa Sunan Kalijaga adalah pemimpin umat yang memiliki
karakter, ciri, dan sifat kepemimpinan yang biasa dimiliki para pemimpin Islam
sejati, bukan ahli Kejawen.
Referensi :
Ajaran Makrifat Sunan Kalijaga dalam Suluk Linglung
Pengertian
dan Sejarah Suluk Linglung Sunan
Kalijaga
Secara
etimologi suluk berarti mistis, atau jalan menuju kesempurnaan batin. Di
samping pengertian tersebut dalam perspektif lain suluk diartikan sebagai
khalwat, pengasingan diri dan ilmu-ilmu tentang tasawuf atau mistis. Dalam
sastra Jawa suluk berarti ajaran, falsafah untuk mencari hubungan dan persatuan
manusia dengan Tuhan, sedangkan dalam seni pendalangan suluk dapat diartikan
sebagai nyanyian dalang untuk menimbulkan suasana tertentu.
Dalam
komunitas tarekat suluk diartikan sebagai perjalanan untuk membawa seseorang
agar dekat dengan Tuhan sedangkan orang yang melakukan perjalanan tarekat
dinamakan salik. Dalam tarekat pengertian suluk cenderung bersifat mistis dan
aplikasi ritual tasawuf untuk mencapai
kehidupan
rohani.
Linglung
merupakan struktur bahasa Jawa yang artinya "bingung". Bingung di
sini diartikan ketidakpastian, atau dapat diartikan sebagai kumpulan dari
cerita, aplikasi ritual tasawuf
Sunan Kalijaga ketika ia mengalami kebingungan dalam mencapai hakekat
kehidupan.
Suluk
dalam Jawa adalah ajaran filsafat untuk mencari hubungan dan persatuan manusia
dengan Tuhan, suluk merupakan salah satu bentuk ajaran yang termanifestasikan
dalam sebuah kitab atau karya. Suluk Linglung Sunan
Kalijaga merupakan salah satu dari sekian ajaran filasafat yang digubah
oleh Iman Anom.
Suluk
Linglung merupakan salah satu karya sastra Sunan Kalijaga yang sampai saat ini
masih jarang ditemukan diliteratur Jawa. Buku ini merupakan terjemahan dari
kitab kuno warisan dari sepuh Kadilangu Demak, R.Ng. Noto Subroto kepada ibu
R.A.Y Supratini Mursidi, yang keduanya adalah anak cucu Sunan Kalijaga yang
ke-13 dan 14.39 Kitab kuno yang diberi nama Suluk Linglung ini memuat tentang
pengobatan dengan menggunakan berbagai ramuan tradisional, azimah yang
berbentuk rajah huruf arab serta memakai isim, berbagai macam do'a. Disamping
itu suluk merupakan sebuah goresan dalam bentuk bibliografi dari proses
kehidupan batin seseorang atau tokoh.
Buku
kuno ini menggunakan simbol-simbol prasastri penulisan ngrasa sirna sarira aji
yang berarti bermakna 1806 caka bertepatan dengan tahun 1884 Masehi. Buku kuno
ini ditulis diatas kertas yang dibuat dari serat kulit hewan yang merupakan
transliterasi dari kitab Duryat yang diwariskan secara turun temurun oleh
keluarga Sunan Kalijaga.
Kondisi
Teks dan Kandungan Ajaran Suluk Linglung Sunan
Kalijaga Tentang Makrifat.
Dalam kehidupan tasawuf, seorang yang ingin
menyempurnakan dirinya harus melalui beberapa tahap-tahap dalam perjalanan
spiritualnya. Dimana tahap paling dasar adalah syari'at, yaitu tahap pelatihan
badan agar dicapai kedisiplinan dan kesegaran jasmani. Dalam syari'at hubungan
antar manusia dijalin menjadi umat, syariat dimaksudkan untuk membawa seseorang ke dalam sebuah bangunan kolektif,
yang disebut umat, bangunan persaudaraan berdasarkan kepercayaan atau agama
yang sama.
Begitu juga yang diajarkan dan dilaksanakan
oleh Sunan
Kalijaga di dalam kitab Suluk Linglung, ia sangat menekankan pentingnya
menjalankan syari'at Islam seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw, termasuk
sholat lima waktu, puasa ramadhan, membayar zakat dan menjalankan ibadah haji.
Agar dapat menjalankan ajaran Islam yang sempurna dan sungguh-sungguh (kaffah),
baginya harus melalui berbagai tirakat dan perenungan diri yang sungguh-sungguh
pula. Dengan begitu manusia akan dapat mengerti makna hidup sejati dan mencapai
makrifat yang diajarkan Sunan Kalijaga dalam suluk tersebut, adalah sebagai
berikut;
Pertama, Brahmara Ngisep Sari Pupuh Dhandanggula (Kumbang
Menghisap Madu). Dalam teks aslinya, "pawartane padhita linuwih, ingkang
sampun saget sami pejah, pejah sajroning uripe, sanget kepenginipun, pawartane
kang sampun urip, marma ngelampahi kesah, tan uningeng luput, anderpati tan
katedah, warta ingkang kagem para nabi wali, mila wangsul kewala".
Artinya: "menceritakan
tentang seorang alim ulama' yang cerdik dan pandai yang sudah bisa merasakan
mati, mati dalam hidup yang mempunyai keinginan besar untuk memperoleh petunjuk
dari seorang yang sudah menemukan hakekat kehidupan dan perjalanan untuk tidak
memperdulikan dampak yang terjadi. Beliau bernafsu untuk mendapatkan petunjuk,
petunjuk yang dipegang oleh para nabi dan wali, itulah tujuan yang diharapkan
semata-mata".
Pada
bagian ini mengupas tentang Sunan
Kalijaga berhasrat besar untuk mencari ilmu yang menjadi pegangan para Nabi
dan wali. Dengan kondisi bimbang dan
tidak menentu Sunan Kalijaga selalu berusaha untuk mengabdi dan mencari petunjuk,
salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan mengendalikan segala hawa nafsunya
yang selanjutnya berserah diri kepada Allah, yang diibaratkan sebagai kumbang
ingin mengisap madu / sari kembang.
Dalam
hal ini Sunan Kalijaga berusaha untuk mengendalikan segala hawa nafsunya.
Rendah hati dalam bersikap, prihatin, tidak bermewah-mewah (memikirkan
kehidupan dunia), membunuh segala nafsu jiwa raga dan berserah diri pada Allah.
Maksud
mengalirnya madu adalah orang yang diberi kemuliaan oleh suksma. Dia tetap kokoh
dalam budi. Arti menjalankan tapa adalah menyakiti badan dari waktu muda sampai
tua, masuk hutan yang sunyi, masuk gua bersemadi di tempat yang sepi, membunuh
jiwa raga. Dengan begitu bila mendapat hidayah Ilahi, maka pengetahuan tentang
Allah akan sampai kepadanya, begitulah yang dilakukan Sunan Kalijaga. Manfaat
orang yang suka prihatin, seluruh cita-citanya akan dikabulkan Allah, apabila
belajar ilmu akan mudah paham, apabila mencari rizki akan mudah didapatkan dan
apabila melakukan sesuatu pekerjaan akan cepat selesai.
Demikian
tapanya para ulama dan wali Allah yang telah sempurna tekadnya. Bila orang
ingin seperti itu hendaklah jiwa raga disiksa, raga selalu disakiti lupakan
tidur. Bila ingin tahu tentang asal mulanya, jasadnya disiksa dengan maksud
agar menyatu pada suksma. Dalam teksnya dijelaskan:
"……Dennya
amrih wekasing urip, dadya napsu ingobat kabanjur kalantur, eca dhahar lawan
nendra, saking tyas awon poerang lan napsu neki,…….
Artinya
"………berbagai usaha ditempuh agar akhir hidupnya nanti, mampu mengatasi
atau mengobati nafsunya, jangan sampai terlanjur nafsunya, puas makan dan tidur
sebab hatinya kalah perang dengan nafsunya".
Kedua,
Kasmaran Branta Pupuh Asmara Dana (rindu kasih sayang pupuh asmara dana) pada
bagian ini mengupas tentang Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang, serta
wejangan-wejangan (petunjuk-petunjuk) yang diterimanya.
Untuk
memperkuat ketajaman batin, maka Sunan
Kalijaga mengajarkan berbagai jenis tapa agar diikuti para murid-muridnya.
Sunan Kalijaga sendiri pernah menjadi petapa ketika berguru kepada Sunan
Bonang.
Pertama
ia bertapa menunggui tongkat Sunan Bonang dan kedua bertapa ngidang menyamar
menjadi kijang, makan daun-daunan dan tinggal di hutan belantara. Dalam teksnya
dijelaskan:
Pada
bait ketiga " wonten setengah wanadri, gennya ingkang gurdagurda. Pan
sawarsa ing lamine, anulya kinene ngaluwat, pinendhen madyeng wana, setahun
nulya dinudhuk, dateng jeng suhunan benang"
Artinya
", berada ditengah hutan belantara, tempat tumbuhnya pohon gurda yang
banyak sekali, dengan tenggang waktu setahun lamanya, kemudian disuruh
"ngaluwat" ditanam ditengah hutan. Setahun kemudian dibongkar oleh
kanjeng Sunan Bonang"
Dan
pada bait ketujuh belas, " pan angidang lampah neki, awor lan kidang
manjangan, atenapi yen asare pan aturu tumut, lir kadya sutaning kidang"
Artinya,
"untuk menjalankan laku kijang, berbaur dengan kijang menjangan,
bilamana ingin tidur, ia mengikuti cara tidur terbalik, seperti tidurnya
kijang, kalau pergi mencari makan seperti caranya anak kijang".
Tapa-tapa
yang dianjurkan Sunan
Kalijaga diantaranya :
a.
Badan, tapanya berlaku sopan santun,
zakatnya gemar berbuat kebajikan.
b.
Hati atau budi, tapanya rela dan
sabar, zakatnya bersih dari prasangka buruk.
c.
Nafsu, tapanya berhati ikhlas,
zakatnya tabah menjalani cobaan dalam sengsara dan mudah mengampuni kesalahan
orang.
d.
Nyawa atau roh, tapanya belaku
jujur, zakatnya tidak mengganggu orang lain dan tidak mencela.
e.
Rahsa, tapanya berlaku utama,
zakatnya duka diam dan menyesali kesalahan atau bertaubat.
f.
Cahaya atau Nur, tapanya berlaku suci
dan zakatnya berhati ikhlas.
g.
Atma atau hayu, tapanya berlaku awas
dan zakatnya selalu ingat.
Di samping itu
diajarkan pula tapa dan perbuatan yang berhubungan dengan tujuh anggota badan ;
1. Mata, tapanya mengurangi tidur, zakatnya tidak menginginkan
kepunyaan orang lain.
2. Telinga, tapanya mencegah hawa nafsu, zakatnya tidak mendengarkan
perkataan-perkataan yang buruk
3. Hidung, tapanya mengurangi minum, zakatnya tidak suka mencela
keburukan orang lain
4. Lisan, tapanya mengurangi makan, zakatnya dengan menghindari
perkataan-perkataan buruk
5. Aurat, tapanya menahan syahwat dan zakatnya menghindari perbuatan
zina
6. Tangan, tapanya mencegah perbuatan mencuri, zakatnya tidak suka
memkul orang lain
7. Kaki, tapanya tidak untuk berjalan berbuat kejahatan dan zakatnya
menyukai berjalan untuk istirahat dan intropeksi.
Ketiga,
Pupuh Durna, yang berisikan tentang Sunan
Kalijaga yang diperintahkan ibadah haji ke Makkah dan bertemu dengan nabi
Khidir di tengah samudera. Dalam teks tersebut disebutkan:
"Sang
pendeta wus lajeng hing lampahira, mring benang dhepok sepi, nyata kawuwusa,
Lampahe Syeh Melaya, kang arsa amunggah kaji, dhateng hing makkah, lampahnya
murang margi".
Artinya,
" Sunan Bonang sudah lebih dulu melangkahkan kaki, menuju desa Benang
yang sepi. Dan selanjutnya kita ikuti, perjalanan Syeikh Malaya, yang
berkehendak naik haji menuju Makkah dia menempuh jalan pintas
.
Setelah
melalui proses tafakkur Sunan Bonang kemudian menyuruh Sunan Kalijaga untuk
pergi ke makkah menunaikan ibadah haji yang kemudian diperintahkan untuk
bertemu nabi Khidzir dan berguru kepadanya.
Sunan
Kalijaga bertemu Nabi Khidzir ditengah samudera yang kemudian nabi khidzir
memberikan wejangan kepada Sunan Kalijaga tentang Hidayatullah (petunjuk
Allah).
Hidayatullah
dapat diartikan sebagai petunjuk Allah. Petunjuk merupakan sebuah anugerah yang
tidak diterima oleh setiap orang. Sebagaimana dalam teks tersebut dijelaskan
"nyuwun wikan kang sifat hidayatullah munggah kajiyo miring Makkah marga
suci", artinya bahwa untuk mencapai petunjuk dari Allah manusia harus
dalam kondisi suci, suci secara dhahiriyah dan bathiniah dan dilakukan hati
tulus dan ikhlas.
Sebagaimana
Sunan Bonang menyarankan kepada Sunan
Kalijaga untuk mencari kepandaian dan hidayatullah di Makkah. Makkah
merupakan kota suci, kota sebagai kiblat bagi seluruh umat Islam yang mampu naik
haji, sehingga dalam Islam pun diwajibkan bagi umat Islam yang mampu naik haji sebagai
perwujudan pelaksanaan rukun Islam yang kelima.
Keempat,
sang Nabi Khidzir (Pupuh Dhandhang Gula), mengupas tentang dialog antara Syeh
Malaya dengan nabi Khidzir yang berisikan wejangan tentang hidayatullah dan
kematian dengan berbagai aspeknya.
Dalam
teks aslinya "….nadyan wus haji iku yen tan weruh paraning kaji
,...margone tan kanggo lunga, mring ka'bah yen arsa wruh ing ka'bah jati, jati
iman h idayat".
Artinya,
"…oleh karena itu, biarpun kamu sudah naik haji bila belum tahu tujuan
yang sebenarnya dari ibadah haji, kamu akan rugi besar…ka'bah yang hendak kau
kunjungi itu sebenarnya ka'batullah (ka'bah Allah). Demikian itu sesungguhnya
iman hidayat yang harus kamu yakinkan dalam hati. Kalau seseorang akan
melakukan ibadah haji, maka harus diketahui tujuan yang sebenarnya, kalau
tidak, apa yang dilakukan itu sia-sia belaka, itulah yang dinamakan iman
hidayat. Dan sebelum seseorang melakukan sesuatu hendaklah diteliti agar tidak
tertipu oleh nafsu, supaya tetap dalam jati diri yang asli (pancamaya).
Penghalang tingkah laku kebaikan ada tiga golongan, dan siapa berhasil menjauhi
penghalang tersebut akan berhasil menyatukan dirinya dengan yang ghaib. Yang
dimaksud dengan penghalang tersebut adalah marah, sakit hati, angkara murka,
sombong dan semacam itu.
Dalam
teksnya dijelaskan, "pan isine jagad amepeki, iya iku kang telung prakara,
pamurunge laku kabeh kang bisa pisah iku, yekti bisa amoring ghaib, iku
mungsuhe tapa, ati kang tetelu, ireng, abang, kuningsamya,
angadhangi cipta karsa kang lestari, pamore sulama mulya".
Artinya,
" sebab isinya dunia ini sudah lengkap, yaitu terbagi ke dalam tiga
golongan, semuanya adalah penghalang tingkah laku kalau mampu menjauhi itu,
pasti dapat berkumpul dengan ghaib, itu yang menghalangi meningkatkan citra
diri, hati yang tiga macam, hitam, merah, kuning, semua itu, menghalangi
pikiran dan kehendak tiada putus-putusnya, akan menyatunya dengan Tuhan yang
membuat nyawa lagi mulia”.
Godaan
yang berat digambarkan empat penari pada keempat sudut itu, yaitu nafsu-nafsu
yang timbul dari badan kita sendiri, pertama, amarah, yaitu nafsu yang
menimbulkan rasa ingin marah, ingin menguasai, ingin menaklukkan, serakah dan
kejam, segala tindakannya selalu merugikan orang lain. Dalam ilmu Jawa, nafsu
amarah biasa digambarkan dengan sinar (cahaya) yang berwarna merah, kedua,
aluamah, nafsu yang menimbulkan keinginan untuk makan dan minum secara
berlebihan. Orang yang menuruti nafsu aluamah gemar makan yang enak-enak,
rakus, tak pernah merasa puas, dan malas bekerja. Nafsu aluamah digambarkan
dengan sinar (cahaya) yang berwarna hitam. Ketiga sufi'ah, nafsu yang
menimbulkan sifat dengki dan iri hati. Orang dengan nafsu ini selalu menggerutu
dan iri hati kepada temanya yang kaya dan pandai, tetapi ia sendiri tidak mau
berusaha.
Sifat
sufiah digambarkan dengan sinar (cahaya) berwarna kuning. Keempat, mutmainnah,
nafsu yang pada dasarnya baik, suka memberi, penyayang. Orang yang menuruti
hawa nafsu mutmainnah sangat menyayangi orang lain tanpa perhitungan. Hal ini
dapat menjadikan dirinya celaka dan orang yang diberi juga ikut celaka. Sifat
mutmainnah digambarkan dengan sinar (cahaya) putih.
Si
penari (budi manusia) haruslah dapat mengekang dan menguasai empat nafsu itu,
dan disalurkan ke arah (hal-hal) yang baik, agar dapat memiliki (mencapai)
waranggana (cita-cita yang mulia) yang dikejarnya. Nafsu amarah disertai
keberanian dan terpelihara, dapatlah ia mencapai martabat yang tinggi dan tidak
akan berbuat kejam. Nafsu aluamah disertai rajin dan menjaga kesehatan dapatlah
ia mencapai kecukupan hidupnya dan badan tetap terpelihara. Nafsu sufiah,
disertai usaha maka ia sanggup mencapai apa yang diinginkan. Nafsu mutmainah,
disertai perhitungan, akan mendatangkan ketenteraman hidup, tertolong
sebagaimana mestinya.
Kelima,
Kinanthi (Pupuh Kinanthi) yang terdiri dari enam puluh bait yang berisikan
tentang ajaran nabi Khidzir kepada Sunan Kalijaga tentang ilmu yakin, ainul
yakin, haqqul yakin, makrifatul yaqin dan iman hidayat serta sifat-sifat yang
terpuji.
Dalam
teks aslinya disebutkan "urip jroning johar iku, urip mati sajroning, iya
aneng johar awal, pagene sholat sireki, ya ora ing ndalem ndoya, purwane sholat
puniki".
Artinya:
"jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya oleh johar itu,
telah memuat garis hidup dan mati kita. Segalanya telah ditentukan di dalam
johar awal. Dari keterangan tentang johar awal tadi, tentu akan menimbulkan
pertanyaan, diantaranya; mengapa kamu wajib sholat, di dalam dunia ini?".
Pada
bagian ini Sunan Kalijaga belajar tentang ilmu yaqin, ainul yaqin dan haqqul
yaqin serta makrifat, yang kemudian nabi Khidzir memberikan contoh tentang
sholat sebagai bukti keyakinan manusia tentang adanya Tuhan atau Allah yang
harus disembah, yang pada prinsipnya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini
ada yang menciptakan. Begitu pun juga manusia, eksistensi manusia di bumi
karena adanya sang pencipta yaitu Allah. Adanya manusia itulah yang membuktikan
adanya Allah, dan tanda-tanda adanya Allah adalah pada dirimu kata Nabi Khidzir
kepada Sunan Kalijaga.
Sebenarnya
tanda-tanda adanya Allah itu ada pada diri manusia sendiri, barang siapa yang
mengetahui dirinya sendiri maka akan mengetahui Tuhannya, jadi dengan
bertafakkur atas diri dan sifat-sifatnya sendiri, manusia mengetahui bahwa ia
sebenarnya dijadikan dari setetes air yang tidak
mempunyai
akal sedikitpun dan, tidak pula mempunyai pendengaran, penglihatan, kaki,
tangan, kepala dan sebagainya. Dari sinilah manusia akan mengetahui dengan
terang dan nyata bawa tingkat kesempurnaan yang ia capai bukan ia sendiri yang
membuatnya melainkan Allah lah yang menciptakan karena sehelai rambut manusia
tidak akan sanggup membuatnya.
Manusia
harus selalu bermakrifat kepada Allah, dalam ayat Al-Qur'an menjelaskan bahwa
pengagungan kepada Allah diwujudkan dengan makrifat, kalau tidak makrifat
berarti tidak menghargai Allah. Allah berfirman;"… dan tiada mereka
mengagungkan Allah sebagaimana mestinya" (al-An-'am: 91).
Yang
dimaksud tidak mengagungkan Allah dalam ayat itu berarti tidak makrifat
kepada-Nya. Makrifat merupakan sifat orang-orang yang mengenal Allah dengan
nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kemudian membenarkan Allah dengan melaksanakan
ajarannya dalam perbuatan. Selain itu makrifat dapat membersihkan diri dari
akhlak yang rendah dan dosa-dosa, yang kemudian lama-lama dapat mengetuk
"pintu" Allah dengan hati yang istiqomah, dia melakukan makrifat
untuk menjauhi dosa-dosa. Sehingga dia memperoleh hidayah dari Allah.54 Yang
kesemuanya itu diperlukan adanya tauhid yang kuat. Dalam teksnya dijelaskan
"…tauahid panembah reki, makrifat pangawruh kita, ya ru'yat minangka
seksi" artinya tauhid adalah pengetahuan yang penting untuk menyembah pada
Allah juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat,
ya rukyat (ya dengan melihat pakai mata telanjang) sebagai saksi adanya
terlihat dengan nyata".
Keenam,
Pupuh Dhandhang Gula yang terdiri dari lima puluh dua bait, pada bagian ini
berisi tentang Sunan Kalijaga menerima wejangan dari nabi Khidzir Dalam teks
aslinya disebutkan " kawisayan kang marang ing pati, den kahasto
pamanthenging cipta, rupa ingkang sabenere, sinengker buwaneku, urip data nana
nguripi, datan antara mangsa, iya anaripun, pas wus ana ing sarira, tuhu
tunggal sejane lawan sireki, tan kena pisahenna.
Artinya;
"cobaan hidup yang menuju kematian. ditimbulkan akibat buah pikir,
bentuk yang sebenarnya ialah tersimpan rapat di dalam jagatmu! Hidup tanpa ada
yang menghidupi kecuali Allah saja. Tiada antara lamanya tentang adanya itu.
Bukanlah sudah berada ditubuh? Sungguh bersama lainnya selalu ada dengan kau!
Tak mungkin terpisahkan
Pada
bagian ini Sunan Kalijaga mendapatkan wejangan tentang hakikat hidup, hidup
yang penuh cobaan dan masalah semua itu harus
diserahkan sepenuhnya kepada Allah karena segala yang muncul di muka
bumi karena Allah.
Allah
adalah sumber kebahagiaan, sumber kedamaian, sumber keselamatan, meskipun
demikian, rasa di dalam batinlah yang bisa menangkap kebahagiaan itu. Hakikat
rasa adalah tumbuhnya kemampuan untuk merasakan kehadiran Tuhan. Kemampuan
untuk melihat wajah-Nya, kemampuan untuk menghadap dihadirat-Nya, sehingga sang
jiwa menjadi madeg dan mantep dalam mengarungi kehidupan ini.
Manusia
harus menghadap realita mutlak (kebenaran sejati) yang berada dalam diri
manusia sendiri, sehingga di dalam Suluk Linglung dinamakan "tunggal lawan
sang hyang widi", hamba menyatu dengan Allah, baik di dunia maupun di
akhirat. Hal ini disebut dalam Pupuh Kinanthi bait 53;
"
Thaukid hidayat sireku, tunggal lawan Sang Hyang widi, tunggal sira lawan
Allah, uga donya uga akhir, ya rumangsana pangeran, ya Allah ana nireki".
Artinya;
"Thaukid hidayat yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan yang
terpilih. Menyatu dengan Tuhan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu
harus merasa bahwa Tuhan Allah itu ada dalam dirimu”.
Ajaran
makrifat yang di ajarkan oleh sunan kalijaga tidak hanya melibatkan dunia dalam
microkosmos tetapi juga memandang dunia secara macrokosmos (misalnya alam
semesta, kenyataan sosial, dll), agar manusia jangan sampai melupakan tujuan
hidup manusia yang sesungguhnya baik di dunia dan di akhirat.
Bagi
sufi mencapai makrifat, maka berarti dia makin dekat dengan Tuhan, dan akhirnya
dapat bersatu dengan Tuhan. Tetapi, sebelum seorang sufi bersatu dengan Tuhan
dia harus lebih dahulu menghancurkan dirinya.
Selama
dia belum menghancurkan dirinya, yaitu dia masih sadar akan dirinya dia tidak
akan dapat bersatu dengan Tuhan. Penghancuran diri ini dalam tasawuf disebut
fana (hilang, hancur). Fana yang dicari oleh sufi ialah penghancuran diri,
yaitu hancurnya peranan dan kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia ini.
Jika
seseorang telah mencapai, yaitu kalau wujud jasmaninya tak ada lagi (dalam arti
tak disadarinya lagi), maka yang tinggal ialah wujud rohaninya dan ketika itu
dapatlah ia bersatu dengan Tuhan. Kelihatannya persatuan dengan Tuhan ini
terjadi langsung setelah tercapainya fana' tak ubahnya dengan fana' tentang
kejahilan, maksiat dan kelakuan buruk. Dengan hancurnya hal-hal buruk ini, maka
yang tinggal ialah pengetahuan, takwa dan kelakuan baik. (Sumber: Siami
Nahri F - Dok. Rumah Pendidikan Sciena Madani)
Refrensi:
·
Rus'an
, Mutiara Ihya' Ulumuddin Iman Al-Ghozali, (Semarang: Wicaksana, 1984)
·
Sudirman
Tebba, Kecerdasan Sufistik; Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana, 2004)
·
http
: // www. Serambi. Co. id / modules.
·
Ahmad
Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, (Jakarta: PT Serambi IlmuSemesta,
2004)
·
Iman
Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga (Syeh Melaya), (Jakarta : Balai Pustaka,
·
Purwadi
dan Siti Maziyah, Hidup dan Spiritual Sunan Kalijaga, (Yogyakarta : Panji
Pustaka 2005)
·
Purwadi,
Dakwah Sunan Kalijaga " Penyebaran Agama Islam di Jawa berbasis kultural,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)
FALSAFAH KEHIDUPAN KANJENG SUNAN KALIJAGA
”Lamun
sira menek, aja menek andha, awit lamun sira menek andha –sira ancik-ancik untu
lan tekan ndhuwur, sira ketemu alam suwung. Nanging lamun sira menek, meneka
wit klapa, sira bakal ngliwati tataran, lan ngrangkul (ngrungkepi) wit klapa.
Tekan ndhuwur sira – ketemu apa? Sira bakal ketemu woh, ya wohing klapa.
Wohing klapa wiwit saka ing jeroning mancung, ya kuwi manggar, sakwise kuwi dadi bluluk, terus cengkir, deghan, njur kerambil/kelapa. Perangan njaba, sira ketemu apa? Sira ketemu tepes, sing watake enteng. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu batok (tempurung) sing watake atos (teguh dalam prinsip). Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu jatine wohing klapa. Perangan njero maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu banyu ya banyu perwito sari. Ing sak jerone banyu, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu rasa, ya jatining rasa (rasa rumangsa). Lamun sira menek maneh, sira ketemu apa? Sira bakal ketemu janur sing tegese jatining nur, ya nur muhammad.
Kenapa pohon kelapa yang dijadikan contoh? Karena Pohon Kelapa itu mulai dari akarnya yang paling bawah sampai ujung daunnya yang disebut janur semuanya bermanfaat. Pohon Kelapa juga sangat kokoh dan kuat tidak pernah roboh. Kalau kita memanjat Pohon Kelapa maka kita akan medapatkan buahnya. Kita akan bertanggung jawab, tidak sombong, tidak mudah jatuh, kita ikuti tataran yang ada dalam batang kelapa itu, kita akan selalu terus ke atas, kita akan memanjat dengan hati-hati sampai ke atas.
Lantas
apa itu Tataran yang dimaksud dalam falsafah hidup Sunan Kalijaga di atas?
Tataran itu dapat dimaknai sebagai aturan-aturan yang berlaku. Kalau kita ingin
selamat di dunia, maka kita harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-
peraturan dunia yang berlaku. Kalau kita ingin selamat di akhirat, maka kita
harus mengikuti aturan-aturan atau peraturan-peraturan akhirat yang berlaku.
Kalau kita ingin selamat di dunia dan akhirat, kita harus mengikuti
aturan-aturan atau peraturan-peraturan yang berlaku di dunia dan akherat.
Buah kelapa menggambarkan secara kronologis kehidupan manusia dari mulai manggar diibaratkan janin, bluluk bermakna bayi, cengkir bermakna balita, deghan bermakna remaja, dan kerambil / kelapa bermakna dewasa. Falsafah ini memberi pencerahan makna hidup manusia yang harus dijalankan secara hati-hati, dari mulai janin sampai dewasa. Karena pada setiap tahapan tersebut bisa saja terjadi musibah dari yang kecil sampai meninggal dunia. Untuk itu kehati-hatian ini harus dijabarkan dalam mempersiapkan diri pada hidup dan kehidupan di dunia. Yaitu selalu berpegang teguh pada aturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar selamat di dunia. Sejalan dengan itu juga berpegang teguh pada aturan keagamaan berdasarkan Al Qur’an dan hadist agar selamat di akhirat nanti. Kalau pegangan tersebut dilaksanakan secara konstisten dan konsekuen maka manusia tidak perlu gentar menghadapi takdir kematian kapan saja karena sudah siap untuk hidup dunia akhirat.
Buah kelapa menggambarkan secara kronologis kehidupan manusia dari mulai manggar diibaratkan janin, bluluk bermakna bayi, cengkir bermakna balita, deghan bermakna remaja, dan kerambil / kelapa bermakna dewasa. Falsafah ini memberi pencerahan makna hidup manusia yang harus dijalankan secara hati-hati, dari mulai janin sampai dewasa. Karena pada setiap tahapan tersebut bisa saja terjadi musibah dari yang kecil sampai meninggal dunia. Untuk itu kehati-hatian ini harus dijabarkan dalam mempersiapkan diri pada hidup dan kehidupan di dunia. Yaitu selalu berpegang teguh pada aturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar selamat di dunia. Sejalan dengan itu juga berpegang teguh pada aturan keagamaan berdasarkan Al Qur’an dan hadist agar selamat di akhirat nanti. Kalau pegangan tersebut dilaksanakan secara konstisten dan konsekuen maka manusia tidak perlu gentar menghadapi takdir kematian kapan saja karena sudah siap untuk hidup dunia akhirat.
Dalam
memanjat pohon kelapa, kita musti bekerja keras, hati-hati dan disiplin
menelusuri tataran pohon kelapa untuk mencapai puncak hingga dapat menggapai
buah pohon kelapa yang dapat diambil kemanfaatannya. Hal itu dapat kita petik
hikmah bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, kita harus memiliki niat yang baik, bekerja keras, mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku – baik peraturan-peraturan dunia maupun
akherat – dan hati-hati untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, kedamaian,
dan kemamkmuran kita, masyarakat dan bangsa.
Silsilah Kanjeng Sunan Kalijaga :
Sayyidina
Abbas (paman Rasulullah SAW)
1.
Syekh
Abdul Wahid Qornain
2.
Syekh
Wahid Rumi
3.
Syekh
Mudzakir Rumi
4.
Syekh
Khoromis
5.
Syekh
Abdullah
6.
Syekh
Abdur Rahman
7.
Ronggo
Tedjo Laku atau Syekh Zali
8.
Aryo
Tedjo
9.
Raden
Sahur
10. Raden Syahid (Sunan Kalijaga)
Istri dan Putra-putri kanjeng Sunan
Kalijaga
Raden
Mas Syahid yang bergelar ”Sunan Kalijaga” adalah putera dari Ki Tumenggung
Wilatikta (Bupati Tuban) dengan Dewi Sukati. Raden Syahid merupakan putera
pertama yang lahir tahun 1455 dan beliau memiliki seorang adik bernama Dewi
Rosowulan yang menikah dengan Empu Supo dan memiliki 2 orang anak yakni Joko
Tarub dan Supo Nem.
Istri pertama Raden Syahid (Sunan Kalijaga) bernama Dewi Saroh binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga memperoleh 3 orang putera, masing-masing ialah :
Istri pertama Raden Syahid (Sunan Kalijaga) bernama Dewi Saroh binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga memperoleh 3 orang putera, masing-masing ialah :
1.Raden
Umar Said (Sunan Muria).
2.Dewi
Ruqayyah.
3.Dewi
Sofiyah.
Ada
cerita lain yang disebut di dalam buku ”Pustaka Darah Agung” bahwa Sunan
Kalijaga lama berguru dengan Sunan Syarif Hidayatullah Cirebon, maka beliau
pernah kawin dengan Dewi Sarokah, yaitu anak puteri Sunan Syarif Hidayatullah
dan memperoleh 5 orang anak, yaitu :
1.Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Raden Trenggono (Demak)
2.Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
1.Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi isteri Raden Trenggono (Demak)
2.Nyai Ageng Panenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar.
3.Sunan
Hadi (yang menjadi panembahan kali) menggantikan Sunan Kalijaga sebagai Kepala
Perdikan Kadilangu.
4.Raden
Abdurrahman.
5.Nyai
Ageng Ngerang (makamnya di daerah Solo, Jawa Tengah).
Sunan
Kalijaga disebut juga dengan nama-nama Raden Syahid, Raden Abdurrahman,
Lokojoyo, Jogoboyo dan Pangeran Tuban. Tetapi yang disebutkan di dalam buku
”Babat Tanah Jawi” mengatakan, bahwa pada usia muda Raden Syahid pernah berguru
dengan Sunan Ampel dan juga kepada Sunan Bonang, pada suatu saat beliau
diperintahkan untuk menuju Cirebon berguru kepada Syekh Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati). Lalu diperintahkan bertapa di pinggiran sungai di suatu
desa bernama ”Kalijaga”. Setelah selesai kembali ke Demak dan oleh kalangan Walisongo
di Demak beliau diberi sebutan “Kalijaga”. Tempat pertapaan Raden Syahid yang
bernama “Kalijaga” ini sampai sekarang masih ada petilasannya, yaitu di desa
kalijaga, sebelah selatan Terminal Bus Induk kota Cirebon.
Pada umumnya para Walisongo namanya menjadi terkenal dengan tempat makamnya,
tidak demikian halnya Sunan Kalijaga yang makamnya berada di Kadilangu, tetapi
namanya tetap terkenal dengan sebutan “Sunan Kalijaga”.
Berdasarkan beberapa sumber catatan Genealogy, Sunan Kali Jaga merupakan salah satu leluhur Kraton Jogja, sebagaimana bisa terlihat pada Silsilah berikut :
1.
Sunan Kalijaga
# Dewi Sarokah
1.1. Raden Ayu Penengah # Ki Ageng Ngerang III
1.1.1. Ki Ageng Penjawi
1.1.1.1. Ratu Mas Waskita Jawi # Panembahan Senapati
1.1.1.1.1. Panembahan Hanyakrawati # Ratu Mas Hadi
1.1.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.1..1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Pakubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1. Raden Ayu Penengah # Ki Ageng Ngerang III
1.1.1. Ki Ageng Penjawi
1.1.1.1. Ratu Mas Waskita Jawi # Panembahan Senapati
1.1.1.1.1. Panembahan Hanyakrawati # Ratu Mas Hadi
1.1.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.1..1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Pakubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.
Sultan Hamengkubuwono IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
Jalur
Silsilah Kraton
Yogyakarta lainnya, berasal dari puteri Sunan Kalijaga,
melalui istrinya Nyai
Zainab binti Syekh Siti Jenar
1.
Sunan Kalijaga
# Nyai Zainab
1.1. Nyai Ratu Mandoko # Ki Ageng Pengging
1.1.1. Sultan Hadiwijaya # Ratu Mas Cempaka binti Raden Trenggono
1.1.1.1. Pangeran Benowo
1.1.1.1.1. Ratu Mashadi # Panembahan Seda Ing Krapyak
1.1.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.1..1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Pakubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1. Nyai Ratu Mandoko # Ki Ageng Pengging
1.1.1. Sultan Hadiwijaya # Ratu Mas Cempaka binti Raden Trenggono
1.1.1.1. Pangeran Benowo
1.1.1.1.1. Ratu Mashadi # Panembahan Seda Ing Krapyak
1.1.1.1.1.1. Sultan Agung
1.1.1..1.1.1.1. Sultan Amangkurat I
1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Pakubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Amangkurat IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono I
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono II
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono III
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1. Pangeran Diponegoro
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.
Sultan Hamengkubuwono IV
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1. Sultan Hamengkubuwono VI
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1. Sultan Hamengkubuwono VII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono VIII
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono IX
1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.1.2.1.1.1.1.1. Sultan Hamengkubuwono X
SEJARAH
RATU LAUT KIDUL
(DALAM PANDANGAN SEBAGIAN PENGANUT ISLAM)
(DALAM PANDANGAN SEBAGIAN PENGANUT ISLAM)
SUMBER :
SAYID SYEIKH AL-HABIB IDRIS NAWAWI BIN YAHYA AZHOMATUL KHAN TJ
SAYID SYEIKH AL-HABIB IDRIS NAWAWI BIN YAHYA AZHOMATUL KHAN TJ
Secara fakta, Ibu Ratu Kidul, adalah
penguasa laut Selatan, dan secara garis kepemimpinan, Ratu Kidul yang
dimaksudkan disini, bukan status nama orang atau nama pribadi, tapi Gelar
sebagai penguasa dari sifat Mulukul Ardi, seperti orang sering mengatakan “Raja
Jawa” kata majmuk ini, bukan simbolis nama
orang, tapi lebih disudutkan pada
Gelar kebangsawanan.
Nah, silsilah Ibu ratu Kidul sejak
permulaan. Dikepalai oleh Ratu Bilqist atau istri Nabi Sulaiman A.S, (Dari
bangsa Siluman Azrak) beliau bagian kepala tertinggi yang mengepalai semua Ratu
Kidul yang ada.
Dibawahnya bernama Ratu Alam Azrak,
yang mengepalai Laut Merah (beliau tangan kanan Ratu Bilqist) Sebawahnya
dinamakan Ratu Kidul Sejagat (mengepalai Lautan Pasifik dan India) Dibawahnya
lagi bernama Ratu Kidul Naga Biru (mengepalai dasar laut terdalam) Ratu Naga
Biru, akan menampakkan wujudnya disela Qiamat akan tiba sebagai perusak dasar
Gunung, Kawah,dan Tsunami. Dibawahnya lagi Ratu Kidul Jawa, disini banyak
pemimpin, diantaranya Dewi Nawang Wulan istri dari Jaka Tarub, yang mengepalai
Lautan Jawa-Timur. Dewi Nawang Wulan dan Nawang Sari (anak dari Prabu
Siliwangi) yang mengepalai Lautan Jawa Barat dan sekitarnya. Dewi Nyai Blorong
(mengepalai laut Cilacap) Dewi Fathimah, anak dari Prabu Demak Bintoro, yang
dinikah oleh Prabu Siliwangi, mengepalai Laut Yogya. Dewi Kedthon, mengepalai
Laut Purworejo. Dewi Sekar Arum dan Sekar Kuning, mengepalai Laut Kebumen dan
sekitarnya. Dewi Selaasih atau Kedasih, mengepalai Laut Jakarta.
Adapun kelahiran Pulau Jawa adalah
terlahir dari Tokoh Legenda Ciung wanara, yang mengawini Nyimas ratu Ayu
Purbaya, beliau terlahir dari Pertapa Sakti (keturunan Sanghyang,Prabu Lalijan)
atau Raja pertama Padjajaran. Dari pertalian darah ini, Ciung Wanara dan
Purbaya,mempunyai 7 turunan, yang semuanya menjadi Raja Padjajaran, yaitu,
1.Lingga Meong,
2.Lingga Wesi,
3.Lingga Wastu,
4.Prabu Susuk Tunggal,
5.Prabu Munding,
6.Kawati
7.Prabu Siliwangi.
2.Lingga Wesi,
3.Lingga Wastu,
4.Prabu Susuk Tunggal,
5.Prabu Munding,
6.Kawati
7.Prabu Siliwangi.
Nah terlahirnya Para Wali Jawa, dan
penutupnya Para Sanghyang, dari seorang Prabu Siliwangi dari seorang istri
Nyimas Rara Santang Marta Singa, Putri dari Syeikh Qurrotul ‘Ain. Punya Anak
Tiga yaitu:
1.Prabu Walangsungsang atau Mbah
kuwu Cakra Buana.
2.Kiansantang atau Raden Rahmat-Godog Garut.
3.Nyimas Rara santang atau Syarifah Mudaim.
2.Kiansantang atau Raden Rahmat-Godog Garut.
3.Nyimas Rara santang atau Syarifah Mudaim.
Adapun penutup Bangsa Sanghyang,
Prabu Siliwangi pernah nikah dengan Ratu Palaga Inggris, dari Bangsa Siluman
Seleman, punya anak Tiga yaitu:
1.Ucuk Umun (Nghayang di Banten
Girang,setelah ditaklukkan oleh Mbah Kuwu Cakra Buana)
2.Nawang Wulan dan
3.Nawang Sari (Ngahyang dilaut Selatan Karang Bolong Banten) setelah tahu ayahandanya Raib/Ngahyang.
2.Nawang Wulan dan
3.Nawang Sari (Ngahyang dilaut Selatan Karang Bolong Banten) setelah tahu ayahandanya Raib/Ngahyang.
Lalu bagaimana Prabu Siliwangi
menjadi Bapaknya Wali Jawa ? Inilah kronologinya. Dari Mbah Kuwu Cakra Buana,
melahirkan Ratu Pakungwati.yang dinikahkan sama Kanjeng Syeikh Syarif
Hidayatulloh,Putra dari Nyimas Rara Santang (Adiknya Mbah Kuwu Cakra Buana)
lalu Prabu Siliwangi, juga nikah dengan
Putri Tumenggung Demak, yang keturunannya dinikah oleh Sunan kalijaga, Sunan
Bonang dan Sunan Muria.
Adapun dari Putra Kanjeng Syeikh
Syarif, ada yang di nikah oleh Kanjeng Sunan kali Jaga (Putri kacirbonan) dan
ada juga yang di nikah oleh Pangeran Suta Wijaya (Putri Cimanuk) dari salah
Satu Putra Prabu Siliwangi,ada juga yang nikah dengan keluarga Sunan Ampel dan
Sunan Giri, yang putranya di nikah oleh Sunan Bonang, lalu dari keluarga istri
Demak, ada juga yang dinikah sama Arya Bengah, Aray kemuning dan Syeikh Muhyi
Pamijahan. Dari Tumenggung Syahid (Sunan Kali Jaga) ada yang nikah dengan
Pangeran Sapu jagat dan Ki.Gede Antas Angin. Dari sini hampir 90% keluarga
Prabu Siliwangi,masuk semua ke sifat keluarga Wali Songo.
KISAH
IBU DEWI LANJAR DAN IBU RATU KIDUL
SUMBER :
SAYYID SYEIKH AL-HABIB IDRIS NAWAWI BIN YAHYA AZHOMATUL KHAN Tj.A
SUMBER :
SAYYID SYEIKH AL-HABIB IDRIS NAWAWI BIN YAHYA AZHOMATUL KHAN Tj.A
Secara pandangan umum, mereka berdua
bagian dari kemusyrikan agama. Bahkan tak sedikit yang mengatakan, mereka ini
salah satu ratu yang menyediakan pesugihan. Namun bila anda paham tentang
KETAUHIDAN dan keluasan ilmu Allah, mereka adalah bagian Abdul Jumud setingkat
Waliyulloh. Inilah kisah selengkapnya.
Ibu Ratu Kidul, atau ratu penguasa
laut Selatan, mempunyai beragam versi, seperti halnya pandangan luar Jawa, yang
mengatakan : ” bumi Jawa adalah tanah raja” namun sewaktu ditanya, raja siapa
saja yang ada di tanah Jawa, mereka tidak bisa menjawab. Pandangan ini sama
halnya dengan ibu Ratu Kidul. Dalam Hakikat yang ada.
Ibu Ratu Kidul yang ada melegendaris
di seluruh dunia :
1.
Ratu Bilqist (Istri Nabi Sulaiman AS) beliau adalah ratu dari semua ratu
bangsa Ahlus Simar, turun di zaman Ketauhidan.
2.
Ratu Kidul Hizib Azrak. Beliau menguasai Laut Selatan bagian Bagdad dan
sekitarnya, beliau juga bagian dari tangan Ratu Bilqist.
3. Ratu Naga Biru Lapis tiga, beliau salah satu ratu dedemit sebelum Walisongo, dan pernah menduduki sebagai penguasa Laut Selatan. Ratu Naga biru salah satu dari guru semua Ratu Pantai Selatan yang ada di pulau Jawa.
4. Nawang Sari. Beliau berdua putri dari Prabu Siliwang, dari Ratu Palaga Iggris (bangsa Ahmar Seleman) yang pada akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa Laut Selatan, bagian Jawa Barat dan Cilacap
5. Dewi Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub, menguasai bagian laut Selatan Jawa Tengah dan Solo.
6. Siti Fathimah Demak Bintoro, beliau salah satu putri Prabu Siliwangi dari keluarga Demak Bintoro, yang akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa laut Selatan bagian Yogyakarta.
7. Dewi Kencono Wungu, istri dari Joko Tingkir, penguasa laut Selatan bagian Wonosobo dan Magelang.
8. Dewi Andini, Putra dari Ibu Ratu Kidul Nawang Wulan bin Prabu Siliwangi, yang menguasai bagian Tasik dan sekitarnya.
9. Nyi Blorong, putri Prabu Siliwangi, dari ratu Seleman, yang menguasai bagian Cilacap dan pulau Penyu (nusa kambangan)
10. Ratu Sejagat Alam dan putrinya, menguasai dari 7 generasi dan paling lama menduduki ratu pantai Selatan, terhitung dari zaman Togog, Adli, Seleman, Lelembut dan baru ngahyang pada zaman Wali Songo.
3. Ratu Naga Biru Lapis tiga, beliau salah satu ratu dedemit sebelum Walisongo, dan pernah menduduki sebagai penguasa Laut Selatan. Ratu Naga biru salah satu dari guru semua Ratu Pantai Selatan yang ada di pulau Jawa.
4. Nawang Sari. Beliau berdua putri dari Prabu Siliwang, dari Ratu Palaga Iggris (bangsa Ahmar Seleman) yang pada akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa Laut Selatan, bagian Jawa Barat dan Cilacap
5. Dewi Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub, menguasai bagian laut Selatan Jawa Tengah dan Solo.
6. Siti Fathimah Demak Bintoro, beliau salah satu putri Prabu Siliwangi dari keluarga Demak Bintoro, yang akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa laut Selatan bagian Yogyakarta.
7. Dewi Kencono Wungu, istri dari Joko Tingkir, penguasa laut Selatan bagian Wonosobo dan Magelang.
8. Dewi Andini, Putra dari Ibu Ratu Kidul Nawang Wulan bin Prabu Siliwangi, yang menguasai bagian Tasik dan sekitarnya.
9. Nyi Blorong, putri Prabu Siliwangi, dari ratu Seleman, yang menguasai bagian Cilacap dan pulau Penyu (nusa kambangan)
10. Ratu Sejagat Alam dan putrinya, menguasai dari 7 generasi dan paling lama menduduki ratu pantai Selatan, terhitung dari zaman Togog, Adli, Seleman, Lelembut dan baru ngahyang pada zaman Wali Songo.
Sedangkan Dewi Lanjar atau Siti
Hj.Khodijah binti pangeran Demak Raja Pulasaren, beliau adalah ratu tunggal
yang menguasai laut Utara. Dewi lanjar ini pernah menjadi istri dari Mbah Kuwu
Cakra Buana, Cirebon, yang menempati pulau Selamaran Pekalongan.
Dari semua Ibu Ratu diatas, kita
hanya paham satu ibu Ratu kidul, yaitu, era WaliSongo, Dewi Nawang Wulan dan
Nyi Blorong. Nah, sekedar ulasan kecil, kami akan ceritakan kronologi
perjalanan Ibu Dewi nawang Wulan dan Dewi Lanjar, di era yang sama.
Dalam nasab atau sifat keturunan,
Allah telah menjadikan dua arah yang saling bersebrangan tapi satu ikatan,
yaitu dari Anwas dan Anfus,dari keduanya melahirkan dua jalur yang berbeda :
Turun ke para Nabi – Turun ke Sanghyang.
Dari nasab Nabi menghadirkan keturunan para Waliyulloh dan
dari nasab Sanghyang, menurunkan Para Ahlul Bathin atau kesaktian. Dari
perjalanan Ahlul Bathin, Allah menempatkan keturunan Sanghyang ini ke sifat
penjaga alam atau disebut Abdul Jumud (bangsa lelembut) Sedangkan dari nasab
sampai ke Nabi Allah menciptakan sifat kholifah atau pemimpin umat.
Secara ilmu Tauhid,seluruh Bangsa
Abdul Jumud,diciptakan sebagai pendamping kekuatan Walisongo,sebab mereka
tercipta sebagai hamba Abdul Jumud, dan hanya tunduk terhadap Bangsa Athob.
Adapun Abdul jumud disini, terbagi menjadi 2 kelompok,
1. Kelompok Abyad (putih)
2. Kelompok Aswad (hitam)
2. Kelompok Aswad (hitam)
Sama seperti manusia, Baik (lembut)
anarkis (jahat) Kisah Ibu Ratu Dewi Nawang Wulan, dalam hidupnya beliau pernah
di nikahi oleh beberapa Waliyulloh, diantaranya : Syeikh Abdurrahman atau
Pangeran Panjunan, Ki.Gede Plered, Arya Panangsang, Raja Samudra, pangeran
Bulakamba, Arya Bengah dan yang terakhir kanjeng Sunan Kali Jaga. Adapun Dewi
lanjar,pernah dinikah oleh Raja Mataram, Kiyai Tubagus Ampel, pangeran Samudra,
Arya sabakingking dan terakhir Mbah Kuwu Cakra Buanakedua penguasa laut ini
masih golongan sanghyang atau abdul jumud (lelembut) lalu bagaimana dengan
pandangan orang umum dalam menyikapi mereka yang konon sebagi lambang pesugihan
?????
Dalam ilmu tauhid dijelaskan : Bahwa Allah SWT, akan membagi
rejekinya di tiga golongan :
Para nabi seturunannya/Manusia. Bangsa Jin dan Lelembut. Dari perjalanan rejeki ini yang diberikan oelh
Allah, hanya para lelembutlah yang mampu mengendalikan keuangan. Sebab mereka
tercipta sebagi hamba yang selalu memakai aturan. Sedangkan bangsa Nabi, Wali
atau Manusia serta bangsa Jin, semuanya lebih memasrahkan hartanya demi agama
(perjalanan secara hukum agama)
Jadi masuk akal secara pandangan
Hukum, bila para abdul jumud, lebih memperkaya dalam hal materi dari pada sifat
manusia atau jin, sehingga dengan sifat anarkis dan nafsu sahwatnya para
mansuia dan jin, mereka yang kurang iman, memohon kepada para abdul
jumud. Nah…disini proses terjadinya PESUGIHAN. manusia dan jin, memaksa kehendak,
seperti secara lahiriyyah, mereka masuk dalam sifat RENTENIR semakin kita masuk
semakin hidup kita hancur.
Adapun bangsa Abdul Jumud, tinggal
menerima segala apa yang dijanjikan manusia bejat dan tak bermoral. Sudah jelas
bahwa Allah SWT, telah membagi rejekinya dengan cara kasbi, tapi ada saja
manusia dan jin memakai caranya sediri dengan wasilah bangsa lainnya. Maka
secara hukum SAH para abdul jumud menunutut kita.
Inilah susunan Alam, menurut kitab :
Bumi, tercipta bagi manusia dan jin, juga lelembut dan ahmar serta bangsa Abdul jumud lainnya. Bumi tercipta 7 lapis astral / hijab dan mempunyai 70 alam yang berbeda sampai ke tingkat alam Kubur. Dan dalam beribadah, hanya manusia, jin, serta bangsa Malaikat yang ibadahnya sama (mengikuti Al-Hadi/Rosululloh SAW)
Bumi, tercipta bagi manusia dan jin, juga lelembut dan ahmar serta bangsa Abdul jumud lainnya. Bumi tercipta 7 lapis astral / hijab dan mempunyai 70 alam yang berbeda sampai ke tingkat alam Kubur. Dan dalam beribadah, hanya manusia, jin, serta bangsa Malaikat yang ibadahnya sama (mengikuti Al-Hadi/Rosululloh SAW)
Adapun alam kedua paling atas,
disebut bangsa Togog/Siluman Seleman, yang dipimpin oleh Ratu Sejagat atau
zaman ini di sebut sebagai era kegelapan. Alam atas ke Tiga disebut Adlun atau
Masa akhir, dihuni oleh Naga, dan dipimpin oleh Raja Naga Biru. Alam ini akan
menyatu bersama kita / manusia di hari akhir (akan kiamat) Sebab sudah
diFirmankan oleh Allah SWT :
“Semua mahkluk Qun / naga besar,
akan bermunculan seiring zaman akhir mulai terbuka. Alam ke Empat disebut
Azrak. alam ini dikepalai oleh istri Nabi Sulaiman AS, yaitu Ratu Bilqist. Alam
ke lima disebut Syayatin atau setan, alam ini disebut alam penghancur jin dan
manusia. Adapun alam seterusnya di huni oleh bangsa Wali yang sudah wafat
maupun belum yaitu, Alam Barry dan alam Thuroby. Alam di atasnya lagi di huni
para nabi dan malaikat serta seterusnya”.
Jadi salah besar jika kita berfikir
bahwa apapun bangsa halus itu disebut bangsa Jin, sebab masih banyak alam lain
yang kita tidak paham.
Seperti ucapannya Imam Ibnu Salam :
” Sesungguhnya alam yang ada diseluruh alam jagat ini mempunyai 600 alam yang
berbeda dan semua terpenghuni dengan mahkluknya dengan sifat berbeda pula.
Namun alam yang paling mulia dihadapan Allah, adalah alam manusia/dunia.Sebab
alam dunia tempatnya derajat dan alam mulia pula terlahir adanya para Nabi dan
Rosululloh SAW “.
http://bantu21.wordpress.com/2012/09/22/sejarah-ratu-laut-kidul/
Para ulama yang sembilan dalam
menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya
beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat
upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.
Para ulama yang sembilan (Wali
Songo) dalam menanggulangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah
masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN.
ALIRAN GIRI
adalah suatu aliran yang dipimpin oleh
Raden Paku (Sunan Giri) dengan para pendukung Raden Rahmat (Sunan Ampel),
Syarifuddin (Sunan Drajat) dan lain-lain. Aliran ini dalam masalah ibadah
sama sekali tidak mengenal kompromi dengan ajaran Budha, Hindu, keyakinan
animisme dan dinamisme. Orang yang dengan suka rela masuk Islam lewat aliran
ini, harus mau membuang jauh-jauh segala adat istiadat lama yang bertentangan
dengan syari'at Islam tanpa reserve. Karena murninya aliran dalam menyiarkan
dan mengembangkan Islam, maka aliran ini disebut
ISLAM PUTIH.
Adapun ALIRAN TUBAN adalah suatu aliran yang dipimpin oleh R.M. Syahid (Sunan Kalijaga) yang didukung oleh Sunan
Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati. Aliran ini sangat
moderat, mereka membiarkan dahulu terhadap pengikutnya yang mengerjakan adat
istiadat upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang
penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh menyimpang
dari syari'at Islam. Maka para wali aliran Tuban berusaha agar adat istiadat
Budha, Hindu, animisme dan dinamisme diwarnai keislaman. Karena moderatnya
aliran ini maka pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengikut
aliran Giri yang "radikal". aliran ini sangat disorot oleh aliran
Giri karena dituduh mencampur adukan syari'at Islam dengan agama lain. Maka aliran ini dicap sebagai aliran Islam
abangan.
Musyawarah Para Wali*2
Pada masa para wali dibawah pimpinan
Sunan Ampel, pernah diadakan musyawarah antara para wali untuk memecahkan adat
istiadat lama bagi orang yang telah masuk Islam. Dalam musyawarah tersebut
Sunan Kali Jaga selaku Ketua aliran Tuban mengusulkan kepada majlis musyawarah
agar adat istiadat lama yang sulit dibuang, termasuk didalamnya upacara Pinda
Pitre Yajna dimasuki unsur keislaman.
Usulan tersebut menjadi masalah yang
serius pada waktu itu sebab para ulama (wali) tahu benar bahwa upacara kematian
adat lama dan lain-lainnya sangat menyimpang dengan ajaran Islam yang
sebenarnya.
Mendengar usulan Sunan Kali Jaga
yang penuh diplomatis itu, Sunan Ampel selaku penghulu para wali pada waktu itu
dan sekaligus menjadi ketua sidang/musyawarah mengajukan pertanyaan sebagai
berikut :
"Apakah tidak dikhawatirkan
dikemudian hari?, bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai
ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan
menjadikan bid'ah"?.
Pertanyaan Sunan Ampel tersebut
kemudian dijawab oleh Sunan Kudus sebagai berikut :
"Saya sangat setuju dengan
pendapat Sunan Kali Jaga"
Sekalipun Sunan Ampel, Sunan Giri,
dan Sunan Drajat sangat tidak menyetujui, akan tetapi mayoritas anggota
musyawarah menyetujui usulan Sunan Kali Jaga, maka hal tersebut berjalan sesuai
dengan keinginannya. Mulai saat itulah secara resmi berdasarkan hasil
musyawarah, upacara dalam agama Hindu yang bernama Pinda Pitre Yajna
dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan
nama nelung dino, mitung dina, matang puluh, nyatus, dan nyewu.
Dari akibat lunaknya aliran Tuban,
maka bukan saja upacara seperti itu yang berkembang subur, akan tetapi
keyakinan animisme dan dinamisme serta upacara-upacara adat lain ikut
berkembang subur. Maka dari itu tidaklah heran muridnya Sunan Kali Jaga sendiri
yang bernama Syekh Siti Jenar merasa mendapat peluang yang sangat leluasa untuk
mensinkritismekan ajaran Hindu dalam Islam. Dari hasil olahannya, maka lahir
suatu ajaran klenik/aliran kepercayaan yang berbau Islam. Dan tumbuhlah apa
yang disebut "Manunggaling Kaula Gusti" yang artinya Tuhan menyatu
dengan tubuhku. Maka tatacara untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat shalat,
puasa, zakat, haji dan lain sebagainya tidak usah dilakukan.
Sekalipun Syekh Siti Jenar berhasil
dibunuh, akan tetapi murid-muridnya yang cukup banyak sudah menyebar
dimana-mana. Dari itu maka kepercayaan seperti itu hidup subur sampai sekarang.
Keadaan umat Islam setelah para wali
meninggal dunia semakin jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. para Ulama
aliran Giri yang terus mempengaruhi para raja Islam pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk menegakkan syari'at Islam yang murni mendapat
kecaman dan ancaman dari para raja Islam pada waktu itu, karena raja-raja Islam
mayoritas menganut aliran Tuban. Sehingga pusat pemerintahan kerajaan di Demak
berusaha dipindahkan ke Pajang agar terlepas dari pengaruh para ulama aliran
Giri.
Keadaan yang demikian terus berjalan
berabad-abad tanpa ada seorang ulamapun yang muncul untuk mengikis habis
adat-istiadat lama yang melekat pada Islam terutama Pinda Pitre Yajna. Baru
pada tahun 1912 M, muncul seorang ulama di Yogyakarta bernama K.H. Ahmad Dahlan
yang berusaha sekuat kemampuannya untuk mengembalikan Islam dari sumbernya
yaitu Al Qur'an dan As Sunnah, karena beliau telah memandang bahwa Islam dalam
masyrakat Indonesia telah banyak dicampuri berbagai ajaran yang tidak berasal dari
Al Qur'an dan Al Hadits, dimana-mana merajalela perbuatan khurafat dan bid'ah
sehingga umat Islam hidup dalam keadaan konservatif dan tradisional.
Munculnya K.H. Ahmad Dahlan bukan saja berusaha mengikis habis segala adat istiadat
Budha, Hindu, animisme, dinamisme yang melekat pada Islam, akan tetapi juga
menyebarkan fikiran-fikiran pembaharuan dalam Islam, agar umat Islam menjadi
umat yang maju seperti umat-umat lain. Akan tetapi aneh bin ajaib, kemunculan
beliau tersebut disambut negatif oleh sebagian ulama itu sendiri, yang ternyata
ulama-ulama tersebut adalah ulama-ulama yang tidak setuju untuk membuang
beberapa adat istiadat Budha dan Hindu yang telah diwarnai keislaman yang telah
dilestarikan oleh ulama-ulama aliran Tuban dahulu, yang antara lain upacara
Pinda Pitre Yajna yang diisi nafas Islam, yang terkenal dengan nama upacara
nelung dina, mitung dina, matang dina, nyatus, dan nyewu.
Pada tahun 1926 para ulama Indonesia bangkit dengan
didirikannya organisasi yang diberi nama "Nahdhatul Ulama" yang
disingkat NU. Pada muktamarnya di Makasar NU
mengeluarkan suatu keputusan yang antara lain :
"Setiap acara yang bersifat
keagamaan harus diawali dengan bacaan tahlil yang sistimatikanya seperti yang
kita kenal sekarang di masyarakat".
Keputusan ini nampaknya benar-benar
dilaksanakan oleh orang NU. Sehingga semua acara yang bersifat keagamaan
diawali dengan bacaan tahlil, termasuk acara kematian. Mulai saat itulah secara
lambat laun upacara Pinda Pitre Yajna yang diwarnai keislaman berubah nama
menjadi tahlilan sampai sekarang.
Sesuai dengan sejarah lahirnya
tahlilan dalam upacara kematian, maka istilah tahlilan dalam upacara kematian
hanya dikenal di Jawa saja. Di pulau-pulau lain seluruh Indonesia tidak ada
acara ini. Seandainya ada pun hanya sebagai rembesan dari pulau Jawa saja.
Apalagi di negara-negara lain seperti Arab, Mesir, dan negara-negara lainnnya
diseluruh dunia sama sekali tidak mengenal upacara tahlilan dalam kematian ini.
Dengan sudah mengetahui sejarah
lahirnya tahlilan dalam upacara kematian yang terurai diatas, maka kita tidak
akan lagi mengatakan bahwa upacara kematian adalah ajaran Islam, bahkan kita
akan bisa mengatakan bahwa orang yang tidak mau membuang upacara tersebut
berarti melestarikan salah satu ajaran agama Hindu. Orang-orang Hindu sama
sekali tidak mau melestarikan ajaran Islam, bahkan tidak mau kepercikan ajaran
Islam sedikitpun. Tetapi kenapa kita orang Islam justru melestarikan keyakinan
dan ajaran mereka.
Tak cukupkah bagi kita Sunnah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yg sudah jelas terang benderang saja
yang kita kerjakan. Kenapa harus ditambah-tambahin/mengada-ada. Mereka
beranggapan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih kurang
sempurna.
KH. Ahmad Dahlan yang semasa
kecilnya bernama Muhammad Darwis dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969
dari ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib Masjid Besar Kauman, dan Ibu yang
bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar di Yogyakarta. KH. Ahmad
Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi khatib masjid besar di
Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang tidak memuaskan di
kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya untuk
memperbaiki keadaan.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya bersifat lokal, tujuannya terbatas pada
penyebaran agama di kalangan penduduk Yogyakarta. Pasal dua Anggaran Dasarnya
yang asli berbunyi (dengan ejaan baru):
Maka perhimpunan itu maksudnya :
a.
Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam
kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie Yogyakarta.
b.
Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Berkat kepribadian dan kemampuan
Dahlan memimpin organisasinya, maka dalam waktu singkat organisasi itu
mengalami perkembangan pesat sehingga tidak lagi dibatasi pada residensi
Yogyakarta, melainkan meluas ke seluruh Jawa dan menjelang tahun 1930 telah
masuk ke pulau-pulau di luar Jawa.
Misi utama yang dibawa oleh
Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang
dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang
dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab)
yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari
pada/menurut sasarannya :
Pertama
: berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada
keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal
prinsip perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
Kedua
: berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila
tajdid itu sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik,
strategi, taktik perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya
berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.
Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan
itu tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan,
membersihkan yang bukan ajaran.
Muhammadiyah adalah gerakan
keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat,
sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya.
Islam sebagai agama terakhir,
tidaklah memisahkan masalah rohani dan persoalan dunia, tetapi mencakup kedua
segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke dalam berbagai aspek kehidupan
tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan.
Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan
berbagai macam kepercayaan di atas banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa
reserve, bahkan mereka menganggap bahwa hal di atas termasuk keharusan
menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha
meluruskan kembali dengan memberantas segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti
bentuk di atas.
Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan
keyakinan umat Islam Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan
kembali dan pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang benar
terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits.
TENTANG NGELMU LADUNI
Laduni adalah ilmu yang
berasal dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Para malaikat-Nya pun berkata: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami."
(Al-Baqarah: 32)
Ilmu laduni dalam pengertian umum ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ilmu yang
didapat tanpa melalui tahapan belajar (wahbiy).
Kedua, ilmu yang didapat melalui usaha belajar (kasbiy).
Ilmu wahbiy
Ilmu Wahbiy yaitu ilmu yang
didapat tanpa melalui tahapan belajar. Ilmu
ini terbagi menjadi dua macam:
Ilmu syar'iat
Ilmu Syar'iat, yaitu ilmu tentang
perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui
jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang
menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi
semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam alaihissalam
hingga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk
yang diterima oleh Nabi Musa dari Nabi
Khidir. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Khidhir:
"Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65)
Di dalam hadits Imam Al Bukhari, Nabi
Khidir alaihissalam berkata kepada Nabi Musa
alaihissalam: "Sesungguhnya aku berada di atas sebuah ilmu dari ilmu Allah
yang telah Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak
mengetahuinya. Dan engkau (juga) berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia
ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya juga."
Ilmu syari'at ini sifatnya
kebenarannya mutlak, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai
datang ajal kematiannya.
Ilmu ma'rifat
Ilmu Ma'rifat (hakikat), yaitu ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui
jalan kasyf (wahyu ilham /
terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang
mukmin dan shalih.
Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan
"ilmu laduni" di kalangan ahli tasawuf. Sifat
ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at
yang sudah termaktub di dalam mushaf Al-Qur'an maupun
kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau
mengurangi.
Ilmu kasbiy
Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah
yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha)
seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain
sebagainya.
Ilmu yang paling utama
Dari ketiga ilmu ini (syari'at, ma'rifat dan kasb)
yang paling utama adalah ilmu yang bersumber dari wahyu yaitu ilmu syari'at, karena
ia adalah guru. Ilmu kasyf
dan ilmu kasb tidak dianggap apabila menyalahi syari'at. http://id.wikipedia.org/wiki/Laduni
HAQIQAT TAHLILAN (Kenduri Arwah-Selamatan Kematian)
ISLAM
KEJAWEN
Macam ilmu Islam
Kejawen
Sebelum
membahas Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen, kita akan memperjelas dulu pengertian
Ilmu Gaib yang kita pakai sebagai istilah di sini. Ilmu Gaib adalah kemampuan
melakukan sesuatu yang tidak wajar melebihi kemampuan manusia biasa, sering
juga disebut sebagai Ilmu Metafisika, Ilmu Supranatural atau Ilmu Kebatinan
karena menyangkut hal-hal yang tidak nampak oleh mata. Beberapa kalangan
menganggap Ilmu Gaib sebagai hal yang sakral, keramat dan terlalu memuliakan
orang yang memilikinya, bahkan menganggap wali atau orang suci.
Perlu
diterangkan, bahwa keajaiban atau karomah yang ada pada Wali (orang suci
kekasih Tuhan) tidak sama dengan Ilmu Gaib yang sedang kita pelajari. Wali
tidak pernah mengharap mempunyai keajaiban tersebut. Karomah itu datang atas
kehendak Allah karena mereka adalah orang yang sangat saleh dan rendah hati.
Sementara kita adalah orang yang meninta kepada Allah agar melimpahakan
kekuasaan-Nya untuk keperluan kita.
Dalam
hasanah perkembangan Ilmu Gaib di Indonesia, kita mengenal dua aliran utama
yaitu Aliran Hikmah dan Aliran Kejawen. Aliran Hikmah berkembang di kalangan
pesantren dengan ciri khas doa/mantra yang murni berbahasa Arab (kebanyakan
bersumber dari Al-Quran). Sedangkan aliran Kejawen yang ada sekarang sebetulnya
sudah tidak murni kejawen lagi, melainkan sudah bercampur dengan tradisi islam.
Mantranya pun kebanyakan diawali dengan basmalah kemudian dilanjutkan dengan
mantra jawa. Oleh kerena itu, saya menyebutnya Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen.
Tradisi islam-kejawen inilah yang lebih banyak mewarnai keilmuan Silat Rohani.
Aliran Islam Kejawen
Ilmu
Gaib Aliran Islam Kejawen bersumber dari alkulturasi (penggabungan) budaya jawa
dan nilai-nilai agama islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa yang diawali
basmalah dan dilanjutkan kalimat bahasa jawa, kemudian diakhiri dengan dua
kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa tumbuh syubur di desa-desa yang kental
dengan kegiatan keagamaan (pesantren yang masih tradisional).
Awal
mula aliran ini adalah budaya masyarakat jawa sebelum islam datang yang memang
menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual untuk mendapatkan kemampuan
suparantural. Para pengembang ajaran islam di Pulau Jawa (Wali Songo) tidak
menolak tradisi jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya sebagi senjata dakwah.
Para
Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib dengan tatacara lelaku yang lebih islami, misalnya
puasa, wirid mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do’a kepada
Allah. Mungkin alasan mengapa tidak disusun mantra yang seluruhnya berbahasa
Arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru
mereka kenal.
Di
Indonesia, khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said).
Beliau inilah yang paling banyak mewarnai paham islam-kejawen yang dianut
orang-orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga menjadikan kesenian dan budaya
sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga dalam
penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung. Kidung-kidung yang
diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat berharga.
Ajaran islam yang luwes dan menerima berbagai perbedaan.
Bahkan
Sunan Kali Jaga juga menciptakan satu kidung “Rumeksa Ing Wengi” yang menurut saya bisa disebut sebagai Ilmu
Gaib atau Ilmu Supranatural, karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini
memiliki berbagai kemampuan supranatural.
Konsep Aliran Islam
Kejawen
Setiap
perilaku manusia akan menimbulkan bekas pada jiwa maupun badan seseorang.
Perilaku-perilaku tertentu yang khas akan menimbulkan bekas yang sangat dasyat
sehingga seseorang bisa melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan manusia
biasa. Perilaku tertentu ini disebut dengan tirakat, ritual, atau olah rohani.
Tirakat bisa diartikan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu
ilmu.
1.
Penabungan
Energi. Karena setiap perilaku akan menimbulkan bekas pada seseorang maka ada
suatu konsep yang khas dari ilmu Gaib Aliran Islam Jawa yaitu Penabungan
Energi. Jika bandan fisik anda memerlukan pengisian 3 kali sehari melalui makan
agar anda tetap bisa beraktivitas dengan baik, begitu juga untuk memperoleh
kekuatan supranatural, Anda perlu mengisi energi. Hanya saja dalam Ilmu Gaib
pengisian ernergi cukup dilakukan satu kali untuk seumur hidup. Penabungan
energi ini dapat dilakukan dengan cara bermacam-macam tergantung jenis ilmu
yang ingin dikuasai. Cara-cara penabungan energi lazim disebut Tirakat.
2.
Tirakat.
Aliran Islam Kejawen mengenal tirakat (syarat mendapatkan ilmu) yang kadang
dianggap kontroversial oleh kalangan tertentu. Tirakat tersebut bisa berupa
bacaan doa. wirid tertentu, mantra, pantangan, puasa atau penggabungan dari
kelima unsur tersebut. Ada puasa yang disebut patigeni (tidak makan, minum,
tidur dan tidak boleh kena cahaya), nglowong, ngebleng dan lain-lain. Biasanya
beratnya tirakat sesuai dengan tingkat kesaktian suatu ilmu. Seseorang harus
banyak melakukan kebajikan dan menjaga bersihnya hati ketika sedang melakukan
tirakat.
3.
Khodam.
Setiap Ilmu Gaib memiliki khodam. Khodam adalah mahluk ghaib yang menjadi “roh”
suatu ilmu. Khodam itu akan selalu mengikuti pemilik ilmu. Khodam disebut juga
Qorin, ialah mahluk ghaib yang tidak berjenis kelamin artinya bukan pria dan
bukan wanita, tapi juga bukan banci. Dia memang diciptakan semacam itu oleh
Allah dan dia juga tidak berhasrat kepada manusia. Hal ini berbeda dengan Jin
yang selain berhasrat kepada kaum jin sendiri kadang juga ada yang “suka” pada
manusia.
Macam-macam Ilmu
Aliran Islam Kejawen
Berikut
adalah klasifikasi ilmu gaib bedasarkan fungsinya menurut Erlangga. Mungkin orang
lain membuat klasifikasi yang berbeda dengan klasifikasi menurut Erlangga. Hal
tersebut bukan masalah karena memang tidak ada rumusan baku tentang klasifikasi
ilmu Gaib.
1. Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
1. Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
Ilmu
kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural. Ilmu
ini mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap serangan dan kemampuan untuk
menyerang dengan kekuatan yang luar biasa. Contohnya ilmu Asma’ Malaikat, Hizib
Kekuatan Batin, Sahadad Pamungkas dll.
1. Ilmu Kawibaan dan Ilmu Pengasihan
Inilah
ilmu supranatural yang fungsinya mempengaruhi kejiwaan dan perasaan orang lain.
lmu Kewibaan dimanfaatkan untuk menambah daya kepemimpinan dan menguatkan
kata-kata yang diucapkan. Orang yang menguasai Ilmu Kewibawaan dengan sempurna
akan disegani masyarakat dan tidak satupun orang yang mampu melawan perintahnya
apalagi berdebat. Bisa dikatakan bila Anda memiliki ilmu ini Anda akan mudah
mempengaruhi dan membuat orang lain nurut perintah Anda tanpa berpikir panjang.
Sedangkan
Ilmu Pengasihan atau ilmu pelet adalah ilmu yang berkaitan dengan maslah cinta,
yakni membuat hati seseorang yang Anda tuju menjadi simpati dan sayang. Ilmu
ini banyak dimanfaatkan pemuda untuk membuat pujaan hati jatuh cinta padanya.
Ilmu ini juga dapat dimanfaatkan untuk membuat lawan yang berhati keras menjadi
kawan yang mudah diajak berunding dan memulangkan orang yang minggat.
2. Ilmu Trawangan dan Ngrogosukmo
Jika Anda ingin tahu
banyak hal dan bisa melihat kemana-mana tanpa keluar rumah, maka kuasailah ilmu
trawangan. Ilmu trawangan berfungsi untuk menajamkan mata batin hingga dapat
menangkap isyarat yang halus, melihat jarak jauh, tembus pandang dan lain-lain.
Sedangkan Ilmu Ngrogosukmo adalah kelanjutan dari Ilmu Trawagan. Dalam ilmu
trawangan hanya mata batin saja yang berkeliaran kemana-mana, sedangkan jika
sudah menguasai ilmu ngrogosukmo seseorang bisa melepaskan roh untuk melakukan
perjalanan kemanapun dia mau. Baik Ilmu Trawangan maupaun Ngrogosukmo adalah
ilmu yang tergolong sulit dipelajari karena membutuhkan keteguhan dan
kebersihan hati. Biasanya hanya dikuasi oleh orang yang sudah tua dan sudah
tenang jiwanya.
4. Ilmu
Khodam
Seseorang disebut
menguasai ilmu khodam bila orang yang tersebut bisa berkomunikasi secara aktif
dengan khodam yang dimiliki. Khodam adalah makhluk pendamping yang selalu
mengikuti tuannya dan bersedia melakukan perintah-perintah tuannya. Khodam
sesungguhnya berbeda dengan Jin / Setan, meskipun sama-sama berbadan ghaib.
Khodam tidak bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
5. Ilmu
Permainan (Atraksi)
Ada ilmu supranatural
yang hanya bisa digunakan untuk pertunjukan di panggung. Sepintas ilmu ini
mirip dengan ilmu kanuragan karena bisa memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap
benda tajam, minyak panas dan air keras. Namun ilmu ini tidak bisa digunakan
untuk bertaruang pada keadaan sesungguhnya. Contoh yang sering kita lihat
adalah ilmunya para pemain Debus.
6. Ilmu
Kesehatan
Masuk dalam kelompok
ini adalah ilmu gurah (membersihkan saluran pernafasan), Ilmu-ilmu pengobatan,
ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu supranatural lain yang berhubungan dengan fungsi
bilologis tubuh manusia.
Tiga
Cara Penurunan Ilmu Ghaib
Ada tiga hal yang
menyebebkan seseorang memiliki kemampuan supranatural. Yaitu:
1. Menjalankan Tirakat. Tirakat adalah bentuk olah rohani khas jawa yang tujuannya untuk memperoleh energi supranatural atau tercapainya suatu keinginan. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan doa, mantra, pantangan, puasa atau gabungan dari kelima unsur tersebut. Inilah yang disebut belajar ilmu gaib sesungguhnya, karena berhasi atau tidaknya murid menjalankan tirakat hingga menguasai ilmu, tergantung sepenuhnya pada dirinya sendiri. Dalam hal ini guru hanya memberi bimbingan.
1. Menjalankan Tirakat. Tirakat adalah bentuk olah rohani khas jawa yang tujuannya untuk memperoleh energi supranatural atau tercapainya suatu keinginan. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan doa, mantra, pantangan, puasa atau gabungan dari kelima unsur tersebut. Inilah yang disebut belajar ilmu gaib sesungguhnya, karena berhasi atau tidaknya murid menjalankan tirakat hingga menguasai ilmu, tergantung sepenuhnya pada dirinya sendiri. Dalam hal ini guru hanya memberi bimbingan.
2. Pengisian. Seseorang yang tidak mau
susah payah juga bisa mempunyai kemampuan supranatural, yaitu dengan cara
pengisian. Pengisian adalah pemindahan energi supranatural dari Guru kepada
Murid. Dengan begitu murid langsung memiliki kemampuan sama seperti gurunya.
Pengisian (transfer ilmu) hanya bisa dilakukan oleh Guru yang sudah mencapai
tingkatan spiritual yang tinggi.
3. Warisan Keturunan. Seseorang bisa
mewarisi ilmu kakek-buyutnya yang tidak ia kenal atau ilmu orang yang tidak
dikenal secara otomatis tanpa belajar dan tanpa sepengetahuannya. Maka ada yang
menyebutnya “ilmu tiban” yang artinya datang tanpa disangka-sangka.
Mitos
Tentang Efek Samping
Beberapa orang masih
menyakini bahwa pemilik Ilmu Gaib akan mengalami kesulitan hidup dan mati,
susah dapat rezeki, bisa sakit jiwa (gila), menderita saat akan mati dll. Saya
membantah mentah-mentah argument tersebut. Bukankah masalah rizqi dan nasib
adalah Allah SWT yang menentukan.
Memang ada banyak
pemilik ilmu gaib adalah orang yang tak punya uang alias miskin, tapi saya
yakin itu bukan disebabkan oleh ilmunya, melainkan karena dia malas bekerja dan
bodoh. Kebanyakan orang yang memiliki ilmu gaib menjadi sombong dan malas
bekerja, hanya mengharapkan orang datang meminta pertolongannya lalu
menyelipkan beberapa lembar rupiah ketika bersalaman. Jadi bukan karena
Ilmunya.
Sebetulnya baik buruk
efek Ilmu Gaib tergantung pemiliknya. Bisa saja Allah menghukum dengan cara
menyulitkan rezeki, menyiksa saat datangnya ajal atau hukuman lain karena orang
tersebut sombong dan suka menindas orang lain dengan ilmunya, bukankah kita
selalu dalam kekuasaan Allah
Kidung karya Sunan Kalijaga ini
sudah terkenal sampai pelosok Nusantara. Di desa, kidung ini sering dinyanyikan
saat pertunjukan ketoprak, wayang kulit, dan lain lain.
Inti laku pembacaan Kidung
Rumekso Ing Wengi adalah agar kita senantiasa terhindar dari malapetaka.
Dengan demikian kita dituntut untuk senantiasa berbakti, beriman dan taqwa
kepada Allah SWT.
Adapun fungsi secara eksplisit
tersuratnya antara lain:
1. Penyembuh segala macam penyakit.
2. Pembebas pageblug
3. Mempercepat jodoh bagi perawan tua.
4. Penolak bala yang datang di malam hari.
5. Menang dalam perang
6. Memperlancar cita-cita luhur.
2. Pembebas pageblug
3. Mempercepat jodoh bagi perawan tua.
4. Penolak bala yang datang di malam hari.
5. Menang dalam perang
6. Memperlancar cita-cita luhur.
Kidung Rumekso Ing Wengi
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing Lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna
Teguh hayu luputa ing Lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Sakathahing Rasul
Pan dadi sarira Tunggal
Ati Adam Utekku Baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Sakathahing Rasul
Pan dadi sarira Tunggal
Ati Adam Utekku Baginda Esis
Pangucapku ya Musa
Napasku Nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup Pamiyarsaningwang
Yusup ing rupaku mangke
Nabi Dawud Suwaraku
Jeng Suleman kasekten mami
Nabi Ibrahim nyawaku
Edris ing Rambutku
Baginda Ngali kulitingwang
Getih daging Abubakar singgih
Balung Baginda Ngusman
Nabi Yakup Pamiyarsaningwang
Yusup ing rupaku mangke
Nabi Dawud Suwaraku
Jeng Suleman kasekten mami
Nabi Ibrahim nyawaku
Edris ing Rambutku
Baginda Ngali kulitingwang
Getih daging Abubakar singgih
Balung Baginda Ngusman
Sungsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah Bayuning Angga
Ayup ing Ususku mangke
Nabi Nuh ing Jejantung
Nabi Yunus ing Otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam sarak
Sammpun pepak sakatahe para
Nabi dadya sarira Tunggal.
Siti Aminah Bayuning Angga
Ayup ing Ususku mangke
Nabi Nuh ing Jejantung
Nabi Yunus ing Otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam sarak
Sammpun pepak sakatahe para
Nabi dadya sarira Tunggal.
Wiji sawiji mulane dadi
Apan apencar dadiya sining jagad
Kasamadan dening Dzate
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan dadi waras
Apan apencar dadiya sining jagad
Kasamadan dening Dzate
Kang maca kang angrungu
Kang anurat kang anyimpeni
Dadi ayuning badan
Kinarya sesembur
Yen winacakna toya
Kinarya dus rara gelis laki
Wong edan dadi waras
Lamun ana wong kadhendha kaki
Wong kabanda wong kabotan utang
Yogya wacanen den age
Nalika tengah dalu
Ping sawelas macanen singgih
Luwar saking kabanda
Kang kadhendha wurung
Aglis nuli sinauran mring hyang
Suksma kang utang puniku singgih
Kang agring nuli waras
Wong kabanda wong kabotan utang
Yogya wacanen den age
Nalika tengah dalu
Ping sawelas macanen singgih
Luwar saking kabanda
Kang kadhendha wurung
Aglis nuli sinauran mring hyang
Suksma kang utang puniku singgih
Kang agring nuli waras
Lamun arsa tulus nandur pari puwasaa
sawengi sadina,
Iderana gelengane
Wacanen kidung iku
Sakeh ngama sami abali
Yen sira lunga perang
Wateken ing sekul
Antuka tigang pulukan
Musuhira rep sirep tan ana wani
Rahayu ing payudan
Iderana gelengane
Wacanen kidung iku
Sakeh ngama sami abali
Yen sira lunga perang
Wateken ing sekul
Antuka tigang pulukan
Musuhira rep sirep tan ana wani
Rahayu ing payudan
Sing sapa reke bisa nglakoni
Amutiya lawan anawaa
Patang puluh dina wae
Lan tangi wektu subuh
Lan den sabar sukuring ati
Insya Allah tinekan
Sakarsanireku
Tumrap sanak rakyatira
Saking sawabing ngelmu pangiket mami
Duk aneng Kalijaga.
Amutiya lawan anawaa
Patang puluh dina wae
Lan tangi wektu subuh
Lan den sabar sukuring ati
Insya Allah tinekan
Sakarsanireku
Tumrap sanak rakyatira
Saking sawabing ngelmu pangiket mami
Duk aneng Kalijaga.
(Serat Kidungn Warna-warni,
Surakarta, Boedi Oetomo, 1919)
Terjemahannya:
Ada nyanyian yang menjaga di malam
hari
Kukuh selamat terbebas dari penyakit
Terbebas dari semua malapetaka
Jin setan jahat pun tidak berkenan
Guna-guna pun tidak ada yang berani
Juga perbuatan jahat
Ilmu orang yang bersalah
Api dan juga air
Pencuri pun jauh tak ada yang menuju padaku
Guna-guna sakti pun lenyap
Kukuh selamat terbebas dari penyakit
Terbebas dari semua malapetaka
Jin setan jahat pun tidak berkenan
Guna-guna pun tidak ada yang berani
Juga perbuatan jahat
Ilmu orang yang bersalah
Api dan juga air
Pencuri pun jauh tak ada yang menuju padaku
Guna-guna sakti pun lenyap
Semua penyakit pun bersama-sama
kembali
Berbagai hama sama-sama habis
Dipandang dengan kasih sayang
Semua senjata lenyap
Seperti kapuk jatuhnya besi
Semua racun menjadi hambar
Binatang buas jinak
Kayu ajaib dan tanah angker
Lubang landak rumah manusia tanah miring
Dan tempat merak berkipu
Berbagai hama sama-sama habis
Dipandang dengan kasih sayang
Semua senjata lenyap
Seperti kapuk jatuhnya besi
Semua racun menjadi hambar
Binatang buas jinak
Kayu ajaib dan tanah angker
Lubang landak rumah manusia tanah miring
Dan tempat merak berkipu
Tempat tinggal semua badak
Walaupun arca dan lautan kering
Pada akhirnya, semua selamat
Semuanya sejahteqga
Dikelilingi bidadari
Dijaga oleh malaikat
Semua rasul
Menyatu menjadi berbadan tunggal
Hati Adam, otakku Baginda Sis
Bibirku Musa.
Walaupun arca dan lautan kering
Pada akhirnya, semua selamat
Semuanya sejahteqga
Dikelilingi bidadari
Dijaga oleh malaikat
Semua rasul
Menyatu menjadi berbadan tunggal
Hati Adam, otakku Baginda Sis
Bibirku Musa.
Napasku Nabi Isa As
Nabi Yakub mataku
Yusuf wajahku
Nabi Dawud suaraku
Nabi Sulaiman kesaktianku
Nabi Ibrahim nyawaku
Idris di rambutku
Baginda Ali kulitku
Darah daging Abu Bakar Umar
Tulang Baginda Utsman
Nabi Yakub mataku
Yusuf wajahku
Nabi Dawud suaraku
Nabi Sulaiman kesaktianku
Nabi Ibrahim nyawaku
Idris di rambutku
Baginda Ali kulitku
Darah daging Abu Bakar Umar
Tulang Baginda Utsman
Sumsumku Fatimah yang mulia
Siti Aminah kekuatan badanku
Ayub kin dalam ususku
Nabi Nuh di jantung
Nabi Yunus di ototku
Mataku Nabi Muhammad
Wajahku rasul
Dipayungi oleh syariat Adam
Sudah meliputi seluruh para nabi
Menjadi satu dalam tubuhku
Siti Aminah kekuatan badanku
Ayub kin dalam ususku
Nabi Nuh di jantung
Nabi Yunus di ototku
Mataku Nabi Muhammad
Wajahku rasul
Dipayungi oleh syariat Adam
Sudah meliputi seluruh para nabi
Menjadi satu dalam tubuhku
Kejadian berasal dari biji yang satu
Kemudian berpencar ke seluruh dunia
Terimbas oleh zat-Nya
Yang membaca dan mendengarkan
Yang menyalin dan menyimpannya
Menjadi keselamatan badan
Sebagai sarana pengusir
Jika dibacakan dalam air
Dipakai mandi perawan tua cepat bersuami
Orang gila cepat sembuh
Kemudian berpencar ke seluruh dunia
Terimbas oleh zat-Nya
Yang membaca dan mendengarkan
Yang menyalin dan menyimpannya
Menjadi keselamatan badan
Sebagai sarana pengusir
Jika dibacakan dalam air
Dipakai mandi perawan tua cepat bersuami
Orang gila cepat sembuh
Jika ada orang didenda cucuku
Atau orang yang terbelenggu keberatan hutang
Maka bacalah dengan segera
Di malam hari
Bacalah dengan sungguh-sungguh sebelas kali
Maka tidak akan jadi didenda
Segera terbayarkan oleh Tuhan
Karena Tuhanlah yang menjadikannya berhutang
Yang sakit segera sembuh
Atau orang yang terbelenggu keberatan hutang
Maka bacalah dengan segera
Di malam hari
Bacalah dengan sungguh-sungguh sebelas kali
Maka tidak akan jadi didenda
Segera terbayarkan oleh Tuhan
Karena Tuhanlah yang menjadikannya berhutang
Yang sakit segera sembuh
Jika ingin bagus menanam padi
Berpuasalah sehari semalam
Kelilingilah pematangnya
Bacalah nyanyian itu
Semua hama kembali
Jika engkau pergi berperang
Bacakan ke dalam nasi
Makanlah tiga suapan
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani
Selamat di medan perang
Berpuasalah sehari semalam
Kelilingilah pematangnya
Bacalah nyanyian itu
Semua hama kembali
Jika engkau pergi berperang
Bacakan ke dalam nasi
Makanlah tiga suapan
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani
Selamat di medan perang
Siapa saja yang dapat melaksanakan
Puasa mutih dan minum air putih
Selama empat puluh hari
Dan bangun waktu subuh
Bersabar dan bersyukur di hati
Insya Allah tercapai
Semua cita-citamu
Dan semua sanak keluargamu
Dari daya kekuatan seperti yang mengikatku
Ketika di Kalijaga.
Puasa mutih dan minum air putih
Selama empat puluh hari
Dan bangun waktu subuh
Bersabar dan bersyukur di hati
Insya Allah tercapai
Semua cita-citamu
Dan semua sanak keluargamu
Dari daya kekuatan seperti yang mengikatku
Ketika di Kalijaga.
Dipetik dari buku Islam Kejawen
karya Budiono Hadisutrisno terbitan Eula Book tahun 2009
Wallahu A'lam
25 MANFAAT ISTIGHFAR
1. Menggembirakan Allah
Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).
2. Dicintai Allah
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa.”(HR.Ibnu Majah).
3. Dosa-dosanya diampuniRasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).
2. Dicintai Allah
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa.”(HR.Ibnu Majah).
Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata,’Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).”(HR.Ibnu Majah, Tirmidzi).
Imam Qatadah berkata,”Al-Qur’an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya’Ulumiddin: 1/410).
4. Selamat dari api neraka
Hudzaifah pernah berkata, “Saya adalah orang yang tajam lidah terhadap keluargaku, Wahai Rasulullah, aku takut kalau lidahku itu menyebabkan ku masuk neraka’. Rasulullah bersabda,’Dimana posisimu terhadap istighfar? Sesungguhnya, aku senantiasa beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali dalam sehari semalam’.” (HR.Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim dan dishahihkannya).
5. Mendapat balasan surga
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”(QS.Ali’Imran: 135-136).
6. Mengecewakan syetan
Sesungguhnya syetan telah berkata,”Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku.”(HR.Ahmad dan al-Hakim).
7. Membuat syetan putus asa
Ali bin Abi thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa’.'Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’,kata Ali. Orang itu menjawab,’Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi’. Ali berkata, ‘Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’. Orang itu bertanya lagi,’Sampai kapan?’ Ali menjawab,’Sampai syetan berputus asa dan merasa rugi.”(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).
8. Meredam azab
Allah berfirman,”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”(QS.al-Anfal: 33).
9. Mengusir kesedihan
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
10.Melapangkan kesempitan
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka,”(HR.Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
11.Melancarkan rizki
Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang hamba bisa tertahan rizkinya karena dosa yang dilakukannya.”(HR.Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
12.Membersihkan hati
Rasulullah bersabda,”Apabila seorang mukmin melakukan suatu dosa, maka tercoretlah noda hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkannya dan beristighfar, maka bersihlah hatinya.”(HR.Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Tirmidzi).
13.Mengangkat derajatnya disurga
Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu berkata,’Wahai Allah, dari mana saya dapat kemuliaan ini?’ Allah berkata,’Karena istighfar anakmu untukmu’.”(HR.Ahmad dengan sanad hasan).
14.Mengikut sunnah Rosulullah shallalhu ‘alaihi wasallam
Abu Hurairah berkata,”Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,’Demi Allah, Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah (beristighfar) dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali’.”(HR.Bukhari).
15.Menjadi sebaik-baik orang yang bersalah
Rasulullah bersabda,”Setiap anak Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.”(HR.Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Hakim).
16.Bersifat sebagai hamba Allah yang sejati
Allah berfirman,”Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo’a:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun (beristighfar) di waktu sahur.”(QS.Ali’Imran: 15-17).
17.Terhindar dari stampel kezhaliman
Allah berfirman,”…Barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(QS.al-Hujurat: 11).
18.Mudah mendapat anak
Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).
19.Mudah mendapatkan air hujan
Ibnu Shabih berkata,”Hasan al-Bashri pernah didatangi seseorang dan mengadu bahwa lahannya tandus, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain yang mengadu bahwa kebunnya kering, ia berkata, ‘Perbanyaklah istighfar’. Lalu ada orang lain lagi yang mengadu bahwa ia belum punya anak, ia berkata,’Perbanyaklah istighfar’.(Kitab Fathul Bari: 11/98).
20.Bertambah kekuatannya
Allah berfirman,”Dan (dia berkata):”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”(QS.Hud: 52).
21.Bertambah kesejahteraanya
Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”(QS.Nuh: 10-12).
22.Menjadi orang-orang yang beruntung
Allah berfirman,”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS.an-Nur: 31).
Aisyah berkata,”Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.”(HR.Bukhari).
23.Keburukannya diganti dengan kebaikan
Allah berfirman,”Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS.al-Furqan: 70).
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”(QS.Hud: 114).
24.Bercitra sebagai orang mukmin
Rasulullah bersabda,”Tidak seorangpun dari umatku, yang apabila ia berbuat baik dan ia menyadari bahwa yang diperbuat adalah kebaikan, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan. Dan tidaklah ia melakukan suatu yang tercela, dan ia sadar sepenuhnya bahwa perbuatannya itu salah, lalu ia mohon ampun (beristighfar) kepada Allah, dan hatinya yakin bahwa tiada Tuhan yang bisa mengampuni kecuali Allah, maka dia adalah seorang Mukmin.”(HR.Ahmad).
25.Berkeperibadian sebagai orang bijak
Seorang ulama berkata,”Tanda orang yang arif (bijak) itu ada enam. Apabila ia menyebut nama Allah, ia merasa bangga. Apabila menyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila memperhatikan ayat-ayat Allah, ia ambil pelajarannya. Apabila muncul keinginan untuk bermaksiat, ia segera mencegahnya. Apabila disebutkan ampunan Allah, ia merasa gembira. Dan apabila mengingat dosanya, ia segera beristighfar.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 67).
********************************************************************************************
INGIN HIDUP PENUH BERKAH
IKUTI TAULADAN BAGINDA ROSUL KANJENG NABI MUHAMMAD SAW
DAN PARA KANJENG SUNAN WALISONGO
*******************************************************************************************
AYO NYANTRI DI RUMAH SAJA
1. Sholat Sunnah Tahajud 8 Rakaat + Witir 3 Rakaat + Baca Surat Al Waqiah 1x
2. Sholat Sunnah Fajar + Fardhu Shubuh + Baca Surat Yasin + Al Waqiah 1x
3. Sholat Sunnah Dhuha 4 Rakaat + Baca Surat Al Waqiah 1x
4. Sholat Fardu Dhuhur + Sholat Sunnah Rawatib + Baca Surat Al Waqiah 1x
5. Sholat Sunnah Rawatib + Sholat Fardu Asyar + Baca Surat Al Waqiah 1x
6. Sholat Fardu Maghrib + Sholat Sunnah Rawatib + Baca Surat Yasin+ Al Waqiah 1x
7. Sholat Fardu Isya' + Sholat Sunnah Rawatib + Baca Surat Al Waqiah 1x
KHUSUS MALAM JUMAT
> Sholat Fardu Isya' + Sholat Sunnah Rawatib + Baca Surat Al Waqiah, Surat Yasin, Surat AL Mulk, Surat Arrahman masing-masing 1x setelah itu kirim leluhur dan tawasullan
KHUSUS SABTU/MINGGU
> Kirim Doa ditujukan kepada Allah SWT Untuk :
> Sholat Fardu Isya' + Sholat Sunnah Rawatib + Baca Surat Al Waqiah, Surat Yasin, Surat AL Mulk, Surat Arrahman masing-masing 1x setelah itu kirim leluhur dan tawasullan> kirim doa dapat dilakukan setelah sholat Isya (Malam Minggu) dan setelah sholat dhuha (Hari Minggu)
KEUTAMAAN AMALAN PENDAMPING SURAT AL WAQIAH :
1. Tetap Melaksanakan Wirid Subhanalloh, Alhamdulillah, Allohuakbar 33x tiap setelah menunaikan sholat
2. Setelah Sholat Maghrib Tambah wirid istighfar dan sholawat 100x
3. Tempat Ibadah wajib bersih
4. Pakaian Rapi baiknya Hem/koko Berpeci/Berkopyah,
5. Dianjurkan Gunakan Wangi-wangian
6. Jauhi tindakan yang dilarang Agama
7. Banyak Beramal sholeh Amal Makruf Nahi Mungkar
7. Shodaqoh Wajib Tiap hari Rp. 2000,- Ke Masjid
8. Terus Memohon Tiap Habis Sholat Fardhu Agar Diberi Kemudahan Jalan Keluar Apa Yang Menjadi Permasalahan Anda...
9. Di Sela Waktu Perbanyaklah ISTIGHFAR...
7. Banyak Beramal sholeh Amal Makruf Nahi Mungkar
7. Shodaqoh Wajib Tiap hari Rp. 2000,- Ke Masjid
8. Terus Memohon Tiap Habis Sholat Fardhu Agar Diberi Kemudahan Jalan Keluar Apa Yang Menjadi Permasalahan Anda...
9. Di Sela Waktu Perbanyaklah ISTIGHFAR...
~~~ SEMOGA TULISAN INI BERMANFAAT
BUAT PARA PEMBACA ~~~
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
ReplyDeleteINGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI ANGEN JALLO DI NMR (085283790444) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI TRIM’S ROO,MX SOBAT
*567*889#
Deletehttps://kivandanu.blogspot.co.id/
ReplyDelete888casino, New Zealand - JTG Hub
ReplyDelete888 Casino is one of 서울특별 출장마사지 the largest online sportsbook operators in the world, 평택 출장샵 offering 속초 출장마사지 an extensive range of betting markets on all 부산광역 출장샵 sports. 부산광역 출장마사지